[Naskah Khutbah Idul Adha 1435 H] Esensi Khilafah: Ukhuwah, Syariah, dan Dakwah

اللهُ أكْبَرُ × 9

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً،

لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْداً لِلْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحَّدَنَا بِعِيْدِهِ كَأُمَّةٍ وَاحِدَةٍ، مِنْ غَيْرِ الأُمَم، وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْراَمِ.

أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاء وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاء وَتُعِزُّ مَن تَشَاء وَتُذِلُّ مَن تَشَاء بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

الَلَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى حَبِيْبِناَ المُصْطَفَى، مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ، الَّذِّي بَلَّغَ الرِّسَالَةْ، وَأَدَّى الأَمَانَةْ، وَنَصَحَ الأُمَّةْ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعاَ اِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ، وَجاَهَدَ فِيْ اللهِ حَقَّ جِهاَدِهِ.

اَمَّا بَعْدُ: عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ!

 

الله أكبر ×٣ ولله الحمد.

Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakumul-Lâh

Hari ini adalah hari raya bagi umat Islam. Pada hari ini pula, umat Islam dari berbagai penjuru dunia melakukan ibadah haji di Tanah Suci. Selain mereka, disyariatkan mengerjakan shalat Ied dan menyembelih hewan kurban.

Pada hari raya ini, biasanya kita juga diingatkan tentang kisah keteladanan khalilullâh Ibrahim as dan putranya Ismail as yang luar biasa. Keduanya menunjukkan ketundukan dan ketaatan total kepada perintah Allah SWT.

Ketika Ibrahim as diperintahkan untuk menyembelih putranya, mereka berdua tunduk dan patuh. Tak ada keberatan sedikit pun. Atas ketundukan dan ketaatan itu, mereka pun diberikan balasan yang besar di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman:

 

﴿فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡيَ قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٠٢فَلَمَّآ أَسۡلَمَا وَتَلَّهُۥ لِلۡجَبِينِ ١٠٣ وَنَٰدَيۡنَٰهُ أَن يَٰٓإِبۡرَٰهِيمُ ١٠٤قَدۡ صَدَّقۡتَ ٱلرُّءۡيَآۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٠٥إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلۡبَلَٰٓؤُاْ ٱلۡمُبِينُ ١٠٦ وَفَدَيۡنَٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيمٖ ١٠٧﴾

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (TQS. al-Shaffat [37]: 102-107).

 

 

الله أكبر ×٣ ولله الحمد.

Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakumul-Lâh

Teladan Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as itu, sungguh sangat berarti bagi kita sekarang dalam menjalankan perintah Allah untuk menerapkan syariah-Nya secara kaffah. Termasuk kewajiban memutuskan perkara dengan hukum-Nya sebagaimana ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya:

 

﴿وَأَنِ ٱحۡكُم بَيۡنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَهُمۡ وَٱحۡذَرۡهُمۡ أَن يَفۡتِنُوكَ عَنۢ بَعۡضِ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ ﴾

“Hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.” (TQS. al-Maidah [5]: 49)

 

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Rasul Saw untuk memutuskan perkara dengan apa yang diturunkan-Nya. Perintah tersebut juga berlaku bagi kita, umat beliau Saw. Mafhum dari ayat ini, hendaknya umat Islam mewujudkan seorang hakim setelah Rasulullah Saw untuk memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah.

Perintah ini tegas, dan obyek seruannya adalah wajib. Dan hakim yang memutuskan perkara di tengah kaum Muslim setelah wafatnya Rasulullah Saw adalah Khalifah. Sedangkan sistem pemerintahannya adalah sistem Khilafah.

 

الله أكبر ×٣ ولله الحمد.

Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakumul-Lâh

Sungguh amat menyedihkan, ada sebagian orang yang mengaku sebagai umat Islam namun menolak, membenci, dan menentang khilafah. Padahal, khilafah adalah ajaran Islam. Khilafah adalah kewajiban syar’i. Para ulama bahkan menyebutnya sebagai tâj al-furûdh (mahkota kewajiban).

Khilafah, sebagaimana dijelaskan para ulama adalah:

]رِئَاسَةٌ عَامَةٌ لِلْمُسْلِمِيْنَ جَمِيْعًا فِيْ الدُّنْيَا لِإِقَامَةِ أَحْكَامِ الشَّرْعِيْ اْلإِسْلاَمِيْ وَحَمَلِ الدَّعْوَةِ اْلإِسْلاَمِيَّةِ اِلَى الْعَالَمِ[

Kepemimpinan umum seluruh kaum Muslimin di dunia untuk menegakkan hukum-hukum syariah Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia

 

Definisi Khilafah ini sekaligus menjelaskan tiga esensi Khilafah, yaitu:

 

Pertama, ukhuwah. Karena khilafah merupakan riâsah ‘âmmah li al-muslimîn jamî’an fî al-dun-yâ (kepemimpinan umum untuk seluruh kaum Muslimin di dunia). Dengan khilafah, akan terwujud ukhuwwah umat Islam dalam kehidupan.

