بسم الله الرحمن الرحيم
Jawab Soal
Perkembangan Terbaru di Libya
Pertanyaan:
Kemarin tanggal 2/6/2014 diumumkan bahwa perdana menteri yang diperselisihkan legitimasinya, Ahmad al-Mu’aytiq, telah berhasil memasuki markas perdana menteri di ibu kota Tripoli. Hal itu terjadi di tengah dukungan militer yang ketat dari batalyon wilayah tengah “Misrata“ … Konferensi Nasional Umum pada 25/5/2014 telah menyelenggarakan sidang di Tripoli. Dalam sidang itu diputuskan diberikan kepercayaan kepada perdana menteri baru Ahmad al-Mu’aytiq. Sementara, Abdullah ats-Tsuniy, mantan Perdana Menteri, menolak menyerahkan pemerintahan kepada kabinet baru. Pada 29/5/2014 ia menyelenggarakan pertemuan pemerintahannya di markas perdana menteri, sedangkan pemerintahan baru menyelenggarakan pertemuan kabinetnya di salah satu hotel. Ia juga mengumumkan tanggal pelaksanaan pemilu parlemen pada 25/6/2014. Perwira purnawirawan Khalifah Haftar pada 16/5/2014 mengumumkan pembangkangannya terhadap Konferensi Nasional Umum (al-Mu`tamar al-Wathaniy al-‘âm) dan menolak pemerintahan serta menuntut pembubaran parlemen dan penundaan pemilu. Bisa diperhatikan adanya pergerakan Amerika dan Eropa dalam masalah yang berkaitan dengan apa yang berlangsung di lapangan di Libya. Lalu apa hubungan pergerakan ini dengan apa yang berlangsung di sana? Apa hubungannya dengan pembangkangan purnawirawan perwira ini dan sampai apa tujuannya?
Jawaban:
- Sudah diketahui bahwa Libya merupakan negeri islami yang punya akar dalam sejak pembebasan islami pada masa khalifah ar-Rasyid, Umar bin al-Khaththab ra. Seluruh penduduknya muslim. Di bawah al-Khilafah dan pemerintahan Islam, Libya terus menikmati keamanan, rasa aman, kesejahteraan dan kestabilan selama 13 abad, sampai datang para penjajah Italia tahun 1912 dan meluaskan pengaruh mereka terhadap Libya. Penduduk Libya, kaum muslimin, melakukan perlawanan. Setelah kekalahan Italia pada Perang Dunia kedua, Inggris masuk ke Libya dan manguasainya. Inggris mendirikan sistem kerajaan pada akhir tahun 1951 ketika Inggris memberikan kemerdekaan formalistik. Ketika Inggris melihat pengaruhnya di Libya terancam oleh Amerika melalui Abdu al-Nashir di Mesir, maka Inggris memprovokasi agennya Qaddafi beserta sejumlah perwira untuk melakukan kudeta pada tahun 1969, dengan menggunakan kedok an-Nashiriyah, dalam upaya mereka mengelabuhi masyarakat dan berlindung dari dominasi Amerika terhadap rezim yang loyal kepada Inggris di Libya. Dengan begitu, Inggris bisa menjaga pengaruhnya di Libya.
- Amerika selama beberapa dekade berusaha meraih pengaruh di Libya tetapi tidak berhasil. Hal itu karena Qaddafi setia kepada Inggris dan sangat perhatian atas kelangsungan pengaruh Inggris di Libya. Inggris mengenalnya sejak dia menjadi mahasiswa di Sandhurst, kemudian Inggris merawat dan menjaganya selama beberapa dekade. Qaddafi terus menjaga kepentingan-kepentingan Inggris di Afrika…
Begitulah, hingga terjadi perlawanan di Libya pada tahun 2011, Amerika Serikat tidak memiliki pengaruh apapun di Libya. Qaddafi terus menjadi agen setia Inggris. Dengan datangnya musim semi Arab dan jatuhnya Hosni Mubarak di Mesir dan Zainal Abidin Ben Ali di Tunisia, perlawanan itu dengan cepat meluas melintas batas hingga ke Libya. Dengan penginderaan Inggris atas dekatnya akhir Qaddafi, sebab umat menginginkan perubahan, Inggris memutuskan berlepas tangan dari Qaddafi dan menyiapkan pengganti… Inggris bersama Perancis bersegera mengadakan kepemimpinan politik baru. Maka Inggris membentuk Majelis Nasional Transisi (NTC – National Transition Council) pada bulan Februari 2011.Pada 5/3/2011 terpilihlah menteri kehakiman yang membelot dari rezim Qaddafi, Mushthafa Abdul Jalil, sebagai ketua majelis. Perdana Menteri dipegang oleh Mahmud Jibril kemudian Abdurrahim al-Kieb… Majelis terus berlanjut sampai terbentuk Konferensi Nasional Umum pada Juli 2012. Konferensi Nasional Umum menerima tugas