Khutbah Idul Fitri 1435 H

Khilafah: Kewajiban Syar’i dan Sumber Kemuliaan

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الله اكبر 7×

اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْراً وَالْحَمْدَ ِللهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ هَذَ الْيَوْمِ عِيْداً لِلْمُسْلِمِيْنَ وَحَرَّمَ عَلَيْهِمْ فِيْهِ الصِّياَمَ، وَنَزَّلَ الْقُرْآنَ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّناَتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانَ خَيْرَ نِعَمٍ، اَحْمَدُهُ وَاشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ اِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْراَمِ.

اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهِ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرَ اْلأَناَمِ .

أُصَلِّيْ وَاُسَلِّمُ عَلَى الْقَائِدِ وَالْقُدْوَةِ مُحَمَّدِ ابْنِ عَبْدِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، وَمَنْ دَعاَ اِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ وَمَنْ جاَهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ حَقًّ جِهاَدِهِ اِلِى دَارِ السَّلاَمِ.

اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ أُوْصِيْنيِ وَأِياَّكُمْ بِتَقْوَى اللهِفَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ, قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِه الْكَرِيْمِ:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

اَمَّا بَعْدُ

 

Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakul-Lâh

            Pagi ini kita datang dan berkumpul di sini untuk memenuhi panggilan Allah Swt. Kalimat takbîr, tahlîl, dan tahmîd kita gemakan sebagai bentuk ketaatan dan ungkapan rasa syukur kita kepada-Nya. Dari-Nyalah semua nikmat yang ada pada diri kita.

Pada hari raya ini, kita patut bergembira dan bersukacita. Gembira karena telah menyelesaikan kewajiban puasa dan berbagai ibadah lainnya di bulan Ramadhan. Dengan begitu, kita bisa berharap meraih predikat hamba yang bertakwa, serta mendapatkan ampunan, pahala, ridha, dan surga-Nya.

Meskipun gembira dan sukacita, namun kegembiraan kita tidaklah sempurna manakala menyaksikan berbagai peristiwa menyedihkan menimpa umat Islam di berbagai belahan dunia. Bagaimana kita bisa bergembira sementara saudara-saudara kita di Gaza-Palestina dibombardir dengan aneka senjata pemusnah oleh tentara-tentara Israel. Tidak sedikit yang menjadi korban, bahkan ratusan orang gugur menjadi syuhada. Masjid, pemukiman, rumah sakit, dan berbagai infrastruktur lainnya pun hancur dan luluh lantak. Betapa sedihnya hati ini, kita menyaksikan tubuh-tubuh bergelimpangan dengan penuh luka mengenaskan, mendengar tangisan bayi dan anak-anak yang memilukan, serta jeritan meminta pertolongan. Namun, tak banyak yang bisa kita lakukan.

Kita sungguh kagum dan bangga dengan sikap ksatria saudara-saudara kita Gaza. Meskipun menghadapi gempuran tentara Israel, mereka tetap sabar dan tabah. Tak tampak sikap lemah, apalagi kata menyerah. Mereka melakukan perlawanan dengan gagah. Sehingga, mereka tak bisa ditundukkan Israel dengan mudah. Padahal, Gaza hanyalah sebuah kota dengan luas sekitar 365 km2. Itu pun sudah diblokade dengan benteng tinggi yang mengelilinginya.

Wahai saudara-saudara kami di Gaza, kami berdoa, semoga Allah Swt segera memberikan keselamatan, kekuatan, pertolongan, dan kemenangan untuk Anda.

 

Allâhu Akbar 3X wa lil-Lâh al-hamd,

Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakul-Lâh

Serangan Israel terhadap Gaza telah menyingkap tabir siapa sejatinya para penguasa Arab dan negeri-negeri Muslim lainnya. Para penguasa itu tentu menyaksikan kebiadaban Yahudi Israel. Mereka juga tahu bahwa kebiadaban Israel itu telah melampaui batas kemanusiaan. Namun anehnya, mereka hanya bungkam dan berdiam diri. Kalaupun ada, hanya sebatas kecaman dan kutukan tak berarti. Atau paling banter, mengirimkan bantuan dana, makanan, atau obat-obatan. Namun, tidak ada satu pun tindakan nyata yang mereka lakukan untuk menghentikan kebiadaban Israel. Tidak ada tentara yang mereka kirim untuk berjihad melindungi Gaza dan berperang melawan tentara Israel di medan laga.

