Di Inggris, ancaman keamanan terhadap para wanita muslim meningkat.
Sebuah survei yang dilakukan oleh pengajar di Universitas Teesside, Middlesbrough, Inggris, mengungkap perempuan lebih banyak menjadi target tindak kejahatan akibat fenomena Islamofobia. Mereka menemukan 54 persen korban adalah perempuan.
Islamofobia adalah istilah kontroversial yang merujuk pada prasangka dan diskriminasi pada Islam dan muslim.
Dikutip dari laman Dailymail, Selasa 1 Juli 2014, bahwa menurut keyakinan peneliti mereka dijadikan target halus, karena menggunakan pakaian tradisional muslim seperti niqab atau abaya.
Sementara itu, para pelaku tindak kejahatan itu didominasi kaum pria. Mereka berusia antara 10 hingga 30 tahun.
Dalam sebuah artikel harian The Independent yang ditulis oleh Jonathan Brown, menyebut bahwa empat dari lima pelaku tindak kejahatan itu diketahui pria. Yang lebih parah lagi, korban tindak kejahatan itu memilih untuk diam daripada melaporkannya ke polisi.
Akibatnya, banyak perempuan muslim yang merasa trauma, sehingga menyebabkan mereka tidak berani keluar rumah.
Peneliti riset tersebut, Matthew Feldman, menyebut adanya perubahan perilaku pelaku tindak kejahatan dari studinya. Menurut Feldman, biasanya pelaku tindak kejahatan yang menyasar kelompok sosial, etnis, agama, atau orientasi seksual tertentu, atau lazim disebut hate crime, cenderung membidik korban laki-laki.
“Namun, di sini kami melihat dengan jelas itu semua berbalik. Pria kulit putih berusia di bawah usia 30 tahun menyerang perempuan yang berpakaian tradisional muslim,” ungkap Feldman.
Dia menambahkan, hate crime di Inggris memiliki kecenderungan meningkat empat kali, khususnya sejak terjadi aksi pembunuhan terhadap salah satu pasukan pengawal Ratu Elizabeth II, Lee Rigby pada Mei 2013 lalu. Tahun lalu, total terdapat 23 serangan dan 13 di antaranya menggunakan kekerasan ekstrim.
Takut melaporkan
Menurut pandangan Direktur Organisasi Keagamaan Tell Mama Project, Fiyaz Mughal, serangan akibat Islamofobia jarang dilaporkan.
“Kita semua tahu itu, hanya segelintir dari apa yang telah terjadi. Namun, ketakutan yang dialami oleh perempuan muslim, jelas menjadi bukti nyata tindak kejahatan itu ada,” ungkap Mughal.
Studi itu dipublikasikan dua pekan, setelah aksi serupa menimpa seorang perempuan Saudi, Nahid Almanea, yang tengah menempuh pendidikan doktoral di Inggris. Perempuan berusia 31 tahun itu ditusuk sebanyak 16 kali ketika sedang berjalan di sebuah gang kecil untuk menuju kampusnya, Universitas Essex di Colchester.
Menurut detektif yang menangani kasus ini, salah satu penyebab ia dijadikan target, karena Almanea mengenakan jilbab dan jubah panjang yang menunjukkan dia seorang muslim.
Seorang pria berusia 52 tahun sempat ditahan, namun akhirnya dibebaskan tanpa dikenai dakwaan. Namun, pekan lalu, polisi menahan seorang pria berusia 19 tahun yang diduga terkait serangan itu. Hingga saat ini, belum ada satu pun individu yang dikenai tuntutan hukum. (viva.co.id, 1/7/2014)