secara resmi dari Majelis Nasional pada 8/8/2012, kemudian Ali Zidan terpilih sebagai Perdana Menteri sampai dipecat oleh Koferensi yang dipimpin oleh Nuri Abu Sahmayn. Konferensi pun menugaskan Abdullah ats-Tsuniy sebagai perdana menteri, kemudian ia dipecat dan terpilih Mu’aytiq. Aspek resmi antara ats-Tsuniy dan Mu’aytiq tidak diselesaikan hingga waktunya… Adapun para revolusioner Libya dan faksi-faksi bersenjata yang tersebar di seantero negeri, mereka memiliki pengaruh di dalam Majelis, Konferensi dan Pemerintahan ini, sehingga satu majelis hilang dan digantikan Majelis yang lain, satu pemerintahan hilang dan digantikan oleh pemerintahan lainnya…
Konferensi Nasional itu dibentuk untuk menetapkan konstitusi dan mempersiapkan pemilu dalam waktu maksimal 18 bulan. Jika ini diperhitungkan setelah Majelis menerima tugasnya pada 8/8/2012 maka seharusnya tugas Konferensi berakhir pada 7/2/2014, akan tetapi Konferensi memperpanjang jangka waktu untuk dirinya sendiri hingga 24/12/2014. Masyarakat terbelah antara setuju perpanjangan waktu dan yang menolak… Pemerintahan sementara dibentuk untuk menjalankan aktivitas. KPU telah memutuskan untuk mengadakan Pemilu pada 25/6/2014 untuk mengadakan legalitas situasi baru: ketua parlemen dan Perdana Menteri…
- Amerika paham bahwa lingkungan politik di Libya adalah buatan Inggris bersama beberapa singkapan Perancis yang menguatkan lingkungan politik yang loyal kepada Inggris di Libya. Itu berarti bahwa Pemilu apapun mendatang yang menang adalah orangnya Eropa disertai segelintir orang “independen“. Dengan begitu situasi akan stabil dan hilanglah ambisi Amerika yang ingin mengeksploitasi pengaruhnya di militer secara riil pada masa akhir pemerintahan Qaddafi. Pemanfaatan pengaruh Amerika di militer itu sehingga memiliki pengaruh yang lebih banyak dan kuat tidak akan datang melaui praktek Pemilu dalam suasana yang masih tetap suasana Eropa. Maka Amerika berpikir mencampur file militer dan pengaturan ulang suasana di Libya untuk mendirikan kelas politik baru yang loyal ke Amerika, kemudian setelah itu diselenggarakan Pemilu. Langkah pertama adalah membebani orang-orang militer untuk melakukan pergerakan yang menyerupai kudeta menentang situasi yang ada, yang didominasi Konferensi Nasional, dimana mayoritas di dalamnya untuk orang-orangnya Eropa… Hal itu untuk mencampur file-file dan penundaaan Pemilu ke situasi yang lebih baik untuk Amerika, jika tidak murni, maka jadilah situasi baru di mana AS berpartisipasi bersama Eropa dan situasi baru itu tidak tanpa arena AS. Begitulah, Haftar bergerak dan sejarah hidupnya mengatakan loyalitasnya kepada Amerika… Setelah ia dilecehkan dan diingkari oleh Qaddafi pada perang Chad. Berikutnya, Haftar di tawan bersama dengan sekitar 300 tentara Libya pada Maret 1987. Setelah itu Amerika bekerja melakukan mediasi dengan Chad. CIA pada tahun 1990 melakukan negosiasi untuk membebaskan Haftar. Pesawat Amerika pun memindahkan Haftar dan kelompoknya ke Zaire kemudian ke Amerika dan memberinya suaka politik di Amerika Serikat, dimana ia bergabung ke gerakan oposisi Libya di luar negeri. Begitulah, Haftar menghabiskan 20 tahun berikutnya di negara bagian Virginia Amerika. Ia dilatih perang gerilya oleh CIA. Ia tidak kembali ke Libya kecuali setelah revolusi 17 Februari 2011, dimana ia memainkan peran dalam revolusi itu khususnya di kota Benghazi. Pada akhir tahun 2011, para komandan militer baru di Libya sepakat memilih Haftar sebagai pejabat baru Kepala Staf Militer Nasional (al-Jaisyu al-Wathaniy) yang dibentuk menggantikan militer rezim sebelumnya. Setelah ada kritik dari sejumlah oposan yang menampakkan keraguan yang jelas terhadap partisipasinya disebabkan sejarahnya di Chad dan kontaknya dengan orang-orang Amerika… Setelah kritik-kritik ini, Haftar dijauhkan militer ini dan jabatan kepala staf ditugaskan kepada mantan menteri dalam negeri Abdul fatah Younis al-‘Ubaidi.
