HTI Press, Pangkalan Bun. Ahad, 1 Juni 2014 di Gedung Aula Antakusuma Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah tampak berbeda dari biasanya. Aula yang terletak Jl. Pangeran Antasari dipenuhi oleh ± 900 peserta dari berbagai wilayah di kabupaten Kotawaringin barat untuk menghadiri acara Konferensi Islam dan Peradaban dalam tema besar #IndonesiaMilikAllah dengan tema: “Saatnya Khilafah Menggantikan Demokrasi dan Sistem Ekonomi Liberal”. Konferensi ini merupakan rangkaian acara serupa yang dilaksanakan di 70 kota besar di Indonesia yang diadakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia.
Sesaat sebelum acara dimulai, seluruh ruangan dipenuhi oleh peserta. Bahkan dari peserta akhwat ada yang sampai berlari kecil menuju tempat duduk paling depan. Bagi peserta yang tidak dapat tempat duduk maka dengan sigap panitia menyiapkan tv layar besar yang ditaruh di luar aula agar para peserta tak ketinggalan momen penting dalam konferensi ini.
Ada yang unik dalam acara ini. 1 jam sebelum acara dimulai peserta yang jauh-jauh datang dari Kab. Sukamara bergegas menuju tempat registrasi untuk segera mendapat tempat duduk di depan. Tak ketinggalan menyusul di belakangnya dari Kec. Kumai dengan rombongan sebanyak 6 pick up, padahal salah satu desa di Kec. Kumai yaitu desa Kumai Seberang, desa Bidaun, dan desa Trans Borneo harus menyeberang lautan selama ± 15 menit menuju tempat acara. Luar biasa semangatnya peserta konferensi, para peserta akhwat yang membawa anak-anak pun tak menyurutkan langkah untuk hadir dalam acara megah ini. Menyusul kembali rombongan peserta dari ibu-ibu anggota Majelis Ta’lim dari Desa Sungai Rangit dan iring-iringan mobil dan pick up yang dipasang bendera al-liwa dan ar-roya yang memuat sebanyak ± 300 peserta dari Kec. Pangkalan Banteng dan Kec. Pangkalan Lada memenuhi area parkir.
Salah seorang peserta akhwat, Ustadzah Khotimah, seorang Ketua Majelis Ta’lim Al-Jihad Desa Sungai Rangit bercerita kepada salah seorang panitia akhwat bahwa beliau sejak jam 6 pagi sudah berkeliling desa mendatangi para anggota MT beliau untuk bersama-sama berangkat menuju konferensi. Sungguh, pengorbanan beliau yang begitu mulia hingga membuat haru panita akhwat tersebut.
Ruang registrasi ikhwan dan akhwat pun kemudian dipadati oleh para peserta yang dengan tertib dan sabar mengantri untuk segera masuk ke dalam aula.
Tibalah acara dimulai tepat pukul 08.00 WIB, Misbahul Huda dan Hasan menaiki panggung acara sebagai MC menyapa dan membangkitkan semangat para peserta seraya bertakbir.
Dalam sambutan yang disampaikan oleh Mualim, S.Sos.I sebagai perwakilan dari DPD II KOBAR mengatakan bahwa acara ini sangat penting untuk menyerukan kepada umat Islam bahwa akar permasalahan keterpurukan dalam berbagai bidang akibat dari sistem demokrasi dan sistem ekonomi kapitalisme. Oleh karena itu umat Islam harus mencampakkan demokrasi dan sistem kapitalisme ganti dengan Syariah dan Khilafah.
Konferensi ini menghadirkan tiga pembicara. Materi pertama dengan tema “Demokrasi dari korporasi, oleh korporasi, untuk korporasi yang di sampaikan oleh Abu Nasir dari DPD II Kotawaringin Barat.
Beliau memaparkan bahwa demokrasi merupakan sistem korporasi yang semua undang-undang (UU) dibuat sesuai dengan pesanan pemilik modal (asing/swasta). Mereka semakin sejahtera, rakyat semakin sengsara.
Pada materi kedua yang bertemakan “Sistem Ekonomi Liberal: Sistem Rusak, menghasilkan kerusakan dan kesengsaraan” yang disampaikan oleh Salim Aini, S.T
Beliau memaparkan bukti nyata bahwa negara Indonesia telah dikuasai negara korporasi terbesar yaitu Amerika Serikat (USA). Kekayaan Alam di Indonesia contohnya saja tambang minyak blok cepu telah kuasai perusahaan Exxonmobile milik USA. Dan masih banyak lagi Kekayaan alam Indonesia yang telah dikuasai oleh USA.
Materi ketiga yaitu “Pidato Politik Hizbut Tahrir Indonesia: Campakkan Demokrasi dan Sistem Liberal Tegakkan Khilafah disampaikan oleh Budi Darmawan dari DPP HTI
Beliau memaparkan Bahwa tidak perlu ragu untuk mencampakkan demokrasi dan sistem ekonomi liberal. Sebab, sistem tersebut adalah sistem kufur dan terlahir dari ideologi kapitalisme yang kufur. Ideologi yang membatasi agama hanya mengatur urusan privat jelas bertentangan dengan Islam. Prinsip dasar demokrasi adalah kedaulatan rakyat. Konsekuensinya, otoritas menetapkan hukum di tangan rakyat yang diwakili oleh lembaga legislatif. Padahal, menetapkan hukum dan menghalalkan dan mengharamkan segala sesuatu merupakan otoritas tunggal Allah SWT. Tidak seorang pun selain Allah dibenarkan menentukan halal dan haram.
Di akhir pidato beliau mengajak kaum muslim untuk berjuang syariah dan Khilafah yang disambut dengan pekikkan takbir oleh seluruh peserta serempak mengepalkan tangan ke atas: Allahu Akbar!!!
Terakhir, masuk ke sesi do’a yang dibawakan oleh al-ustadz Ahmad Nadirun dengan rasa haru dan rindu terhadap tegaknya kembali Khilafah Rosyidah yang diamini oleh peserta konferensi, tak sedikit mereka yang menitikkan air mata. Setelah acara selesai, kembali para peserta menuju pintu keluar dengan tertib dan bersalaman bersama panitia dengan wajah-wajah yang berseri-seri berharap janji Allah dengan tegaknya Khilafah segera terwujud.[]