Liqa Syawal dan Dialog Tokoh Luwu Timur 1435H

HTI Press, Luwu Timur. Ahad pagi (24/8), HTI DPD II Luwu Timur menyelenggarakan acara Liqo Syawal dan Dialog Tokoh Luwu Timur 1435H. Acara ini mengambil tempat di gedung Aula Kecamatan Nuha, Sorowako, Kabupaten Luwu Timur dengan tema “Menjalin Ukhuwah Menyongsong Kebangkitan Islam:”

Acara ini dihadiri oleh sekitar 50 orang peserta yang terdiri dari tokoh berbagai kalangan se Luwu Timur. Diantaranya tampak hadir Camat Nuha Kamal Rasyid, SSTP, Kepala UPT Trans Disnakertrans Luwu Timur Arfin,SH, pimpinan Ponpes Darul Hijrah Timampu Ust Kyai Bakri Ali, mantan Ketua MMI Sulsel Ust Amal Hamzah, tokoh masyarakat Wotu Ust Abdullah,SH, tokoh masyarakat Masamba, yang mana saat ini beliau adalah Pengurus Muhammadiyah daerah Masamba Ust Andi Kaharuddin, tokoh Masyarakat Timor Leste di Luwu Timur Ust Abdullah da Costa, tokoh masyarakat Matompi Ust Arief Asmari SPdi dan beberapa orang pengurus Persatuan Muballigh Luwu Timur (Persamil) wilayah Wasuponda.

Sekitar pukul 09.15 Wita acara dibuka oleh MC Arief Savuwan ST, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an secara hikmat oleh Muammar Iskandar AMd. Setelahnya disampaikan sambutan selamat datang kepada para peserta dan penjelasan tentang tujuan, target dan harapan yang diinginkan dari kegiatan ini oleh Kustaji Abu Naufal, ST, MM (Ketua DPD II HTI Luwu Timur). Beliau menjelaskan bahwa Liqo Syawal tokoh agama dan tokoh masyarakat kali ini sesungguhnya merupakan agenda rutin HTI sejak beberapa tahun lalu yang digelar diberbagai kota Provinsi dan Kabupaten seluruh Indonesia ppasca lebaran Iedul Fitri. Hal ini dimaksudkan untuk mengokohkan silah ukhuwah di antara berbagai komponen Umat Islam khususnya bagi para alim ulama, para tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Dan wa bil khusus untuk Luwu Timur kegiatan tahun ini sekaligus merupakan tindak lanjut dari masukan beberapa tokoh yang sebelumnya hadir pada KIP beberapa waktu lalu. Di mana beberapa tokoh waktu itu mengharapkan adanya forum dialog, sehingga memungkinkan pengurus HTI, para tokoh dan peserta yang hadir saling bertukar fikiran serta membangun kesepahaman mengenai arah perjuangan bersama yang seharusnya diusung oleh semua komponen masyarakat, yaitu tidak lain adalah kebangkitan umat Islam yang sejati di bawah naungan daulah khilafah Islamiyah.

Untuk menghangatkan suasana, selanjutnya diputarkan film singkat tentang capaian dakwah HT secara global dan HTI di Indonesia. Selama pemutaran film singkat ini suasana menjadi hening, dan tampak semua peserta benar-benar menyimak. Beberapa peserta tampak berkaca-kaca dan tak kuasa menahan haru menyaksikan gelora semangat para ulama, tokoh masyarakat serta syabab HT dan umat Islam pada umumnya di Indonesia dan di seluruh dunia yang bergerak dan terus berjuang demi tegaknya syariah dan khilafah yang menjadi harapan kita semua. Suasana perjuangan dari film singkat ini demikian terasa dan menggugah semangat peserta yang hadir sehingga secara spontan beberapa tokoh mengumandangkan takbir saat menyaksikan tayangan tersebut. Allahu Akbar!!!