Padahal, jika mereka mau menggerakkan tentara mereka, niscaya dapat menyelamatkan Gaza. Bahkan lebih dari itu, mampu membebaskan Palestina dan melibas habis Israel dalam waktu singkat.

Betapa tidak. Jika dikumpulkan, jumlah seluruh tentara di negeri-negeri Muslim lebih dari dua juta orang. Kalau masih dirasa kurang, bisa memobilisasi para pemuda dan umat Islam yang siap berjihad. Belum lagi ditambah dengan tentara malaikat yang tak terlihat, yang diturunkan untuk membantu mereka. Maka dengan izin dan pertolongan Allah SWT, negara Israel yang penduduknya hanya 7,8 juta jiwa itu dengan mudah dapat dilenyapkan.

Akan tetapi mereka tidak mau melakukannya. Mereka justru menghiba kepada PBB dan Amerika, dan hanya meminta Israel agar menghentikan serangan. Tindakan itu jelas menunjukkan bahwa mereka tidak peduli dengan nasib umat ini. Kendati darah umat Islam tertumpah, negerinya dijajah, dan kekayaannya dijarah, mereka tidak melakukan pembelaan. Maka tak aneh jika banyak yang menyebut mereka sebagai penguasa antek. Antek negara-negara kafir penjajah. Tak mengherankan pula jika ada yang mempertanyakan aqidah mereka: Masihkah tersisa keimanan di dada mereka?

Bukankah mereka telah mendengar firman Allah swt: innamâ al-mu`minûna ikhwah, sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara? Bukankah mereka telah mengerti bahwa umat Islam itu kamatsal al-jasad al-wâhid, laksana tubuh yang satu. Tatkala ada bagian tubuh yang sakit, seluruh tubuh ikut merasakannya. Lalu, mengapa mereka meremehkan perintah Allah Swt:

﴿وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ﴾

(Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan(QS al-Anfal [8]: 71).

 

Allâhu Akbar 3X wa lil-Lâh al-hamd,

Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakul-Lâh

Palestina bukanlah satu-satunya. Di Suriah, hingga kini umat Islam harus menghadapi keganasan penguasanya sendiri, Basyar Asad. Dengan dukungan negara-negara kafir penjajah, rezim Nushairiyyah itu membantai ratusan ribu rakyatnya sendiri.

Sementara Irak dan Afghanistan masih berada di bawah penjajahan negara imperialis, Amerika Serikat. Kondisi menyedihkan juga masih terus dialami saudara-saudara kita di Pattani Thailand, Moro Philipina Selatan, Kashmir, Rohingya di Miyanmar, Afrika Tengah, China, dan lain-lain.

Semua realitas itu mengukuhkan kesimpulan bahwa umat ini memerlukan Khilafah. Dengan Khilafah, persatuan umat Islam benar-benar dapat diwujudkan dalam kehidupan. Selain ikatan aqidah, persatuan umat semakin kokoh tatkala berada dalam ikatan daulah.

Dengan Khilafah, negeri-negeri Islam yang kini membentang dari Maroko hingga Merauke dapat dipersatukan. Tatkala dihimpun dalam satu daulah, maka Khilafah akan menjadi negara raksasa yang disegani dunia. Tidak ada yang berani melawan dan melecehkan.

Dengan Khilafah pula, umat Islam beserta agamanya terjaga. Darah, kekayaan, dan kehormatan akan terpelihara. Sebab, khalifah sebagaimana disebutkan Rasulullah saw adalah junnah, perisai. Beliau bersabda:

«وَإِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ»

Sesungguhnya imam itu adalah perisai, tempat berperang di belakangnya dan berlindung dengannya (HR al-Bukhari).

           

Pendek kata, dengan Khilafah, umat ini akan menjadi umat yang mulia dan terhormat.

