HTI Press, Kediri. Selasa,20/05/14. Di siang hari yang cerah ini sekitar pukul 13.30 WIB. di perempatan Jl. Kawi Kec. Mojoroto Kediri nampak berbeda kondisinya dibandingkan hari-hari biasanya, yakni terlihat beberapa anak muda dengan memakai baju almameter dan membawa atribut serta bendera sedang membagi-bagikan selebaran yang berisikan tulisan tentang kebangkitan.
“Meski ’kebangkitan nasional’ sudah berjalan seabad lebih, dari tahun ke tahun, negeri ini bukan makin bangkit, tetapi justru makin terpuruk di segala bidang. Contoh kecil, di bidang pendidikan, hampir berbarengan dengan Peringatan Hari Pendidikan Nasional setiap tanggal 2 Mei, kondisi dunia pendidikan di negeri ini boleh dikatakan makin memburuk. Terakhir, hal ini ditandai oleh banyaknya siswa yang tidak lulus dalam Ujian Nasional (UN). Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh pada tahun ajaran 2012-2013 “Ada 24 sekolah yang peserta didiknya 100 persen tidak lulus, dimana total siswa yang tidak lulus UN itu berjumlah 899 orang,”demikian pernyataan Dariyanto salah satu orator sekaligus ketua lajnah khusus mahasiswa di Kediri dalam agenda Kampanye Kebangkitan 2014.
Orator selanjutnya dengan mengutip di detikFinance, 25/2/2014 menyampaikan kondisi Indonesia di bidang ekonomi, negeri yang kaya-raya dengan sumberdaya alam ini pun masih menyisakan sekitar 102,45 juta penduduk miskin menurut kategori Bank Dunia (voa-islam.com, 2/2/2013). Parahnya lagi, rakyat ini harus menanggung beban utang luar negeri yang tahun 2014 sebesar Rp 2.465,45 triliun – data Ditjen Pengelolaan Utang Kemenkeu.
Sebelum acara ditutup oleh Hadi selaku pembawa acara dalam peringatan Harkitnas 2014 mengatakan “bahwa jika bangsa ini benar-benar ingin bangkit, maka kunci kebangkitan itu adalah Islam. Tanpa Islam bangsa ini akan makin tepuruk. Tanpa ideologi dan sistem Islam kondisi negeri ini akan makin memburuk. Tanpa Negara Islam (Khilafah Islam) yang menerapkan syariah Islam umat ini tak akan pernah bangkit dan akan tetap tertinggal. Karena itu, sangat bodoh siapapun yang tidak mau berubah dan gigih mempertahankan status-quo yang buruk. Karena itu pula, kita mempertanyakan sikap-sikap mempertahankan sistem demokrasi dan Kapitalisme yang jelas-jelas di depan mata tampak kebobrokannya. Padahal ada sistem yang lebih baik di depan matanya. Itulah sistem Islam. Itulah Khilafah Islam yang menerapkan syariah Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan.”[] Sony Hermanto-MI Kediri