- Haftar melakukan pergerakan pada 14/2/2014 mendeklarasikan kontrol militer yang loyal kepadanya terhadap realita militer dan vital di Libya. Dalam keterangannya ia mendeklarasikan pembekuan aktivitas Konferensi Nasional (Parlemen) dan Pemerintah. Ia meluncurkan apa yang ia sebut peta jalan untuk masa depan politik Libya. Ia mengatakan, “Apa yang kami lakukan bukan kudeta dan kami tidak berupaya untuk mendirikan pemerintahan militeristik, melainkan sejalan dengan tuntutan-tuntutan jalanan yang keluar menuntut lengsernya Konferensi Nasonal Umum (al-Mu`tamar al-Wathaniy al-‘Âm).“ Dengan begitu, ini merupakan upaya Haftar untuk melakukan tekanan terhadap pemerintah di Libya untuk merealisasi tujuan-tujuan politik seperti peta jalan yang ia lukiskan, sehingga ia sampai ke pemerintahan atau pemerintahan yang sedang eksis mengalami kejatuhan di Libya. Haftar melanjutkan dengan gerakannya pada 16/5/2014. Ia pun melancarkan serangan terhadap kelompok-kelompok bersenjata dan ia mensifatinya sebagai teroris di Benghazi dengan sebutan aksi militer yang diberi nama Kemuliaan Libya. Berikutnya aksi tersebut bertolak ke ibukota Tripoli. Haftar menyodorkan dirinya sendiri dalam posisinya sebagai panglima Militer Nasional dan penyelamat Libya dari kelompok-kelompok teroris. Pasukan yang loyal kepadanya pada 17/5/2014 menerobos Parlemen dan menguasai sekitarnya selama jangka waktu singkat lalu menarik diri. Muhammad Hijazi, juru bicara Militer Nasional, di bawah Haftar mengumumkan kepada kantor berita Reuters “Mereka yang melakukan serangan adalah orang-orang yang ada di bawah Militer Nasional yang melancarkan serangan terhadap orang yang mereka deskripsikan sebagai kelompok teroris.“ Dengan makin dekatnya tanggal Pemilu baru pada 25 Juni 2014, Libya terjerumus dalam kekacauan yang makin meningkat ketika Khalifah Haftar dan pasukannya melakukan serangan ke ibukota Tripoli dan Parlemen. Seminggu sebelumnya, ia menyerang pangkalan brigade Syuhada‘ pada 17 Februari di Benghazi. Brigade yang loyal kepada pemerintah ini termasuk satu yang terbesar dan kelompok bersenjata paling baik di Libya. Kemudian komandan pangkalan udara Libya Timur di Tibruq, mengumumkan dukungan mereka kepada Haftar pada 19 Mei. Setelah itu langsung saja kelompok tentara desertir dan person-person dari polisi nasional mengumumkan loyalitas kepada Haftar. Hasilnya, sebagian kekuatan Haftar bisa mengambil keuntungan dari sebagian angkatan udara di Libya. Hal itu dengan menggunakan pesawat dan helikopter dalam upaya untuk membangun eksistensinya di Benghazi. Sekarang kelompok-kelompok bersenjata Zintan berkoalisi dengan Haftar. Begitulah kekuatannya tumbuh sampai pada batas tertentu.
Haftar ingin meniru apa yang terjadi di Mesir berupa fokus pada perang terhadap jamaah al-Ikhwan al-Muslimun dan terhadap terorisme. Pada 20/5/2014, laman asy-Syarq al-Awsath,melansir wawancara dengan Haftar, di dalamnya ia mengisyaratkan keterpengaruhannya dengan uslub yang diikuti oleh Amerika di Mesir. Ia mengatakan, “Kami terpengaruh dengan apa yang berlangsung di Mesir.“ Ia juga mengatakan bahwa ia mengambil mandat dari rakyat berdasarkan format yang dilakukan oleh al-Sisi di Mesir. Kolonel Muhammad Hijaziy juru bicara resmi atas nama Mayjen Khalifa Haftar mengatakan, “Haftar akan berjalan berdasarkan jalan al-Sisi, jika rakyat Libya memintanya mencalonkan diri, khususnya bahwa al-Sisi berhasil dalam tugas sulit idealnya, yaitu mengambil kembali Mesir dari al-Ikhwan al-Muslimun.“ (Kantor berta al-Anadhul, 30/5/2014).
- Setelah itu Konferensi Nasional Umum Libya segera melakukan pertemuan pada hari Ahad 25/5/2014 meski ada banyak ancaman dari Khalifa Haftar. Parlemen memilih untuk memberikan mosi kepercayaan kepada pemerintahan perdana menteri baru, Ahmad al-Mu’aytiq. Pemerintahan Ahmad al-Mu’aytiq mendapat kepercayaan dari Konferensi Nasional dengan suara mayoritas 83 suara dari 94 anggota parlemen yang menghadiri sidang. Tampak jelas adanya keinginan kuat untuk mengadakan sidang. Ketua Konferensi dalam surat pendeknya telah mendorong para anggota parlemen untuk berpartisipasi dalam pertemuan (sidang). Ia mengisyaratkan pertemuan itu boleh jadi “menjadi yang terakhir.“ Sidang diadakan terlambat dari waktunya. Seharusnya sidang itu diadakan pada pukul 11.00 (9.00 waktu greenwich) ditunda ke sore hari karena tidak memenuhi kuorum. Begitu juga tampak keinginan kuat untuk tetap mengadakan sidang dimana para anggota Parlemen bertemu di istana Waliy al-‘Ahdi di Tripoli (istana dari masa kerajaan), sebab gedung Konferensi ditutup setelah serangan orang-orang bersenjata yang loyal kepada Haftar. Tentara-tentara dari salah satu batalyon Tripoli menjaga istana tersebut…
