HTI Press, Majalengka. Tampaknya isu ISIS tidak menyurutkan dakwah HTI di Majalengka. Itu ditunjukkan dengan dipadatinya tempat duduk yang disediakan panitia Liqa Syawal HTI di Gedung Sindangkasih Majalengka oleh para ulama dan tokoh umat. Diketahui selama ini HTI sangat aktif berjuang untuk tegaknya Syariat dan Khilafah. Meskipun ada beberapa ulama dan tokoh di suatu desa yang membatalkan acara karena terkena isu ISIS namun acara tetap berlangsung lancar dan tertib. Beberapa intel dari Kodim dan Polres juga tampak hadir.
Memang suasana berbeda mewarnai Gedung Sindang Kasih Kota Majalengka pada Ahad, 10 Agustus 2014. Kibaran bendera Al liwa dan Ar raya terpasang di depan gedung. Sementara itu sejak pukul 07.30 pagi ratusan ulama dan tokoh dari beberapa wilayah di Majalengka seperti Majalegka, Kadipaten,Jatiwangi, Maja, Talaga, Cikijing dan lainnya. Mereka datang secara kelompok maupun sendiri ke tempat tersebut. Mereka datang untuk menghadiri Liqa Syawal Hizbut Tahrir Bersama Ulama dan Tokoh Majalengka, yang bertema #INDONESIAMILIK ALLAH, Saatnya Khilafah menggantikan demokrasi dan sistem ekonomi liberal.
“Sesungguhnya umat Islam itu kaya dengan ulama’ yang benar-benar ikhlas seperti mereka yang hadir, memberikan dukungan dan berjuang bersama pada beberapa event Konferensi Khilafah, Mu’tamar Khilafah Sanawiyah, Muktamar Ulama Nasional, Majelis Al Buhuts Al Islamiyah, Workshop Ulama Penegak Khilafah dan Syari’ah, dan Dirasah Syar’iyyah serta pada hari ini InsyaAllah pada Liqo’ Syawal Ulama ini,” ujar pengurus DPD II HTI Kabupaten Majalengka, Yayat Rohiyatna S.S, S.IP dalam sambutannya.
Beliau juga mengatakan bahwa untuk ke sekian kalinya para ulama’ warasatul anbiya’ bersama Hizbut Tahrir berdiri pada shaff yang sama dengan semua kekuatan yang dimiliki dan menyeru untuk melakukan aktivitas dengan sungguh-sungguh, dengan mencurahkan semua kekuatan serta dalam waktu secepat-cepatnya untuk merintis kehidupan Islam kembali dengan menyerukan penegakan Daulah al-Khilafah ar-Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwwah.
Disampaikan juga, peran aktif ulama menjadi hal yang paling penting terutama untuk memberikan penegasan tentang urgensitas khilafah Islam untuk kita semua umat Islam serta hukum wajibnya menegakkan khilafah. “Ini sebagaimana penegasan ulama-ulama al-qathibah radhiyallahu anhum dari kalangan ahlus sunnah wal jama’ah dari semua madzhab,” tegasnya seraya mengutip sejumlah pendapat dari para ulama ahlusunnah wal jamaah.
Sementara Ust Nurhilal Ahmad, MSi, pengurus DPD HTI Jawa Barat dalam pidato politiknya menyampaikan bahwa sejak Indonesia diproklamasikan, demokrasi adalah sistem politik yang dipilih, mulai demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, demokrasi Pancasila, hingga kembali lagi liberal. Sedangkan dalam sistem ekonomi ,meski sempat terpengaruh sosialisme pada masa orde lama, namun kapitalisme-liberalisme adalah sistem ekonomi yang diperlukan.
“Pertanyaannya apakah setelah menerapkan demokrasi puluhan tahun, Indonesia menjadi lebih baik? Apakah setelah menjalankan sistem ekonomi liberal, Indonesia menjadi lebih sejahtera?” tanyanya. Bukti tak terbantahkan katanya bahwa demokrasi dan sistem ekonomi liberal itu gagal menjadikan Negara ini lebih baik dan sejahtera. Sebaliknya semakin rusak dan bobrok.”Alih-alih menyelesaikan masalah, demokrasi dan sistem ekonomi liberal justru menjadi sumber masalah,”tegasnya.
Beliau kemudian memaparkan bagaimana ongkos demokrasi yang begitu mahal dan terbukti pemicu utama maraknya korupsi. Berbagai Undang-undang liberal yang dihasilkan justru menyengsarakan rakyat. Bahkan demokrasi menjadi pintu masuk bagi Negara-negara kafir penjajah untuk menguasai dan merampas kekayaan alam. “Sesungguhnya kita tak perlu ragu untuk mencampakkan demokrasi dan sistem ekonomi liberal,” tegasnya.
HTI dalam seruan pasca Ramadhan yang dibacakan KH Aa Fachrurrozi SP, MP ketua DPD II HTI Majalengka mengajak para ulama dan tokoh umat untuk mengambil bagian lebih besar dalam perjuangan menegakkan syariat dan Khilafah. Sebab, ulama dan tokoh adalah orang-orang yang memiliki kelebihan dalam ketakwaan dan ilmu. Ulama dan tokoh adalah orang yang disebut al-Quran sebagai hamba Allah SWT yang takut kepada-Nya. Ulama dan tokoh juga dinyatakan Rasulullah sebagai warats al-anbiya’, pewaris para nabi. Semua kelebihan inilah yang membuat ulama dan tokoh dijadikan sebagai rujukan dan panutan bagi umat, khususnya dalam urusan dîn.
“Maka, ketika para ulama dan tokoh menyatakan dengan tegas bahwa sekularisme, kapitalisme, liberalisme, demokrasi, sosialisme, dan semua ideologi selain Islam adalah kufur dan sesat; haram mengambilnya, menerapkannya, menyebarluaskannya, umat akan mengikutinya. Mereka tidak akan ragu untuk membuang semua ideologi dan hukum kufur tersebut,” paparnya.
Kyai Opik Taufikurrohman, pengasuh pesantren Darut Taufik Maja, salah seorang peserta yang hadir mengajak para ulama dan tokoh untuk bersatu.”Kita harus bersatu, janganlah kita melakukan gontok-gontokan,” ujarnya. Seharusnya mereka bersatu dan berjuang untuk menegakkan syariat Islam dan Khilafah. Sejumlah tokoh Majalengka lain menyampaikan testimoninya seperti Obay Sobari S,Pd (kepala SMPN 1 Maja) dan H Anung Suparman (ketua DKM Masjid Besar Alhuriyah, Jatiwangi. “Satu-satunya sistem yang menyatukan manusia adalah Khilafah,” ujar Obay Sobari. “Saya siap bersama HTI untuk berjuang menegakkan Khilafah,” ujar H Anung. []az/MI HTI Majalengka