HTI Malang: Khilafah Islamiyah sebagai Pengganti Demokrasi dan sistem Ekonomi Liberal

Detik Detik Monumental KIP di Kota MalangHTI Press, Malang. Ribuan umat Islam menghadiri Konferensi Islam dan Peradaban (KIP) yang diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia DPD II Kota Malang di GOR Ken Arok , Kamis 29/5.

Umat datang berduyun-duyun menggunakan bus, mobil, dan sepeda motor dari kota dan kabupaten malang, serta daerah sekitarnya. Tidak hanya masyarakat perkotaan, peserta acara juga tidak sedikit yang datang dari daerah pinggiran seperti desa Lenggoksono (Tirtoyudo), Ngantru (Tumpang), dan Balewerti (Bantur), serta Sumbertangkil.   Menurut panitia, total peserta sekitar 7250 orang. Tak ayal, gedung berkapasitas 7000 orang, tampak sesak dipenuhi peserta yang penuh antusias. Berbagai atribut seperti spanduk-spanduk dukungan dan bendera hitam dan putih bertuliskan kalimat syahadat. Meskipun begitu, seluruh rangkaian acara berjalan penuh khidmat, tertib dan lancar.

Selain Kapolresta dan Wakil Walikota Malang, tampak hadir pula beberapa tokoh agama, di antaranya adalah KH. Abdul Qoyyum (Bandulan), KH. Qomaruddin (Pujon), dan KH. Mahmudi Syukri (Dau). Para ulama menyatakan dukungan atas terselenggarakannya acara ini. KH. Mahmudi Syukri berkomentar, “Konferensi ini dahsyat, bahkan nuansa religinya begitu terasa. Kita benar-benar merasakan seakan-akan Rasulullah hadir di tengah-tengah kita. Meski kita sudah jauh dari Sunnah Rasulullah, tetapi di antara umat beliau pasti ada mujaddid. Semoga Hizbut Tahrir menjadi sang mujaddid itu.”

Konferensi diawali lantunan sholawat yang dikumandangkan grup sholawat dari Majelis Ta’lim Nurul Ikhwan (Arjosari) pimpinan Ustadz Asep dan dimeriahkan group nasyid Khilafah Voice, beranggotakan 5 remaja dari SMA 3, SMA 4, dan SMA 8 Malang, yang menyanyikan lagu-lagu perjuangan Islam. Selain itu, beberapa film dokumenter ditampilkan untuk menggambarkan betapa bangsa Indonesia belum bisa lepas dari berbagai persoalan khususnya dalam bidang politik, ekonomi, kesehatan, dan pendidikan.

Acara yang bertema “Indonesia Milik Allah: Saatnya Khilafah Menggantikan Sistem Demokrasi dan Ekonomi Liberal”menghadirkan 3 pembicara, yaitu Tamyis Saad, Abu Inas dan Dede Tisna. Tamyis mengupas dampak buruk sistem pemerintahan demokrasi, yang menurut penjelasannya, bertentangan dengan aqidah Islam karena menempatkan kedaulatan membuat hukum di tangan manusia dan bukan pada Allah SWT. Ujung-ujungnya, Tamyis menyimpulkan, demokrasi tidak lain merupakan pemerintahan dari korporasi, oleh korporasi, dan untuk korporasi.

Abu Inas, selanjutnya, membahas berbagai kerusakan yang ditimbulkan sistem ekonomi liberal. Sistem ini, menurutnya, seperti sisi mata uang yang tak terpisah dari sistem demokrasi, yaitu sama-sama bersumber dari nalar sekularisme, yang memisahkan agama dari kehidupan.

Sementara itu, Dede Tisna menyatakan bahwa kemudharatan sistem demokrasi dan ekonomi liberal, yang dihasilkan dari lemahnya akal manusia, hanya bisa diakhiri dengan penerapan sistem yang berasal dari Dzat yang Maha Mengetahui, yaitu sistem Khilafah Islamiyah.[] MI Malang

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*