Peserta KIP Tasimalaya: Gelapnya Dunia di Mataku Tak Sebanding Terangnya Cahaya Islam

peserta tunanetra KIP tasikmalayaHTI Press, Tasikmalaya. Di tengah berduyun-duyunnya ribuan peserta saat memasuki ruangan Graha Asia Plaza, tampak ada rombongan memakai kacamata hitam-hitam. Terlihat mereka berjalan dengan saling berpegangan, di depannya ada seorang anak kecil yang ikut di pegang oleh salah seorang robongan. Perlahan tapi pasti langkah demi langkah terus dilakukan mendekati tempat registrasi, sesekali menyuarakan takbir menjawab sahutan dari peserta lain di luar gedung yang menggelorakan takbir. Tentu hal ini membuat kaget panitia, karena dengan memakai kaca mata hitam dan berjalan sambil berpegangan seolah-olah mereka melakukan aksi mau menyerang tempat acara.

Ketika didekati oleh pihak panitia ternyata mereka adalah rombongan tunanetra yang akan menghadiri acara Konferensi Islam dan Peradaban 1435 H yang diselenggarakan oleh HTI DPD II Kabupaten Tasikmalaya pada Ahad, 1 Juni 2014. Panitia bagian dokumentasi pun langsung mewawancarai rombongan tunanetra, yang ternyata berasal dari PERTUNI (Persatuan Tunanetra Indonesia) Ciamis dan ITMI (Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia). Rombongan tersebut dipimpin oleh Drs. Entis Sutisna yang sama-sama tunanetra, anak kecil itu ternyata putranya. Saat diwawancarai, Drs. Entis Sutisna yang juga menjabat sebagai Ketua DPP ITMI Bidang Pendidikan dan Pengembangan, menyampaikan bahwa motivasi mereka untuk hadir pada acara Konferensi Islam dan Peradaban yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia adalah ingin bersama-sama berjuang demi tegaknya Islam.

Suka duka sebelum acara pun dirasakan oleh mereka. Seperti yang dialami oleh Pak Entis, dengan keterbatasan yang dimiliki, beliau tidak pernah putus asa untuk mengajak rekan-rekan tunanetra yang lain untuk menghadiri acara konferensi. Tidak sedikit juga di antara beberapa orang yang menolak. Namun, itu tidak menyurutkan langkah beliau. Beliau senantiasa menjadwalkan di antara kesibukannya sebagai salah seorang pengajar di SLB Kabupaten Ciamis untuk mengontak masyarakat. Terangnya Siang dan Gelapnya malam ditambah cuaca panas, dingin dan hujan pun tidak berpengaruh baginya karena menurutnya, sekarang ini dunia di matanya sudah gelap, tapi cahaya islam mampu mengalahkan kegelapan matanya. “ketika kecil saya sempat melihat terangnya dunia yang begitu indah, tetapi ternyata indahnya dunia sekarang ini hanyalah kegelapan yang terselubung, umat islam belum sepenuhnya menerapkan islam, kita masih dalam kegelapan padahal islam membawa kegelapan menjadi terang benderang” tutur Entis yang mempunyai keahlian membaca huruf braile dan memijat refleksi.

Dengan usia yang sudah setengah abad sedikitpun Entis tidak menyesali apalagi putus asa dengan kondisi fisiknya yang cacat. Ketika itu kecacatan Entis tanpa sebab yang jelas, tiba-tiba matanya mengalami kebutaan ketika duduk-duduk di warung dekat rumahnya. Dengan bantuan tongkat alumunium yang bisa dilipat Pak Entis terus mengobarkan semangat, beliau sering mengikuti acara HTI baik yang bersifat lokal maupun internasional, KKI 2007, MUN, Konjab, KTU, HIP dll pernah beliau ikuti. Sehingga ketika seruan untuk mengikuti KIP di Tasikmalaya dengan kondisi yang buta dan usia semakin tua tidak menjadi penghalang bagi beliau untuk berdakwah. Motivasinya tidak lain untuk menyukseskan acara konferensi agar masyarakat tercerahkan dengan Islam.

Alhamdulillah, beliau akhirnya berhasil membawa rombongan dari hasil kontakan beliau dalam satu mobil yang berjumlah 7 orang. Bahkan, bukan hanya dari kalangan tunanetra saja yang beliau ajak, ada dari salah satu tokoh masyarakat di lingkungan rumahnya. Beliau sangat terharu ketika mendengar langsung dari tokoh masyarakat tersebut menyampaikan, “Sistem terbaik adalah sistem Khilafah.” Bukan hanya pencerahan pemikiran saja yang didapatkan. Namun, perasaan yang membuncah akan kerinduan tegaknya syariah Islam dalam naungan Khilafah.

Diduk di barisan depan tepat di depan layar besar, pak Entis sangat terharu, ketika mendengar Pak Sarmin, salah seorang rekan tunanetra yang duduk di sampingnya dalam acara konferensi, terisak-isak menangis saat sesi shalawat Rasul. Betapa tergetar hati beliau dan rekan-rekannya, saat mendengarkan narator acara membacakan pesan rindu pada Rasulullah SAW dan kerinduan akan tegaknya Islam.

Beliau sangat bangga dan terharu, acara ini dihadiri oleh sekitar 2000 orang kaum Muslim. “Ini acara yg membanggakan bagi umat, membangkitkan kesadaran umat,” ucap beliau. Keterbatasan yang beliau miliki justru menguatkan tekad untuk terus menyampaikan Islam. Selesai acara, beliau berkomitmen berusaha menyampaikan kepada yang lain akan betapa pentingnya hidup sejahtera dalam naungan Khilafah. Ke depannya, meningkatkan kompetensi, mengajak umat untuk bersama-sama berjuang agar nashrullah segera terwujud. Kini anak dan istrinya pun sudah mulai bergabung dengan bagian“Di mataku dunia Ini gelap tapi Cahaya Islam telah menerangi hati dan dunia ini”.[] Zai/DF/KF

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*