Akan tetapi, Haftar mengumumkan penolakannya terhadap pengangkatan perdana menteri baru seraya ia menyerukan penundaan Pemilu. Ia mengatakan: “Perdana menteri baru tidak akan bisa mengembalikan stabilitas ke Libya. Dan ia menyerukan penundaan Pemilu Parlemen yang diputuskan akan diadakan pada bulan Juni.“ (AFP, 26/5/2014). Haftar atas nama “Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata“ meminta “Dewan Yudisial Agung“ pada 21/5/2014 menugaskan “Dewan tertinggi untuk kepemimpinan negara menjadi bersifat sipil dan diantara tugasnya adalah menugaskan pemerintah darurat dan mensupervisi Pemilu Parlemen mendatang.“ Adapun Dewan Kepresidenan akan menyerahkan kekuasaan kepada Parlemen terpilih. Ia mengatakan, “Militer mengambil keputusan-keputusan ini setelah Konferensi Nasional Umum (Parlemen) menolak menghentikan aktivitasnya seperti yang dituntut oleh rakyat.“ Ia juga mengatakan, “Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (al-Majlis al-A’la li al-Quwwati al-Musallahah) akan menangani keamanan selama tahapan transisi dan setelahnya.“ (AFP, 22/5/2014) “Dewan Yudisial Tertinggi“ membantah hal itu pada 26/5/2014 dengan mengumumkan “pembentukan komite sosial dengan tujuan mencapai rekonsiliasi diantara semua pihak yang terdiri dari ketua Institusi Konstituante untuk menyusun konstitusi, ketua Ikatan Ulama (Rabithah al-Ulama), ketua Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, ketua komite audit legislasi, ketua Dewan Nasional Transisi, ketua Dewan Sesepuh dan Syura (Majlis asy-Syuyukh wa asy-Syurâ) dan ketua Komite Februari. Dan diantara tugas komite tersebut adalah berkomuniksi dengan semua pihak“ (Aljazeera, 26/5/2014). “Ketua Dewan ini tidak menjelaskan apakah inisiatif pembentukan komite tersebut merupakan penolakan terhadap inisiatif Haftar paling akhir? ketika Aljazeera menanyakan tentang itu.“ Akan tetapi, tampak bahwa Dewan Yudisial Agung tidak memenuhi seruan Haftar dan tidak mengumumkan penolakannya terhadap hal itu secara langsung, melainkan mengumumkan pembentukan komite untuk mencapai rekonsiliasi diantara berbagai pihak. Itu artinya, Haftar tidak mendapat dukungan peradilan.
- Sedangkan sikap Amerika, sudah jelas bahwa Amerika ada di belakang apa yang dilakukan oleh Haftar. Amerikalah yang menggerakkan Haftar… Disamping itu, sejarah hidup Haftar sejak dipindah oleh Amerika dari penjara Chad, dan pendidikannya dalam dekapan Amerika, ia sekitar dua puluh tahun hidup di Amerika di negara bagian Virginia… Meski semua itu, tanda-tanda lain menunjukkan hal itu:
- Pernyataan-pernyataan para pejabat Amerika yang mengisyaratkan hal itu baik secara tersurat maupun tersirat. Diantaranya:
– Selama kejadian-kejadian ini terjadi dan selama jangka waktu sejak Haftar memulai aksi militernya pada 14/2/2014 dan aksi lanjutannya pada 16/5/2014, Amerika mengirimkan deputy menteri luar negeri Amerika William Burns ke Libya. Dalam kunjungannya ia menyatakan, “makin meningkatnya ekstremisme yang disertai dengan kekerasan menjadi tantangan berat pada posisi teratas bagi Libya dan mitra internasional.“ Ia menambahkan, “pembangunan kembali keamanan merupakan perkara yang vital untuk keberhasilan Libya. Ia menjanjikan peningkatan bantuan Amerika dalam menghadapi kekerasan para ekstremis.“ Ia juga mengatakan, “Amerika Serikat akan bersama dengan para sekutu lainnya akan melanjutkan pelatihan militer dan kekuatan keamanan.“ (Reuters, 24/4/2014) Artinya bahwa Amerika akan menggunakan dokumen memerangi ekstremis dan teroris untuk menancapkan kontrolnya terhadap Libya. Oleh karena itu, antek Amerika Khalifa Haftar memanfaatkan dokumen ini setelah disodorkan oleh Amerika.
– Amerika tidak menafikan kontaknya dengan Haftar. Juru bicara kementerian luar negeri Jenifer Psaki dalam konferensi pers tanggal 20/5/2014 mengatakan, “kami belum melakukan kontak dengan Haftar pada waktu belakangan ini, sejak tiga minggu lalu. Kami mengecam dan tidak mendukung pergerakan di Libya di lapangan…“ Ia menolak mensifati aksi Haftar dengan kudeta militer ketika ia ditanya tentang hal itu. Juru bicara Ameirka itu dalam konferensi tersebut mengisyaratkan “kembalinya mantan dubes David Saterfield dari Libya terakhir. Dan bahwa Amerika memonitor kejadian-kejadian di Libya dari dekat pada dua hari terakhir…“ Ia tidak menafikan kontaknya dengan Haftar, akan tetapi ia hanya menafikan kontak dengan Haftar pada waktu belakangan … Jadi seakan-akan orang yang dicurigai berkata, tangkap aku! Dan yang menonjol disini, al-Hayat pada hari Sabtu 24 Mei 2014 menyebutkan bahwa duta besar AS untuk Libya Debora Jones mengatakan, “mayjen purnawirawan Haftar memerangi kelompok-kelompok terlarang dalam pandangan kami.“
- Wawancara dengan Haftar mengandung konotasi dukungan dan suport Amerika.
