HTI Press, Gresik. Sejarah kedatangan Islam di Indonesia tidak lepas dari Khilafah. “Para penyebar Islam masa lalu di jaman para wali adalah merupakan utusan dari Khilafah Islam ketika itu,” ungkap aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Gresik Rodhi Masykur dalam acara Dirasah Syahriah, Selasa (23/9) di Kantor Dakwah HTI DPD II Kabupaten Gresik.
Menurut Rodhi, dalam kitab Kanzul ‘Hum yang ditulis oleh Ibn Bathuthah yang kini tersimpan di Museum Istana Turki di Istanbul, disebutkan bahwa Walisongo dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada tahun 1404 M (808 H) mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta dikirim sejumlah ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa.
Jumlahnya ternyata tidak hanya sembilan (songo). Ada tujuh angkatan yang masing-masing jumlahnya sekitar sembilan orang. Memang awalnya dimulai oleh angkatan I yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki, pada tahun 1400 an. Ia yang ahli politik dan irigasi itu menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara. Wafat di Gresik, sehingga dijuluki Sunan Gresik.
Seangkatan dengannya, ada 2 wali dari Palestina yang berdakwah di Banten. Yaitu Maulana Hasanudin, kakek Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Aliudin. Lalu ada Syekh Ja’far Shadiq dan Syarif Hidayatullah yang di sini lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Keduanya juga berasal dari Palestina. Sunan Kudus mendirikan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang kemudian disebut Kudus – berasal dari kata al Quds (Jerusalem).
“Dari para wali itulah kemudian Islam menyebar ke mana-mana hingga seperti sekarang,” bebernya di hadapan peserta baik tua mau pun muda yang hadir dari Manyar dan Gresik.[] Hasan/Joy