Ribuan rakyat Kashmir mengungsi ke wilayah penampungan di dekat perbatasan wilayah de facto dipersengketakan. Ini terjadi pada hari Kamis setelah pasukan perbatasan India dan Pakistan saling menembak dan melakukan pengeboman selama semalam meskipun ada upaya oleh komandan mereka untuk meredakan meningkatnya ketegangan.
Kekerasan yang baru terjadi ini telah menyebabkan dua warga sipil dan penjaga perbatasan India tewas pada apa yang secara luas diakui sebagai perbatasan internasional antara kedua negara.
Hingga 15.000 warga desa melarikan diri ke gedung-gedung pemerintah yang sementara diubah menjadi tempat penampungan. Pada hari Kamis, banyak warga desa yang telah kembali ke rumah mereka, tetapi sekitar 2.000 orang memilih untuk tinggal di penampungan.
Pada hari Rabu, komandan kedua pasukan perbatasan India dan Pakistan bertemu dalam upaya untuk menenangkan ketegangan. Namun, dalam beberapa jam kemudian, penembakan kembali berlangsung sepanjang malam. Demikian menurut pejabat keamanan perbatasan India, Vinod Yadav.
Sejak tahun 2003, gencatan senjata antara kedua negara yang memiliki senjata nuklir itu kerap terjadi. Meskipun pertempuran itu kecil, tetapi rutin terjadi setiap musim panas. Kedua belah pihak secara rutin menyalahkan yang lain karena memulai pertempuran dan bersikeras hanya membalas.
India dan Pakistan terlibat dalam dua dari tiga peperangan sejak tahun 1947 atas klaim mereka atas wilayah Kashmir. Sejak 1947, mereka telah memerintah setiap bagian wilayah yang mereka dapati.
India menuduh Pakistan membantu gerilyawan anti-India. Pakistan dengan kukuh menyangkal hal ini, dan mengatakan mereka hanya menawarkan dukungan moral dan diplomatik bagi kelompok militan dan penduduk Kashmir yang menentang kekuasaan India.
Menara pengawas berdiri setiap beberapa ratus meter di kedua sisi perbatasan, dengan beberapa personil pasukan perbatasan India dan Pakistan yang ditempatkan begitu dekat sehingga mereka dapat melihat dan mendengar satu sama lain.
“Hidup kita benar-benar diatur oleh bagaimana pasukan itu bertindak,” kata Lal Kishen, seorang petani berusia 60 tahun yang tidur di tempat penampungan milik pemerintah pada malam hari. Pada siang hari dia kembali ke desanya di Ranbir Singh untuk beternak dan bertani.
“Jika ada seorang personil keamanan di sisi perbatasan Pakistan yang sedang sakit kepala atau tidak senang akan sesuatu, dia akan menembak ke perbatasan India sehingga memicu bentrokan. Atau jika seseorang dari penjaga perbatasan India merasa sedih dan bahagia, dia akan melampiaskan kemarahannya atau kebahagiaannya dengan menembaki sisi perbatasan Pakistan. Di antara mereka, kamilah orang-orang yang menderita, “kata Lal. [Sumber: The Guardian, 28/8/2014 ]