 

Allâhu Akbar 3X wa lil-Lâh al-hamd,

Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakul-Lâh

Khalifah bukan hanya kebutuhan negeri-negeri Muslim yang terjajah secara fisik. Khilafah juga menjadi kebutuhan bagi seluruh umat Islam, termasuk negeri yang tidak dijajah secara fisik seperti negeri ini. Meskipun tidak secara fisik, namun penjajahan berlangsung dalam berbagai aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi, budaya, pemikiran, dan peradaban. Maka, utang negara pun terus bertambah setiap tahun, sementara sebagian besar rakyatnya hidup miskin dan menderita. Ironisnya, kekayaan alam yang melimpah ruah justru dikuasai korporasi-korporasi asing. Korupsi semakin menjadi-jadi, kriminalitas merajalela, kemungkaran dan kemaksiatan lainnya semakin liar dan tak terkendali.

Rezim telah beberapa kali berganti. Pemilu, baik legislatif, presiden, maupun kepala daerah sudah diadakan berkali-kali. Namun perubahan lebih baik tak kunjung terjadi. Janji manis para politisi tinggal janji. Keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan hanya mimpi.

Bagaimana bisa keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan bisa diwujudkan, sementara sistem yang diberlakukan justru menciptakan ketimpangan, kemiskinan, dan kesengsaraan. Bagaimana bisa negeri ini terbebas dari penjajahan, sedangkan sistem yang diterapkan justru melempangkan penjajahan. Maka, siapa pun pemimpinnya, jika sistemnya tidak diubah, tetap saja tidak akan membawa perubahan.

Inilah yang terjadi di negeri ini. Pangkal penyebab aneka problema di negeri ini adalah sistem batil dan rusak. Sistem itu adalah demokrasi dan liberalisme. Keduanya bersumber dari ideologi kufur, yakni Sekularisme-Kapitalisme.

Prinsip dasar demokrasi adalah kedaulatan rakyat. Prinsip ini menjadikan manusia menjadi pembuat hukum satu-satunya. Ini jelas menafikan otoritas Allah Swt sebagai pembuat hukum. Sedangkan prinsip dasar liberalisme dalam ekonomi adalah kebebasan kepemilikan beserta pengelolaannya. Tidak peduli apakah kebebasan itu menabrak ketentuan syariah atau tidak.

            Ketika sistem tersebut diterapkan oleh negara, maka akan memiliki daya paksa terhadap rakyatnya. Rakyat dipaksa berpaling dari syariah-Nya. Ketika itu terjadi, niscaya akan menjerumuskan manusia kepada jurang kesengsaraan. Allah Swt berfirman:

﴿وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا﴾

Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit (QS Thaha [20]: 124).

Menurut Imam Ibnu Katsir rahimahul-Lâh dalam tafsirnya, pengertian berpaling dari peringatan-Ku adalah menyelisihi perintah-Ku dan apa yang Aku turunkan kepada para rasul-Ku, berpaling darinya, melupakannya, dan mengambil selainnya sebagai petunjuk baginya,

Sedangkan yang dimaksud dengan: fa inna lahu ma’îsyatan dzanka, adalah: Tidak ada ketenteraman baginya, tidak ada kelapangan di dadanya, bahkan dadanya terasa sempit karena kesesatannya, meskipun secara dhahir terlihat nikmat. Bisa berpakaian, bisa makan dan minum apa pun yang diinginkannya, serta tinggal di mana pun dia suka. Maka hatinya tidak akan sampai pada keyakinan dan petunjuk. Hatinya akan merasa gelisah, tidak menentu, dan ada dalam keraguan. Hatinya selalu diliputi sangsi dan kebimbangan.

Penolakan terhadap syariah, tidak hanya menyebabkan derita di dunia, namun juga akan menjerumuskan manusia ke dalam neraka. Inilah yang ditegaskan dalam ayat ini selanjutnya:

﴿وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى﴾

Dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta (QS Thaha [20]: 124).

Masihkah ada di antara kita berani melanjutkan sistem kufur yang membuat kita mendapatkan siksa tiada tara?

 

Allâhu Akbar 3X wa lil-Lâh al-hamd,

Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakul-Lâh

Karena itu, negeri ini memerlukan Khilafah. Dengan Khilafah, syariah dengan seluruh bagiannya dapat diterapkan. Sebagai hukum yang berasal dari Dzat Maha Benar dan Maha Adil, syariah adalah hukum yang benar dan adil. Dan ketika diterapkan, niscaya akan menghasilkan keadilan dan kebaikan. Kesejahteraan dan keberkahan juga akan didapatkan. Allah Swt berfirman:

﴿وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ﴾

Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi (QS al-A’raf [7]: 96).

