Komunitas Muslim Birmingham sedang “diganggu agar mereka tunduk.” Demikian kata pemuda Inggris ketika menilai perselisihan terbuka antara Michael Gove dan Theresa May mengenai ekstremis Islam yang dianggap “berkomplot” untuk mengambil-alih sekolah.
Surat May, untuk menanggapi surat sebelumnya yang dikirim oleh sekretaris pendidikan, yang belum diterbitkan, menyatakan: “Kami…perlu menyadari bahwa banyak kaum Muslim moderat, serta orang-orang dari agama-agama lain, yang percaya bahwa menutup rambut seseorang adalah ketentuan agama dan karenanya sebagian orang tua ingin anak-anak mereka untuk melakukan itu.”
“Teks mengenai persyaratan pakaian sekolah seharusnya tidak menjadi bagian dari definisi ekstremisme…”
Sejak kapan Michael Gove menjadi ahli di bidang pemerintahan mengenai masalah Muslim atau ekstremisme?
Masyarakat masih tidak mengetahui apa isi surat Gove. Namun, para pemuda Muslim telah menyuarakan keprihatinan mereka atas implikasi respon dari sekretaris kementrian dalam negeri, serta plot Trojan Horse yang kontroversial itu.
Sofia Ahmed, seorang mahasiswi jurusan Hubungan Internasional di Universitas Birmingham, merasa hal tersebut sangat mengkhawatirkan. “Gove mewakili pandangan dari kelompok kecil minoritas neo-kontra yang menyamarkan tindakan islamofobia mereka dengan berkedok anti ekstremisme.”
“Tahun lalu, ketika sebuah perguruan tinggi di Birmingham mencoba melarang niqab, terjadi keributan. Saya mengorganisir protes yang memobilisasi ratusan orang kaum Muslim dan lain-lain yang merasa bahwa tindakan yang dikenakan kepada para siswi Muslim sebagai hal yang diskriminatif.
“Bencana ‘trojan horse’ tidak lain hanyalah sebuah upaya intimidasi masyarakat agar mereka tunduk. Seperti biasa, kelompok elit politik berusaha dengan jelas menghubungkan tindakan ekstremisme dengan hanya sepotong kain.
“Sepotong kain tidak akan menjadikan seseorang seorang ekstremis.”
Ibrahim Ali, wakil presiden urusan mahasiswa pada Federasi Masyarakat Mahasiswa Islam (FOSIS), mengatakan kepada HuffPost Inggris bahwa dia “sangat prihatin” atas pandangan Gove itu.
“Dia tampaknya memproyeksikan cita-cita ekstremnya tentang apa yang merupakan kebebasan memilih dengan memakai simbol-simbol agama.”
“Dari apa yang telah dilaporkan, dia terlalu menyalahgunakan posisinya dengan memanfaatkan investigasi ‘Trojan horse’ menjadi pendekatan neo-konservatif gaya Amerika yang menyasar simbol-simbol agama.
Saya pikir harus ada review bagaimana Kementrian Pendidikan dibiarkan mengeluarkan pendapat bahwa jilbab bisa merupakan tanda ekstremisme.
“Hal ini bisa memiliki dampak yang signifikan terhadap hak-hak dan kebebasan orang di Inggris.”
Menyusul penerbitansurat May, David Cameron turun tangan dalam upaya mendinginkan ketegangan dalam kabinet.
Dalam pernyataannya tadi malam, baik Gove maupun May mengatakan, mereka “bekerja sama” terkait dengan dugaan plot yang dilakukan oleh kelompok Islam garis keras untuk menguasai ruang kelas di enam sekolah Birmingham.
Ketua Partai Konservatif Grant Shapps juga berusaha mendinginkan suasana, dengan bersikeras bahwa tukar pikiran merupakan “bagian yang normal dari Pemerintah dan adalah hal yang benar”.
Dalam sebuah surat kepada dia, rekan sejawatnya di kabinet, May mengatakan mereka khawatir mengenai “ketidakmampuan” pemerintah daerah dan pusat untuk mengatasi dugaan terjadinya plot ini. Dia juga mempertanyakan apakah departemen Gove diperingatkan tentang tuduhan pada tahun 2010 dan ditanya: “Jika demikian, mengapa tidak dilakukan tindakan?”
Seorang juru bicara untuk Departemen Pendidikan mengatakan, “Kementrian Pendidikan tidak mendukung pelarangan pemakaian jilbab bagi para siswi di semua sekolah yang dibiayai negara.” [Sumber: Huffington Post]