HTI Press, Jakarta. Prof. Musjbiy Hasjbiy mengingatkan agar umat Islam segera bersatu kembali setelah terpecah dan terbelah saat pesta demokrasi pilpres kemarin. “Sekarang kita harus segera mengambil langkah nyata untuk menyatukan umat. Kita tahu dengan pilpres kemarin umat jadi terbelah,” tegasnya. Hal itu disampaikannya pada acara Temu Tokoh terbatas yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia, Selasa (02/09) di Kantor DPP HTI Crown Palace, Jakarta.
Lebih lanjut Ketua Umum Muslim Brotherhood tersebut berharap agar HTI bisa lebih berperan untuk menggalang silaturahmi para tokoh umat agar kembali bersatu. “Kita perlu segera menyikapi dan menggalang silaturahmi dengan para tokoh dan ulama agar segera kembali bersatu. Jangan sampai umat terlalu lama terbelah karena mendukung calon presiden masing-masing. Saya berharap kepada HTI bisa segera mengambil langkah nyata untuk menyatukan umat,” harap Prof. Musjbiy.
Senada dengan itu, Zahir Khan mengungkapkan bahwa umat ini makin dipecah belah dan difitnah. “Umat Islam di Indonesia menjadi obyek utama bagi AS dan Yahudi untuk dipecahbelah. Ini mirip penjajah Belanda dulu, umat di adu domba. Saat ini umat dipecah belah dengan pilpres. Malah ada yang memanfaatkan isu ISIS untuk memojokkan kelompok Islam tertentu,” tegas mantan Duta Besar RI untuk Bangladesh ini.
Sementara Ketua Perti, Amin Lubis, mengungkapkan kerugian umat jika ada tokoh yang memojokkan tokoh lain terkait isu khilafah. “Jika tokoh sudah ikut memecah belah umat dan memojokan tokoh lain maka yang rugi adalah Islam dan umatnya. Kita banyak masalah dan semakin banyak masalah jika tokoh umat saling memojokkan,” tegas Amin.
Sedangkan Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia M. Ismail Yusanto mengingatkan agar tokoh umat mewaspadai upaya mengkriminalisasi istilah dan simbol Islam. “Kita harus mewaspadai musuh Islam yang akan memecah belah umat dan mengkriminalisasi simbol Islam. Jangan sampai tokoh umat mau diadu domba. Misalnya, umat dibuat ngeri dengan bendera bertuliskan ‘la ilaha illallah Muhammadu rasulullah’. Begitu juga umat menjadi benci dengan istilah jihad padahal tidak mungkin Indonesia merdeka tanpa jihad. Bahkan, asy-Syeikh Hasyim As’ary mengeluarkan Resolusi Jihad kala itu. Lalu sekarang ada kriminalisasi Khilafah. Padahal, Khilafah itu ajaran Rasulullah SAW dan bertebaran di dalam kitab para ulama. Maka kita harus segera mengantisipasi kriminalisasi terhadap Islam yang makin lebih jauh,” ungkap Ismail.
Disisi lain, Ahmad Michdan mengingatkan bahwa saat ini sedang ada penjaringan masukan untuk meningkatkan Peraturan Pemerintah tentang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menjadi Undang-Undang. “Saya menyampaikan penolakan tentang hal tersebut di hadapan Badan Legislasi DPR. Hal ini akan menimbulkan bahaya. Saya sudah lebih 14 tahun menangani masalah teroris, dan saya katakan tidak ada teroris kecuali dibuat-buat. Dulu tidak ada “teroris” di negara Ini. Ketika dibuat Perpu, ada belasan ditangkap. Saat muncul UU Antiterorisme dan Densus 88 orang yang ditangkap meningkat menjadi ratusan. Lalu makin tambah banyak lagi menjadi ribuan ketika ada BNPT. Hal ini menunjukkan ketidakefektifan peraturan dan UU”tegas Pembina TPM itu.
Senada dengan Ahmad Michdan, Ketua Korps Mubaligh Jakarta (KMJ) Edi Mulyadi mengingatkan bahwa isu ISIS bisa dijadikan pintu masuk membuat payung Hukum untuk memusuhi Islam. “Monsterisasi Islam terus bergulir dan serius. Mereka serius membuat payung hukum. ISIS itu pintu gerbang untuk memformulasikan dalam bentuk UU,” ungkap Edi.
Di penghujung pertemuan itu puluhan tokoh yang hadir sepakat untuk menggalang ukhuwah dan akan segera bertemu dalam waktu dekat untuk mengambil langkah konkrit demi mempersatukan umat.
Acara Temu Tokoh Terbatas yang dimoderatori M. Rahmat Kurnia ini dihadiri berbagai tokoh Ormas diantaranya; Prof. Musjby (Internasional Muslim Brotherhood), Zahir Khan ( Dewan Dakwah), Ahmad Fatih (JAS), Ahmad Mihdan (TPM), Amin Lubis (PERTI), Edi Mulyadi (KMJ), Abdurrahman Sapara (LAPMAS), M. Sabil Raun (Al Ittihadiyah), Kandi M. (PII), H.Muh, Mufti (SII). M. Ismail Yusanto (Jubir HTI), Wahyudi al Maroky dan Budi Darmawan (LF DPP HTI). Acara ini dihadiri pula oleh DPP HTI Rohmat S.Labib, Abu Zaid dan Farid Wajdi.[]