Pemerintah Inggris menghadapi tuduhan memicu Islamofobia, setelah Operasi Kuda Troya — permainan politik untuk mengambil alih sekolah-sekolah Islam di Birmingham — terungkap.
Michael Wilshaw, kepala Badan Pengawas Standardisasi di sekolah-sekolah (Ofsted), Senin (9/6) mengatakan telah menemukan bukti adanya ‘budaya ketakutan dan intimidasi’ di beberapa sekolah dan kampanye terorganisir dengan target sekolah-sekolah berbasis Islam.
Michael Gove, menteri pendidikan Inggris, menanggapi temuan Ofsted dengan mengatakan kepada parlemen bahwa pemerintah akan memperkenalkan langkah-langkah aktif mempromosikan nilai-nilai Inggris. “Sekolah yang terbukti gagal akan diambil alih, diberi pemimpin baru, dan dibawa ke arah lebih segar.
Operasi Kuda Troya
Operasi Kuda Troya adalah inspeksi rutin ke 21 sekolah di Birmingham, Maret 2014, yang diikuti tuduhan sistematis bahwa sekolah-sekolah itu telah disusupi kelompok radikal. Sekolah-sekolah itu berada di permukiman dengan populasi Muslim yang besar, dan menjalankan prinsip-prinsip Islam yang ketat.
Park View School satunya. Tahun 2012, sekolah ini dipuji PM David Cameron sebagai model unggulan. Namun Park View School saat ini adalah satu dari enam sekolah yang dianggap berusaha diambil alih pemerintah karena dianggap gagal, dan disusupi Islam radikal.
Sejumlah laporan menyebutkan beberapa guru Park View dipinggirkan, atau dipaksa keluar dari sekolah. Pemerintah menggunakan kekuasaannya untuk mengubah karakter sekolah, sejalan dengan pandangan mereka.
Tuduhan-tuduhan lainnya, yang dialamatkan ke Park View dan sekolah-sekolah Islam lain, adalah mengeluarkan murid non-Muslim dan melarang pesta sekolah karena tidak Islami. Ada pula yang mengatakan sekolah memasang pengeras suara untuk azan, dan melakukan diskriminasi terhadap perempuan.
Laporan-laporan itu ditolak staf manajemen sekolah, guru, dan perwakilan orang tua murid. Mereka mengatakan inspektur sekolah telah gagal menemukan bukti adanya kelompok ekstremis di sekolah mereka.
Dave Hughes, wakil ketua Park View Education Trust, mengatakan laporan itu dibuat di bawah iklim kecurigaan. Hal ini, katanya, menempatkan anak-anak Muslim dalam risiko besar.
Jahangir Akbar, kepala sekolah Oldknow Academy, mengatakan sekolah-sekolah ini telah menjari korban politik perburuan. Shabina Bano, yang berbicara atas nama orang tua Oldknow, mengatakan tuduhan itu tidak berdasar dan mengerikan.
“Apa bukti sekolah ini disusupi kelompok radikal,” ujar Bano. “Apa bukti kami mengajarkan anak-anak bahwa perempuan Inggris itu pelacur dan masuk neraka. Apakah karena kami Muslim, maka pemerintah punya hak menyebarkan kebencian.”
Partai Buruh, yang beroposisi, mengambil keuntungan dari situasi ini dengan menyerang kebijakan pendidikan PM David Cameron. Khalid Mahmood, anggota Partai Buruh, menggunakan laporan Ofsted untuk menyudutkan pemerintah.
“Serangan seperti ini telah berlangsung sepuluh tahun,” ujar Mahmood kepada Al Jazeera.
Talha Ahmad, juru bicara Dewan Muslim Inggris dan mantan guru di Birmingham, mengatakan inspektur telah gagal mengakui prestasi sekolah dan berusaha mengubah peluang untuk siswa. “Bukan rahasia lagi bahwa ada upaya terorganisir. Saya juga bertanya-tanya apakah Ofsted didikte, dan menjalankan agenda politik,” ujarnya.
Pemerintah Inggris diduga menggunakan dog-whistle politic, sebuah tindakah mendiskreditkan komunitas atau figur secara rasis, tapi tidak menggunakan pendekatan rasisme.
Dalam kasus di Inggris, pemerintah mengumumkan setiap sekolah dengan mayoritas Muslim harus menjalankan program pendidikan kontrakekstremisme. Ketika sekolah menerima program ini, masyarakat sekitar — terutama yang non-Muslim — akan langsung menuduh sekolah itu telah disusupi teroris dan kelompok radikal.
Akibatnya, Ismaofobia dengan sendirinya berkembang di masyarakat sekitar sekolah. Setelah itu, pemerintah mengirim inspektur untuk menilai apakah program dijalankan. Jika dianggap gagal, sekolah diambil alih pemerintah Inggris.
“Kelompok neo-konservatif seperti Michael Gove melihat ini sebagai kesempatan untuk meminggirkan Muslim, dan merusak kohesi masyarakat,” ujar Imran Awan, peneliti di Universitas Birmingham City.
Ahmad mengatakan dirinya khawatir Operasi Kuda Troya mendorong Muslim yang terpinggirkan menjadi arus utama di Inggris, menimbulkan risiko keamanan, dan dimanfaatkan kelompok ekstrem.
“Alih-alih memerangi kelompok ekstrem, pemerintah Inggris sebenarnya sedang menumbuhkan radikalisme di kalangan anak-anak,” ujarnya. (inilah.com, 12/6/2014)