125 Ribu Warga Sukseskan KIP di 70 Kota

KIP BogorLebih dari 125 ribu orang dari berbagai kalangan menghadiri Konferensi Islam dan Peradaban (KIP) yang digelar di 70 kota se-Indonesia yang berlangsung pada 27, 29, 31 Mei dan 1 Juni.

Responnya sangat luar biasa. Itu terlihat dari antusiasme mereka untuk hadir dalam acara tersebut. Mereka berbondong-bondong sejak pagi hari tiba di tempat acara, memenuhi semua kursi yang telah disediakan, bahkan tidak jarang dari mereka ada yang terpaksa harus berdiri akibat luapan peserta. Banyak di antara mereka datang dari tempat yang sangat jauh dan butuh waktu berjam-jam.

Pada KIP di Pangkalan Bun misalnya. Satu jam sebelum acara dimulai peserta yang jauh-jauh datang dari Kab. Sukamara bergegas menuju tempat registrasi untuk segera mendapat tempat duduk di depan. Tak ketinggalan menyusul dibelakangnya dari Kec. Kumai dengan rombongan sebanyak 6 mobil pick up, padahal salah satu desa di Kec. Kumai yaitu desa Kumai Seberang, Desa Bidaun, dan Desa Trans Borneo harus menyebrang lautan selama ± 15 menit menuju tempat acara.

Sesaat sebelum acara dimulai, seluruh ruangan dipenuhi oleh peserta. Bahkan dari peserta akhwat ada yang sampai berlari kecil menuju tempat duduk paling depan. Panitia pun dengan sigap menyiapkan video layar besar yang ditaruh di luar aula agar peserta yang tidak dapat tempat duduk tak ketinggalan momen penting dalam konferensi yang digelar pada Ahad (1/6) di Gedung Aula Antakusuma.

Lain lagi dengan Mbah Parjo. Kakek berusia 83 tahun tersebut sangat menyesal datang terlambat pada KIP Semarang. “Saya menyesal datang kesiangan pada acara ini, sehingga saya tidak bisa menempati kursi di depan untuk menyimak acara,” ungkap aktivis perjuangan Islam sejak zaman pra kemerdekaan usai konferensi, Kamis (29/5) di Gedung Dewaruci Amni.

Sejak dahulu, ia bercita-cita agar syariah Islam bisa diterapkan, namun karena ada kondisi tertentu yang akhirnya mengakibatkan syariah Islam ini tak kunjung bisa diterapkan. “Demokrasi adalah penyebab kenapa syariah Islam tidak bisa diterapkan. Dalam demokrasi semua orang bebas melakukan apa saja sekehendak mereka, tanpa berfikir lagi apakah tindakannya itu melanggar syariah Islam atau tidak,” tegasnya.

Selama acara pun, para peserta KIP mengikuti seluruh rangkaian dengan khidmat. Tak tampak dari mereka yang meninggalkan tempat sebelum acara selesai. Semua tekun menyimak uraian yang disampaikan oleh para pembicara dan tayangan dokusinema yang disajikan. Tak jarang teriakan takbir menggelegar menggetarkan ruang acara merespon materi pembicara yang membangkitkan semangat. Bahkan mereka tak merasa bahwa acara sudah usai dengan ditutupnya doa.

Pendek kata, semua larut dalam semangat dan kesadaran Islam untuk berjuang bagi tegakknya kembali syariah dan khilafah guna menggantikan demokrasi dan sistem ekonomi liberal. Salah satunya seperti yang ditunjukkan mantan Komisioner Komnas HAM Saharuddin Daming.

“Saya harap semua umat bisa mendukung untuk tegaknya hukum-hukum Allah di muka bumi, salah satunya dengan mendukung kegiatan-kegiatan Hizbut Tahrir, saya juga mendukung sehingga mau hadir,” ungkapnya usai mengikuti KIP, Selasa (27/5) di SICC Sentul Bogor.

Sedangkan, Wakil Gubernur Sumatera Utara T Erry Nuradi menyatakan program khilafah yang diusung oleh HTI sangat positif, apalagi jika dilihat dari sisi Islam. Sebab selama ini, agama hanya berbicara dalam konteks seputaran moralitas, masalah seremoni dan masalah individu saja.

“Tetapi dengan agama, ternyata banyak sekali yang dapat dilakukan. Baik dari segi politik, ekonomi, bahkan peperangan sekalipun. Oleh karena itu, agama perlu dikaji lebih jauh lagi, karena sebenarnya banyak hal positif yang dapat dilakukan,” ungkapnya di sela-sela KIP, Ahad (1/6) di Gedung Selecta, Medan.

Di KIP Bandar Lampung, Pimpinan Ponpes Miftahul Huda 606 KH Endang Arief menyatakan keharuannya. “Saya sangat terharu, ternyata konferensi yang diadakan dari tahun ke tahun membawa pengaruh yang besar yang mendorong masyarakat mengetahui apa itu HTI yang selama ini dihujat, diintimidasi dan sering diberikan stigma negatif. Bukan saja orang-orang yang sudah biasa datang pada konferensi ini tapi juga orang-orang yang baru akhirnya bisa mengetahui opini syariah khilafah,” ungkapnya usai konferensi, Ahad (1/6) di Graha Bintang Universitas Malahayati.

Dalam kesempatan itu, ia pun menyatakan kewajiban menegakkan syariat Islam itu bukan hanya kewajiban HTI, siapapun orang yang merasa beriman berkewajiban menegakkan syariat Islam. Dimanapun dia berada, siapapun dia wajib bagi dia memperjuangkannya.

Dalam KIP Ternate, Ahad (1/6) Ketua MUI Kota Ternate Ustadz H Usman Muhammad menyatakan sangat mendukung kegiatan HTI. “Harapan saya kegiatan seperti KIP bisa dilaksanakan secara kontinyu sehingga bisa menyadarkan umat dan bersama-sama untuk meneggakan syariat Islam,” ungkapnya usai didaulat untuk membacakan doa penutup.

Begitu juga dalam KIP Bangka Belitung. Ketua MUI Babel KH Usman Fathan meminta waktu untuk menyampaikan nasihat kepada hadirin sebagai bentuk dukungan atas perjuangan penegakan syariah dan khilafah.

“Kita tak akan bisa berubah kecuali diri kita sendiri yang mengubahnya. Jadilah seperti ikan, yang hidup di air asin tapi tetap tawar. Kita jangan terpengaruh oleh banyak orang (yang jauh dari agama),” ujar ulama yang juga sebagai Rois ‘Am Syuriah PWNU Babel, Selasa (27/5) di Ball Room Hotel Santika.

Usai mengikuti KIP yang diselenggarakan di SICC Sentul Bogor, Selasa (27/5) dengan lantang aktor Teuku Wisnu mengatakan: “Hidup tanpa Islam, pasti, pasti, pasti kita akan sengsara. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama tegakkan syariah, kita tegakkan khilafah!” (mediaumat.com, 11/6/2014)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*