Washington Post melakukan wawancara dengan Haftar pada 20 Mei 2014. Haftar mengatakan, “kami telah memulai serangan untuk menghancurkan gerakan teroris yang ada di Libya. Kami memulai sejak sekitar seminggu dengan seluruh kesatuan tentara reguler. Sekarang dengan tugas ini kami berjalan maju dan kami memandang bahwa menghadapi mereka itu adalah solusi. Adapun tentang koordinasi dengan Zintan? Saya katakan kepada Anda, kami adalah satu kesatuan.“
- Demikian juga, pengumuman berulang-ulang tentang pergerakan pasukan Amerika ke Shaqliya mengantarkan kepada tujuan ini. Hal itu untuk berusaha menakut-nakuti pihak di dalam negeri Libya dan untuk mendukung antek mereka Haftar dengan penguatan spirit (maknawiyah) serta menampakkan kesiapan Amerika untuk membantunya:
– Juru bicara Pentagon John Kirby pada Selasa, 20/5/2014 mengumumkan, pasukan khusus angkatan laut AS (Marinir) bermarkas di pulau Shaqliya. Kirby beralasan, hal itu untuk tugas lain seperti mengungsikan rakyat Amerika dan para pegawai di kedubes Amerika di Tripoli.
– Asy-Syarq al-Awsath pada 21/5/2014 mengutip (pejabat senior di kementerian pertahanan Amerika kemarin menegaskan adanya pesawat-pesawat di Italia dalam kondisi siap untuk mengungsikan orang-orang Amerika dari kedubes Amerika di Tripoli seiring makin meningkatkan kekacauan di Libya. Ia mengisyaratkan bahwa para pejabat Pentagon terus memonitor situasi “detik demi detik menit demi menit.) Di surat kabar tersebut juga dinyatakan dengan mengutip para pejabat Amerika (Amerika Serikat menambah personel marinir dan pesawat yang bermarkas di Shaqliya dan selalu siap untuk mengungsikan warga Amerika … dan bahwa sekitar 60 orang tentara marinir dan empat pesawat dari jensi Osprey V-22 dikirimkan ke pangkalan angkatan laut Sijonila di Shaqliya dari pangkalan mereka di Spanyol. Dua pejabat yang meminta tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa dengan tambahan itu jumlah personel marinir yang ditempatkan di Shaqliya untuk jaga-jaga mencapai 250 personel. Dan hal itu membuat keberadaan mereka di Italia lebih dekat ke Libya dan membantu percepatan menjawab permintaan.)
– AFP mengutip pejabat Amerika pada 27/5/2014 “bahwa kapal perang AS akan sampai dalam beberapa hari ke pantai Libya dan memuat seribu tentara marinir untuk ambil bagian dari pengungsian yang diprediksikan bagi para pegawai di kedubes AS di Tripoli.“ Kementerian luar negeri AS meminta warga AS di Libya untuk pergi. Kementerian luar negeri AS menyatakan “kementerian luar negeri AS memperingatkan warga AS dari melakukan perjalanan apapun ke Libya dan berpesan kepada warga AS yang saat ini ada di Libya untuk pergi segera.“ Kementerian luar negeri AS juga menyatakan: “situasi kamanan di Libya tetap tidak bisa diprediksi dan tidak stabil.“ (Reuters, 28/5/2014)
- Begitulah, Amerika bekerja untuk menunda pemilu di Libya melalui gerakan Haftar. AS ingin mengkloning eksperimennya di Mali meski mengalami kegagalan di sana, dimana kudeta di sana dipimpin oleh salah seorang perwira pada 22/3/2012. Kudeta itu dilakukan sekitar sebulan sebelum tanggal pelaksanaan pemilu karena kekhawatiran AS bahwa pemilu tersebut jika berlangsung maka kelas politik yang loyal kepada Perancis akan memenangi pemilu. Maka Amerika ingin pemilu itu tidak diselenggarakan dalam iklim seperti itu kecuali setelah diubah melalui kudeta. Akan tetapi, Amerika tidak berhasil melanjutkannya, bahkan Perancis malah berhasil menghentikan masalah kudeta dan melangsungkan pemilu kurang dari satu setengah tahun setelah kudeta itu. Pemilu itu pun memunculkan presiden baru untuk Mali dari para pengikut Perancis “Abu Bakar Kieta“ dan dilantik pada 19/9/2013. Tampaknya Amerika memprediksi bahwa rencananya di Libya lebih baik dari rencananya di Mali…!