 

Allâhu Akbar 3X wa lil-Lâh al-hamd,

Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakul-Lâh

Di akhir khutbah ini, kami ingin mengingatkan kembali bahwa Khilafah adalah kewajiban syar’i dan sumber kemuliaan kita: al-khilâfatu fardhu Rabbina wa mashdaru ‘izzinâ, Khilafah adalah kewajiban Tuhan kita dan sumber kemuliaan kita.

Khilafah sebagai kewajiban telah diterangkan oleh para ulama mu’tabar. Tidak ada perselisihan di antara mereka. Kemuliaan juga hanya kita dapatkan tatkala kita menerapkan syariah. Sedangkan syariah secara kaffah hanya bisa diterapkan dalam daulah Khilafah.

Maka, wahai kaum Muslimin. Setelah menjalankan ibadah puasa sebulan penuh, marilah kita sempurnakan ibadah kita dengan turut berjuang menegakkan Khilafah. Segeralah melangkah dalam barisan para pejuang syariah dan Khilafah. Semoga, Allah Swt menyegerakan pertolongan-Nya dengan kembalinya Khilafah ‘alâ minhâj al-nubuwwah; dan kita termasuk di antara orang-orang ikut andil di dalamnya.

Marilah khutbah ini kita tutup dengan doa:

أَللّهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، أَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَات

اللّهُمَّ اجْعَلْ عَمَلَنَا عَمَلًا صَالِحًا مُتَقَبَّلًا, مُوَافِقًا بِأَحْكَامِكَ وَخَالِصًا لِوَجْهِكَ

اَللّهُمَّ يَا مُنْـزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ الْحِساَبِ وَمُحْزِمَ اْلأَحْزَابِ اِهْزِمِ اْليَهُوْدَ وَاَعْوَانَهُمْ والَصَلِّيْبِيِّيْنَ الظَّالِمِيْنَ وَاَنْصَارَهُمْ وَالرَّأْسُمَالِيِّيْنَ وَاِخْوَانَهُمْ وَ اْلإِشْتِرَاكَيِّيْنَ وَالشُيُوْعِيِّيْنَ وَاَشْيَاعَهُمْ

اَللَّهُمَّ ارْحَمْ اُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَحْمَةً عَامَّةً تُنْجِيْهِمْ بِهَا النَّارَ وَتُدْخِلْهُمْ بِهَا الْجَنَّةَ. اَللَّهُمَّ اَيُّمَا عَبْدٍ اَوْ أَمَةٍ مِنْ اُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ يُحِبُّنَا وَيَدْعُوْ لَنَا فَثَقِّلْ مِيْزَانَهُ وَحَقِّقْ اِيْمَانَهُ وَاجْعَلْهُ فِي الْجَنَّةِ الْفِرْدَوْسِ اْلاَعْلَى. وَاَيُّمَا عَبْدٍ اَوْ اَمَةٍ مِنْ اُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَلَى خَطَأِ وَهُوَ يَظُنُّ اَنَّهُ عَلىَ الْحَقِّ فَرُدَّهُ اِلَى الْحَقِّ رُدًّا جَمِيْلاً. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا ِلإِخْوَانِناَ الْمُسْلِمِيْنَ حَيِّنِيْنَ لَيِّنِيْنَ سَهِّلِيْنَ حَبِيْبِيْنَ قَرِيْبِيْنَ. وَنَسْأَلُكَ اَنْ تَجْعَلَناَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُيَسِّرِيْنَ وَلاَ تَجْعَلَناَ مُعَسِّرِيْنَ وَمُنَفِّرِيْنَ.

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْخِلاَفَةِ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ تُعِزُّ بِهَا اْلإِسْلاَمَ وَاَهْلَهُ وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، وَ اجْعَلْناَ مِنَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ بِإِقَامَتِهَا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، كُلُ عَامٍ وَ أَنْتُمْ بِخَيْرٍ

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*