Seusai pemutaran film, acara dilanjutkan dengan penyampaian materi liqo syawal dan pengantar dialog oleh Ir.Hasanuddin Rasyid, MSi (Lajnah Fa’aliyah DPD I HTI Sulsebar). Dalam pemaparannya, beliau menjelaskan tentang kondisi umat Islam saat ini yang terpecah-pecah dalam negara bangsa. Sehingga sebagai salah satu akibatnya adalah permasalahan dan penderitaan umat Islam di Palestina tidak dianggap sebagai permasalahan umat Islam Indonesia, karena bangsa Palestina bukan bagian dari bangsa Indonesia. Demikian seterusnya dengan apa yang terjadi dengan saudara-saudara kita di Suriah, Myanmar, Irak, Afghanistan, China, Chechnya dan berbagai belahan bumi lainnya. Disamping itu, Ir.Hasanuddin Rasyid, MSi juga menggaris bawahi tentang pentingnya peranan para tokoh dalam proses perubahan masyarakat dari kondisi yang masih sekuler seperti saat ini menjadi masyarakat yang Islami. Dicontohkan oleh beliau bagaimana kuatnya pengaruh seorang tokoh di tengah masyarakat atau kaumnya adalah ketika Saad bin Muadz kepala suku Bani Abdul Asyal (Kaum Aus) setelah masuk Islam, mengatakan kepada kaumnya “Tak seorang pun diantara kalian, baik laki-laki maupun wanita dilarang berbicara denganku sebelum kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Belum sampai petang hari, tak seorang pun, baik laki-laki maupun perempuan di Bani Abdul Asyhal melainkan sudah menjadi Muslim dan Muslimah. Dan ketika kemudian Sa’ad bin Muadz wafat menghadap Ilahi setelah mendapatkan luka dalam perang khandaq, orang-orang berduka cita dan berkabung. Rasulullah SAW lalu bersabda, “Sungguh, kematian Sa’ad telah membuat arasy Allah terguncang.”

Kemudian, setelah usai pemaparan materi pengantar, acara dilanjutkan dengan dialog bersama Ir.Hasanuddin Rasyid,MSi dengan moderator Sahlan Suyuti, ST (Pelaksana Humas HTI DPD II Luwu Timur). Acara dialog ini langsung disambut antusias oleh para peserta, terbukti dengan semangat para tokoh untuk menanyakan beberapa hal terkait pandangan HTI tentang isu ISIS, metodologi dakwah yang diadopsi oleh HT (HTI) dalam upaya penegakan khilafah, bagaimana posisi kewajiban berjihad (perjuangan bersifat fisik), kenapa HTI tidak fokus kepada dakwah memperbaiki akidah/tauhid lebih dulu, dapatkah umat berharap terjadi perubahan ke arah penerapan Islam seusai pileg dan pilpres lalu, bagaimana pandangan HTI tentang pengertian thagut, dan sebagainya.

Semua pertanyaan mendapatkan jawaban yang memuaskan, mencerahkan dan semakin mengokohkan semangat para tokoh tentang pentingnya semua pihak bersinergi dalam perjuangan ini. Sebab perjuangan penegakan syariah dan khilafah bukan hanya kewajiban HT (HTI), akan tetapi merupakan kewajiban seluruh umat Islam, terlebih bagi para alim ulama, tokoh agama dan tokoh masyarakat yang merupakan simpul-simpul kekuatan umat.

Terkait pertanyaan dari Ust Andi Kaharuddin (tokoh masyarakat, pengurus Muhammadiyah Masamba) mengenai dapatkah umat berharap terjadi perubahan ke arah penerapan Islam seusai pileg dan pelpres lalu? Dengan berseloroh, Ir.Hasanuddin Rasyid, MSi mengatakan “Sebenarnya mudah kita ketahui jawabannya. Yaitu apakah pada waktu kampanye dulu, mereka para caleg dan capres/cawapres yang akhirnya terpilih itu menjanjikan untuk memperjuangkan penerapan syariat Islam? Jika ada, maka mungkin saja kita berharap. Tapi jika faktanya tidak ada caleg ataupun capres/cawapres yang selama kampanye berjanji untuk menerapkan atau memperjuangkan syariat Islam jika terpilih, maka apakah layak kita berharap akan terjadi perubahan ke arah Islam? Oleh sebab itu, lanjut beliau, yang diperlukan adalah melakukan perjuangan perubahan masyarakat sesuai apa yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. []Abu Miqdad/MI Lutim

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*