Kemudian, Amerika berusaha mengkloning eksperimen al-Sisi … Akan tetapi, fakta yang ada berbeda antara kondisi di Mesir dan kondisi di Libya. Al-Sisi sebelumnya adalah panglima militer sehingga kekuatan kekuatan militer lebih unggul di sisinya. Sedangkan Haftar, kekuatannya menyerupai sebuah faksi militer yang kecil, posisinya seperti posisi sebuah faksi militer kecil lainnya di Libya walaupun mungkin sedikit lebih dengan kekuatan yang mengikutinya, akan tetapi perbedaannya tidak besar. Jadi sangat berbeda dari realita militer Mesir dengan komando al-Sisi di sana. Kekuatan bersenjata di Libya terdistribusi diantara Haftar dan Konferensi Nasional. Misalnya, brigade Zintan “ash-Shawa’iq wa al-Qa’qa‘ “ telah mengumumkan bergabung ke upaya Haftar. Adapun batalyon daerah tengah “Misrata“ maka lebih dekat kepada Konferensi Nasional menentang Haftar … Begitulah berkaitan dengan kekuatan militer baik faksi-faksi dan satuan-satuan militer. Mereka berorientasi ke sana sini. Dari situ, pengkopian Haftar terhadap al-Sisi jelas tidak sama. Realita militernya berbeda. Al-Sisi adalah panglima militer dan kekuatan efektif bersamanya. Ia membubarkan Parlemen serta memecat presiden dan pemerintahan. Sebab ia berada pada posisi kuat karena ia adalah panglima militer. Akan tetapi Haftar Libya adalah ungkapan dari pensiunan militer yang memimpin pembangkangan dengan dukungan Amerika, ia tidak mampu mencopot pemerintah, tidak bisa membubarkan parlemen dan tidak bisa membekukan satu pun institusi negara. Di sana ada kekuatan yang untuk menghadapinya tidaklah sederhana. Karena itu, Haftar yang mengancam al-Mu’aytiq jika ia melakukan pertemuan kabinet akan ditangkap dan semacamnya Haftar telah gagal dalam menghalangi pertemuan itu. Kekuatan militer di bawah batalyon wilayah tengah “Misrata“ bergerak, menemani direktur kantor perdana menteri yang diperselisihkan legalitasnya Ahmad al-Mu’aytiq dan menyerang kantor perdana menteri dan menguasai dokumen-dokumen… Presiden Libya yang baru Ahmad al-Mu’aytiq pada sore tanggal 2/6/2014 bisa masuk kantor perdana menteri di ibu kota Tripoli, di tengah dukungan militer yang ketat di bawah batalyon wilayah tengah “Misrata“. Ia masuk ke kantor pemerintahan sebelum menerima tugas dari perdana menteri Abdullah ats-Tsuniy dan tanpa mempedulikan ancaman-ancaman Haftar! Jika berlangsung pemilu pada tanggal yang ditentukan maka tidak mungkin antek-antek Amerika akan berhasil. Pertaruhan Amerika tetap didasarkan memicu kekacauan dan keributan melalui Haftar dan lainnya dengan klaim memerangi teroris, dan boleh jadi melancarkan serangan tertentu terhadap gerakan-gerakan islami bersenjata tertentu untuk meningkatkan kekacauan dan keributan di Libya sehingga bisa membatalkan pemilu atau menundanya untuk menciptakan kesempatan lain guna mengokohkan pengaruhnya dengan menguatkan antek-anteknya dan merekrut lebih banyak lagi dari mereka. Karena itu bisa dilihat, Amerika akan melanjutkan dukungannya terhadap aksi Haftar sampai hal itu bisa merealisasi hal itu untuk Amerika. Dan jika Amerika melihat bahwa hal itu tidak berguna dan tidak bisa merealisasi hasil yang diinginkan dan bahwa pemilu tetap akan berlangsung maka Amerika akan bekerja untuk sepakat dengan Eropa pemilik pengaruh lebih kuat di sana berdasarkan redaksi tertentu.
- Ini dari sisi kekuatan militer. Dan dari sisi lainnya, maka situasi di Libya berbeda dari situasi di Mesir. Orang-orang Eropa khususnya Inggris memiliki akar di Libya dan mereka adalah pemilik pengaruh di sana sejak PD II hingga jatuhnya Qaddafi. Jadi mereka bisa menumbuhkan antek-antek dan memegang kendali perkara dengan bantuan Perancis dan orang Eropa lainnya disamping rezim antek mereka di kawasan. Adapun di Mesir, orang-orang Amerika telah berhasil menancapkan akar mereka di sana sejak kudeta 23 Juli 1952 melalui Abdul Nashir dan para perwira yang bersamanya. Amerika terus mengontrol Mesir hingga hari ini. Begitulah, realitanya berbeda. Pengaruh Eropa adalah yang lebih kuat di lingkungan politik Libya. Dan yang dimungkinkan adalah Inggris akan mengerahkan daya upayanya dengan dukungan Perancis, Jerman, Italia dan yang lain, dengan dibantu antek-antek mereka di Qatar dan negara-negara di Afrika utara yang bertetangga dengan Libya. Hal itu untuk kelanjutan pengaruh ini, khususnya bahwa Libya posisinya adalah sebagai titik tolak perpindahan ilegal yang ditakuti Eropa. Eropa juga takut pengaruh lain akan menguasai Libya dan mencengkeram perkara ini sampai akhir. Hal itu didorong oleh fakta bahwa lingkungan politik tetap yang dominan adalah loyal ke Eropa “Inggris“. Amerika memahami hal itu. Amerika paham konsern kuat tersebut dari Eropa khususnya Inggris. Oleh karena itu, Amerika bertindak dengan rencana reversible yakni tanpa alienasi bersama Eropa dalam masalah Libya. Pada waktu dimana Haftar melakukan pergerakan untuk memicu kekacauan melalui aksi militer, pada waktu yang sama Amerika juga bergabung dengan Eropa dalam perhatian terhadap Libya… Negara-negara Eropa bersama Amerika telah mengeluarkan keterangan bersama pada tanggal 23/5/2014 (Reuters) berkaitan dengan situasi di Libya. Di dalamnya dinyatakan: “Uni Eropa, Perancis, Italia, Inggris dan Amerika Serikat merasa sangat terguncang karena aksi kekerasan yang berlanjut dan mereka menyeru setiap pihak untuk tidak menggunakan kekuatan dan menyelesaikan perselisihan melalui jalan politik.“ Keterangan itu juga mengatakan: “setiap aktivitas yang mengarah kepada transfer kekuasaan wajib tegak diatas konsensus yang luas dan aksi apapun yang bertujuan merusak proses ini harus dijauhkan.“ Reuters menambahkan komentar: “kekuatan barat takut aksi yang dipimpin Haftar akan mengantarkan kepada pecahnya militer Libya dan terjadinya kekacauan yang lebih besar di Libya.“ Ini mencerminkan sejauh mana pengaruh negara-negara Eropa di Libya. Jika tidak niscaya Amerika tidak bergabung dengan negara-negara ini dalam mengeluarkan keterangan bersama.
