HTI Press, Medan. Merasa butuh mendapatkan Informasi yang berimbang tentang ISIS dan Khilafah, Harian Waspada Medan sengaja mengundang DPD I Hizbut Tahrir Sumatera Utara untuk menjadi Narasumber Tunggal dalam diskusi reguler para redaktur Waspada, pada selasa 17/8/ di Bumi Warta/kantor harian Waspada, Jl.Brigjen Katamso No 1 Medan.
Dalam diskusi yang biasanya dihadiri tokoh – tokoh lokal nasional untuk membahas isu – isu aktual itu, di bangun penuh dengan rasa kekeluargaan. Dalam Kesempatan itu, perwakilan redaksi Harian terbesar di Sumut & Aceh tersebut, di hadiri Sofyan Harahap (Wapimred), Dedi Sahputra (Redaktur opini,artikel & Agama), Halim Hasan (Redaktur Nusantara), M.Joni (Redaktur Luar Negeri), Diurna Wantana (Asisten Redaktur Aceh) dan Erwan (Humas waspada). Sementara itu delegasi dari Hizbut Tahrir Marwan Abu Zahid dan Umbara.
Walau dalam keadaan santai ternyata diskusi terasa hangat dan serius. Pertanyaan demi pertanyaan bertubi – tubi dilontarkan oleh redaktur waspada kepada HTI untuk memperjelas sikap HTI dalam menyikapi keberadaan ISIS. Terhitung, lebih dari 15 lebih pertanyaan yang muncul dalam rentang 2 jam diskusi tersebut. Mulai dari pertanyaan seputar , “Kenapa HTI searah dengan pendapat pemerintah menolak ISIS?” sampai pada pertanyaan “ kenapa HTI tidak ikut baiat Khilafahnya ISIS?”.
Tak sampai di situ, ada juga pertanyaan juga menohok dari Wapimred Harian Waspada, dia bertanya kepada HTI, “apa ada kerja sama antara penguasa negeri ini dengan HTI untuk menjatuhkan/menjelekkan ISIS?”
Dengan waktu dan kesempatan yang cukup DPD HTI Sumut Marwan Abu Zahid menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan dengan sangat tegas dan jelas. Dalam Pertanyaan seputar sikap HTI terhadap ISIS, Marwan mulai menjelaskan dari kewajiban umat Islam untuk menegakkan Khilafah. Khilafah yang diwajibkan oleh Islam dan dipahami ulama dari berbagai mazhab itu juga sebagai janji Allah. ”Jika ada yang mengatakan bahwa khilafah itu tidak wajib, maka itu namanya pembohongan dan pembodohan umat Islam” kata Marwan. Kemudian dia Lanjut menjelaskan, Kewajiban akan khilafah itulah yang memotivasi Umat Islam untuk menyambutnya dan memperjuangkannya. Akan tetapi, catatan dari Marwan Khilafah yang sesungguhnya yang benar adalah Khilafah yang di wujudkan secara benar seperti bagaimana di contohkan Rasulullah saw.
Marwan mengambil contoh, saat Rasulullah dahulu dalam menegakkan daulah Islam di Madinah. Kala itu menurutnya, perubahan masyarakat yang jahiliah menjadi masyarakat Islami berjalan secara alami tidak dengan proses kudeta kekuasaan yang ada. Semua kondisi masyarakat Madinah saat itu merasakan pentingnya di atur oleh Islam. Dan penampakannya adalah masyarakat –umat Islam kala itu merasakan keamanan baik di dalam ataupun di luar Daulah Islam. Kemudian Rasulullah juga menerpakan Hukum Islam secara praktis dalam berbagai bidang. Dari apa apa yang dilakukan Rasulullah dalam menegakkan Islam di Madinah kala itulah yang disebut Marwan sebagai Hadist/tuntunan praktis untuk menegakkan Khilafah.
Setelah itu, Marwan kemudian menjelaskan kaitannya dengan keberadaan ISIS. Menurutnya, deklarasi khilafah ISIS berdasarkan apa yang disebutnya di atas, secara syar’I tertolak. ISIS yang saat ini sangat meresahkan karena mengedepankan kekerasan ini disebutnya tidak sesuai dengan thariqoh (metode) Rasulullah dalam menegakkan Khilafah.
Dia sangat menyesalkan keberadaan ISIS ini karena akan menjauhkan umat Islam dari Khilafah. Jadi tegasnya, secara syar’I apa yang dilakukan ISIS bukanlah metode yang benar.
Marwan Juga menambahkan, Fenomena ISIS saat ini sebenarnya menimbulkan tanda Tanya sekaligus memperkuat pendapat bahwa ini kondisi ini adalah bentuk dari ‘Monsterisasi Khilafah’ dan ‘Kanalisasi semangat umat Islam yang rindu khilafah untuk di arahkan benci kepada Khilafah, karena bentuk pencitraan yang di buat Oleh barat.
Adapun pendapat HTI searah atau bekerja sama dengan Pemerintah, Marwan menjawab bahwa sesungguhnya HTI tidak merasa seperti yang dituduhkan. Karena Ketika pemerintah memiliki kebijakan yang zhalim dengan menaikkan BBM, tarif dasar listrik atau memberlakukan UU yang menzhalimi rakyat, HTI justru selalu berhadapan dengan mereka (pemerintah).
Dia juga mencontohkan, seperti yang terjadi akhir – akhir ini. saat adanya bentuk generalisasi bendera/atribut Kalimat Tauhid yang di asosiasikan adalah Liwa/Royah di musuhi oleh aparatur negara HTI Juga menolak. Kemudian adanya upaya pemerintah melalui lembaga – lembaganya yang mencitraburukkan Khilafah dalam kasus ISIS, HTI Juga komentar dan mengatakan kalau pemerintah harus proporsional. Jadi menurut Marwan pendapat seperti yang dituduhkan Itu keliru. “Sesungguhnya HTI bukan berada pada pemerintah tapi pada kebenaran” tambahnya
Dalam kesempatan itu, tentang perkembangan Islam dan dakwah HTI di Aceh juga di tanya, bagaimana capaiannya saat melakukan pendekatan – pendekatan kepada ulama – ulama Aceh dan potensi – potensi penerapan syariah Islam di Aceh. Marwan menjawab dengan singkat bahwa penerapan Islam di Aceh tidak benar karena Islam itu harus diterapkan secara kaffah. Dia menyebutkan penerapan Islam secara sebagian – sebagian akan memudahkan orang – orang non Islam untuk menjelekkan penerapan Islam itu sendiri dan menjauhkan umat Islam dari kebenaran Islam karena merasa sudah mencukupkan yang ada.
Di akhir diskusi, Dedi Sahputra yang juga sebagai moderator mengatakan bahwa diskusi saat itu di sebut sebagai diskusi yang baik baik sekali. Walau di luar content karena tujuannya untuk menjelaskan ISIS, pembahasan lebih banyak seputar dakwah HTI dan hal itu bagus. Selain Dedi, di akhir kesempatan Erwan juga mengatakan diskusi seperti ini tidak boleh berhenti sampai di sini. Harapannya, Jika berkenan HTI di harapkan datang kembali. []Bara/MI