Resolusi tersebut menyerukan “gencatan senjata sesegera mungkin, yang berlangsung lama dan setiap pihak harus menghormati penuh gencatan senjata” di Jalur Gaza. Resolusi yang draftnya disusun bersama antara negara-negara Arab, AS, Inggris dan Prancis juga memerintahkan penarikan mundur pasukan Israel dari Gaza, namun tidak dijelaskan dengan detil kerangka waktu penarikan mundur pasukan Israel.
Sekjen PBB Ban Ki-moon menyatakan lega dengan keluarnya resolusi tersebut, setelah AS berusaha menghalang-halangi upaya tersebut.
Laporan al-Jazeera dari markas besar Dewan Keamanan PBB di New York menyatakan, resolusi itu bukan kemenangan penuh bagi negara-negara Arab yang selama ini memperjuangan draft resolusi terhadap agresi Israel di Gaza. Karena pada saat yang sama, AS dan beberapa negara lainnya berencana mengeluarkan apa yang disebut “pernyataan kepresidenan” yang sifatnya tidak mengikat. Negara-negara Arab sebenarnya frustasi dengan sikap Dewan Keamanan yang sebelumnya menolak draft resolusi usulan Libya dan lebih menerima draft yang dibuat oleh AS, Inggris dan Prancis.
Resolusi yang akhirnya dikeluarkan PBB itu, isinya tidak tegas untuk menekan Israel agar menghentikan agresi kejinya di Jalur Gaza. Resolusi itu misalnya, meminta Israel agar membuka semua perbatasan tapi tidak menyebutkan kapan harus dibuka.
Begitu juga dengan seruan agar Israel menarik pasukannya dari Gaza, dalam resolusi itu tidak disebutkan dengan tegas kapan Israel harus mulai menarik pasukannya. Resolusi menyatakan mengutuk semua aksi-aksi kekerasan Israel yang dilakukan secara langsung pada rakyat sipil Palestina dan menyebutnya sebagai tindakan terorisme.
Resolusi yang bersifat mengikat ini masih menjadi tantangan bagi Dewan Keamanan PBB, apakah berani menjatuhkan sanksi jika Israel melanggar dan menolak mematuhi resolusi itu. Selama ini, Israel sudah sering melanggar resolusi DK PBB, namun tidak pernah mendapat sanksi tegas. (Eramuslim, Jumat, 09/01/09)
Bagaimana bisa penyelesaian Palestina diserahkan kepada PBB, sementara pada tahun 1947, PBB telah memecah belah tanah Palestina, dan sebagian daerahnya diserahkan kepada penjajah Israel. Berharap kepada PBB sama saja berharap pada pepesan kosong. Demikian pula dengan keberadaan AS di belakang PBB.
Yang dibutuhkan oleh rakyat Palestina bukanlah resolusi dari PBB. Rakyat Palestina tidak membutuhkan resolusi-resolusi palsu, sementara pembantaian terhadap warga terus terjadi. Yang dibutuhkan rakyat Palestina adalah pertolongan dari saudara mereka sendiri, para tentara-tentara kaum Muslim di seluruh dunia untuk menghentikan kebrutalan Israel, sekaligus membebaskan Palestina.
Namun, lagi-lagi para penguasa negeri-negeri Muslim lebih memilih duduk bersama dengan lembaga yang hanya melegalkan kepentingan Barat. Kebrutalan Israel atas warga Muslim Palestina juga bukanlah hal yang baru. Derita Palestina telah berlangsung lama sejak Israel yang didukung oleh Amerika dan Inggris serta PBB mencaplok tanah milik kaum Muslim itu. Sekali lagi, ketiadaan Khilafah telah menjadikan tentara-tentara Muslim yang banyak hanya dijadikan sebagai pajangan. Padahal, hari ini saudara mereka menantikan pertolongannya.
Padahal Allah Swt. telah berfirman, “Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan.” (TQS. Al-Anfal [8]: 72)
Para penguasa muslim semakin lama semakin memperlikatkan sikap bahwa mereka tidak pernah memperhatikan kepentingan dan kehendak rakyat.Hal ini tentu akan semakin menyadarkan rakyat bahwa penguasa mereka tidaklah diperlukan lagi keberadaannya. Oleh karena itu melengserkan mereka menjadi sesuatu yang harus dilakukan.Khilafah sudah di depan mata kita semua,bersegeralah menyambutnya.itulah waktu yang tepat untuk kita semua menuntut balas atas israel,As,inggris dll.tangankulah yang akan menggorok leher buss,ariel sharon dan sahabatnya sesama bajingan pembantai umat ISLAM