- Begitulah, diprediksi Amerika dan alatnya, Haftar, tidak akan berhasil menghilangkan pengaruh Eropa di Libya. Akan tetapi mereka akan mengadakan kekacauan dan keributan. Mereka akan mengirimkan pesan kuat kepada lingkungan politik Eropa khususnya Inggris, pesan yang maksudnya bahwa zaman unilaterallisme Inggris dengan pengaruh di Libya telah berlalu dan bahwa Amerika wajib ada di dalam potret Libya dengan kuat… Meski demikian, bara api akan terus ada dan siap untuk berkobar selama pertarungan Eropa Amerika telah masuk ke rumah orang Libya dengan alat-alat Libya. Kaum kafir penjajah tidak peduli dengan pembunuhan di tengah kaum Muslimin dan mengalirnya darah mereka. Bahkan hal itu membuat mereka senang dan gembira… Perluasan pengaruh adalah tujuan negara-negara barat dan minyak Libya adalah sasaran mereka… Mereka berselisih menurut perbedaan kepentingan akan tetapi bersatu dalam permusuhan mereka kepada Islam dan kaum muslimin.
Begitulah, Libya jatuh dalam pertarungan internasional terus menerus. Negara-negara itu menjadikan Libya sebagai medan pertarungan diantara mereka untuk meluaskan pengaruh dan mendapatkan sebesar mungkin bagian dari pampasan. Oleh karena itu, masalah tidak akan reda, situasi tidak akan stabil, dan bangsa tidak akan meraih tujuan-tujuannya dari revolusi disebabkan intervensi internasional dan disebabkan ketidakjelasan pandangan banyak dari pelaku aktivitas tersebut dan para pelaku perlawanan diantara penduduk negeri yang melawan Qaddafi yang menjadi representasi barat khususnya Eropa dan merealisasi kepentingan-kepentingan barat dengan mengorbankan bangsa… Lalu bagaimana bisa masyarakat kembali terjerumus dalam jerat-jerat barat dan menjadi alat-alat pertarungan antar kekuatan barat?
- Ringkasnya, apa yang berlangsung di dalam negeri Libya adalah bahwa Inggris dan Eropa di belakangnya, berusaha sungguh-sungguh untuk mengantisipasi kejadian. Inggris dan Eropa berpacu dengan waktu untuk keluar dari dilema sekarang ini dengan menancapkan pilar-pilar pemerintahan terpilih yang diberi legalitas melalui pelaksanaan pemilu secepat mungkin, dimana hal itu akan mereproduksi rezim politik lama akan tetapi dengan wajah baru dari orang-orang yang loyal kepada Inggris dan Eropa. Sehingga Libya tidak keluar dari daerah pengaruhnya. Karena itu, Inggris dan Eropa segera berusaha untuk menggelar pemilu secepat mungkin. KPU menentukan tanggal pelaksanaan pemilu tanggal 25 Juni untuk pemilu memilih parlemen baru di Libya menggantikan Konferensi Nasional Umum yang makin diperdebatkan, seperti yang disebutkan oleh kantor berita resmi Libya.
