Sebagaimana diberitakan oleh www.presstv.ir (23/9/2014), Suriah mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) telah memberitahu Damaskus sebelum melakukan serangan udara terhadap posisi militan Takfiri ISIS di negara Arab itu.
Menurut media Pemerintah Suriah, Departemen Luar Negeri Suriah mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan hari Selasa (23/9) pagi, bahwa Washington telah memberitahu utusan tetap Suriah untuk PBB bahwa serangan akan dilancarkan melawan teroris ISIS di Provinsi Raqqa.
Senin malam, Juru Bicara Pentagon Laksamana John Kirby mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa tentara AS dan “pasukan negara-negara mitra melakukan aksi militer melawan teroris ISIS di Suriah dengan menggunakan beragam pesawat tempur, pengebom dan rudal darat Tomahawk.”
Dia menambahkan, Kepala Komando Sentral AS, Jenderal Lloyd Austin, memutuskan untuk melancarkan serangan udara di dalam wilayah Suriah “di bawah otorisasi yang diberikankepada dia oleh pemimpin angkatan bersenjata (Presiden Barack Obama).”
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallem pada akhir Agustus telah memperingatkan Washington jika melaksanakan serangan udara kepada ISIS di Suriah tanpa izin Damaskus.
Dengan mengungkapkan kesiapan Suriah untuk bekerjasama dengan masyarakat internasional dalam menghadapi terorisme, dia menggarisbawahi bahwa serangan tanpa persetujuan dari Pemerintah Suriah akan dianggap sebagai pelanggaran kedaulatan negaranya dan tindakan agresi.
Jelas, dengan mencermati fakta di atas dapat disimpulkan: Pertama, Serangan AS atas target-target ISIS—sebagaimana yang diklaim AS—tidak lepas dari koordinasi dengan pihak Pemerintah Suriah pimpinan rezim bengis Bassar Assad. Kedua, di lapangan, sebagaimana diberitakan oleh sejumlah media internasional, sasaran serangan AS ternyata bukan hanya ISIS, tetapi juga Jabhah Nushrah yang selama ini menentang rezim Assad. Ketiga, satu lagi bukti bahwa serangan AS tak mungkin bisa leluasa dilakukan tanpa koordinasi dengan rezim pengkhianat Muslim. Dalam hal ini, Bassar Assad—sebagaimana sejumlah penguasa Muslim yang tergabung dalam koalisi dengan AS untuk menyerang apa yang mereka klaim sebagai target-target ISIS—adalah penguasa pengkhianat umat dan penjilat kepada Barat, khususnya AS. Keempat, serangan AS atas sejumlah target di wilayah Suriah sejatinya adalah untuk mencegah berbagai kekuatan kelompok Islam yang ingin menegakkan kembali Khilafah, bukan semata-mata untuk menghancurkan ISIS. []Arif/Riza