Amerika dan para pengikutnya sangat memperhatikan masalah ini dan berusaha menghambatnya dan menghalangi pembentukan pemerintahan baru yang mensupervisi tahapan saat ini untuk mengatur pemilu seperti yang telah ditetapkan oleh KPU Libya yaitu tanggal 25 Juni. Haftar adalah alat Amerika dalam hal itu. Maka Haftar pada hari Ahad 25/5/2014 dalam keterangan yang dibacakan oleh juru bicara tentara nasional Libya yang dipimpin Haftar mengumumkan “penyelenggaraan apapun oleh Konferensi Nasional Umum akan menjadi sasaran pelarangan dan penangkapan.“ Tentara Nasional Libya pimpinan Haftar juga menganggap “bahwa pertemuan Konferensi di tempat manapun dinilai sebagai aktivitas ilegal dan ada dalam pertanggungan jawab secara hukum.“ Haftar belakangan pada hari Sabtu, 24/5/2014 menambahkan bahwa jika anggota parlemen ingin bertemu besok maka akan menjadi sasaran legal penangkapan. Di belakang itu, Amerika bertujuan mempertahankan kondisi pergolakan dan ketidakstabilan agar tetap terjadi. Hal itu berikutnya akan memungkinkan Amerika memaksakan antek-anteknya di peta politik Libya dan dalam lingkungan politik berpengaruh di Libya, jika Amerika mampu atau minimal menjadi partner aktif di Libya bersama Eropa khususnya Inggris.
Begitulah, Inggris dan didukung Eropa, mengerahkan usaha untuk melanjutkan pengaruhnya di Libya dengan menyelenggarakan pemilu di bawah suasana politik saat ini yang loyal kepada mereka. Sedangkan Amerika ingin menunda pemilu untuk memecah barisan lingkungan politik saat ini guna mengubahnya demi kemenangan Amerika atau minimal untuk memberi makan orang-orang Inggris dan setelah itu baru dilakukan pemilu. Tujuan dari masalah itu agar Amerika memiliki bagian “signifikan“ dari pengaruh di Libya.
- Penutup, sungguh menyedihkan negeri kaum muslimin yang dahulu menjadi titik tolak futuhat dan penyebaran Islam yang mengusung keadilan dan kebaikan ke seluruh penjuru dunia… negeri ini justru menjadi medan perang yang disitu kaum kafir penjajah berlomba membunuh kita dan merampok kekayaan kita… Mereka tertawa terbahak-bahak pada setiap tetes darah yang mengalir dari kita, bukan dengan tangan mereka saja, akan tetapi dengan tangan-tangan antek mereka diantara anak-anak generasi kita!
Kaum kafir penjajah adalah musuh-musuh kita. Maka tidak aneh mereka mengerahkan usaha dalam memerangi kita. Adapun bergabung dengan mereka kelompok orang Libya, sebagian loyal kepada Amerika dan sebagian lain loyal kepada Eropa, kemudian mereka saling berperang diantara mereka, perang bukan demi Islam dan menjulangtinggikan kalimat Allah, akan tetapi demi kepentingan kaum kafir penjajah… Sungguh salah satu dosa besar. Peperangan diantara kaum Muslimin merupakan kejahatan besar dalam Islam. Rasulullah saw bersabda dalam hadits yang dikeluarkan oleh Muslim dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah saw bersabda:
«كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ، دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ»
“Setiap muslim terhadap muslim lainnya haram darah, harta dan kehormatannya.“
Dan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Ibn Majah dari Ibn Umar ra., ia berkata: “aku melihat Rasulullah saw thawaf mengelilingi Ka’bah dan beliau bersabda:
مَا أَطْيَبَكِ وَأَطْيَبَ رِيحَكِ، مَا أَعْظَمَكِ وَأَعْظَمَ حُرْمَتَكِ، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَحُرْمَةُ الْمُؤْمِنِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ حُرْمَةً مِنْكِ، مَالِهِ، وَدَمِهِ، وَأَنْ نَظُنَّ بِهِ إِلَّا خَيْرًا»
“Alangkah baik engkau dan alangkah wangi aromamu, alangkah agungnya engkau dan alangkah agung kehormatanmu, dan demi Zat yang jiwa Muhammad ada di genggaman tangan-Nya, sungguh kehormatan seorang mukmin lebih agung di sisi Allah dari kehormatanmu, hartanya, darahnya dan hendaklah kita berprasangka dengannya kecuali yang baik.“
Dan dalam hadits yang dikeluarkan oleh an-Nasai dari Abdullah bin Amru, dari Nabi saw, beliau bersabda:
«لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ»
“Sungguh lenyapnya dunia lebih sepele di sisi Allah dari terbunuhnya seorang Muslim.“
Terakhir, Libya tidak pernah kosong dari pihak ketiga yang jujur dan mukhlis, perhatiannya adalah mengembalikan kebaikan dan keadilan ke Libya dengan penerapan berhukum kepada Islam di dalam kehidupan, negara dan masyarakat. Dan kami berharap dari kelompok ini agar berdiri menghadang para pengikut Eropa dan Amerika, dan menarik mereka kepada kebenaran dan menghentikan peperangan diantara mereka. Dan hendakmnya mereka bersama-sama mengarahkan moncong senjata mereka ke tengkuk musuh-musuh Islam dan kaum Muslimin, sehingga mereka membersihkan Libya dari semua kafir penjajah dan semua pengkhianat dan antek… Dan Libya kembali ke aslinya: titik tolak para pembebas, dan negeri para penghafal al-Quran al-Karim… benteng Islam yang terjaga dengan Islam dan penjaga Islam dengan daya dan kekuatan dari Allah.
﴿وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ﴾
“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.“ (TQS Yusuf [12]: 21)
5 Sya’ban 1435 H
3 Juni 2014 M