Umat Islam adalah ummmah wâhidah (umat yang satu). Umat yang memiliki akidah dan syariah yang sama. Umat, yang satu sama lain ditetapkan Allah SWT sebagai ikhwah (saudara). Umat Islam yang digambarkan Rasulullah Saw ka al-jasad al-wâhid (laksana satu tubuh). Jika ada bagian yang sakit, maka seluruh tubuhnya ikut merasakannya. Maka ukhuwah yang demikian kuat itu akan dapat diwujudkan secara nyata ketika ada yang menyatukan umat dalam satu daulah.

Sebaliknya, tiadanya khilafah menyebabkan umat Islam tercerai berai dalam banyak negara. Masing-masing negara sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri dan tak peduli dengan nasib lainnya.

Lihatlah ketika Gaza dibombardir tentara zionis dengan berbagai senjata pemusnah massal; tidak ada satu pun penguasa negeri Islam yang mengirimkan tentara untuk membela saudaranya. Bahkan, Presiden Mesir al-Sisi justru menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Nasib serupa juga dialami oleh umat Islam di Suriah, Irak, Afrika Tengah, Myanmar, Kashmir, Pattani, Uighur, Xinjiang, dan lain-lain. Akibat sekat nasionalisme, ketika darah mereka ditumpahkan oleh kaum kafir, tak ada pembelaan dan perlindungan dari kaum Muslimin lainnya.

Ironisnya, para para penguasa negeri Muslim justru bergandengan tangan dan bekerja sama dengan Amerika dan negara-negara kafir penjajah lainnya. Keikutsertaan Arab Saudi, Yordania, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Qatar adalah di antara contohnya. Kelima negara itu justru ikut bergabung dalam Pakta Obama yang imperialistik untuk menggempur Suriah dan Irak, membunuhi rakyatnya, mengokohkan dominasi Amerika, dan menghalangi tegaknya Daulah Khilafah Rasyidah ‘ala Minhaj al-nubuwwah.

 

الله أكبر ×٣ ولله الحمد.

Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakumul-Lâh

Kedua: syariah. Tugas utama khilafah adalah iqâmah ahkâm al-syar’i al-Islâmî (menegakkan hukum syara’ Islam). Memang ada sebagian hukum syara’ yang dapat dan harus dijalankan oleh individu. Namun, tidak sedikit hukum syara’ yang hanya bisa dijalankan oleh khilafah. Maka, esensi khilafah adalah tegaknya syariah secara kaffah. Dan ketika itu terjadi, maka Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin akan terwujud dalam kehidupan. Allah SWT berfirman:

﴿وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ ١٠٧﴾

“Kami tidak mengutus kamu (Muhammad), kecuali menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta” (QS al-Anbiya’ [21]: 107).

 

Makna “rahmat[an]” adalah jalb al-mashalih (terpenuhinya kemaslahatan) dan daf’u al-mafasid (terhindarkannya kerusakan dan kemadaratan). Ini berlaku bukan hanya untuk Muslim, tetapi juga non-Muslim; bukan hanya untuk manusia, tetapi juga alam dan kehidupan.

Kerahmatan Islam yang telah dijanjikan Allah SWT itu akan terwujud melalui penerapan syariah di bawah sistem khilafah. Khilafah hanya akan membawa kebaikan untuk negeri ini dan penduduknya, Muslim dan non Muslim. Maka menganggap Khilafah membawa masalah bagi negeri ini hanyalah bentuk kebodohan dan kecerobohan yang tidak selayaknya keluar dari seorang Muslim.

Maka sungguh menyesatkan jika ada yang mengatakan bahwa khilafah berbahaya bagi negeri ini. Mereka yang mengatakan demikian telah memutarbalikkan fakta. Fakta yang sesungguhnya sistem sekular-kapitalis-liberal yang telah mendatangkan bahaya dan bencana bagi negeri ini. Bukankah sistem sekular-kapitalis-liberal itulah yang telah membuat negeri ini terjajah secara politik, ekonomi, budaya dan pemikiran? Bukankah sistem dari Barat itu yang membuat kekayaan alam negeri ini dikuras habis oleh negara-negara kafir penjajah? Bukankah sistem yang diimpor dari Barat itu yang menyebabkan negeri ini dilanda berbagai persoalan tak berkesudahan dalam semua aspek kehidupan?

 

الله أكبر ×٣ ولله الحمد.

Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakumul-Lâh

Ketiga, dakwah. Tugas khilafah lainnya adalah hamli al-da`wah al-Islâmiyyah ilâ al-‘âlam (danuntuk mendakwahkan Islam ke seluruh dunia). Maka dengan khilafah, Islam dapat tersebar luas di berbagai penjuru dunia dengan cepat. Sejarah telah membuktikan realitas tersebut.

Selama 13 tahun Rasulullah Saw berdakwah di Makkah, hanya sedikit penduduknya yang masuk Islam. Namun setelah Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, seluruh Jazirah Arab bisa dikuasai dan penduduknya berbondong-bondong masuk Islam. Padahal di Madinah, Rasulullah Saw hanya 10 tahun. Mengapa demikian? Karena di Madinah telah tegak Daulah Islamiyyah! Dengan daulah, Islam tak hanya diemban dan disebarkan ke seluruh dunia dengan dakwah, namun juga dengan jihad fî sabîlil-Lâh.

Tugas mengemban dakwah Islam ini terus dilanjutkan para khalifah sesudah Rasullah Saw. Berkat dakwah mereka, Islam bisa tersebar luas di dunia, termasuk sampai ke negeri ini. Sebagian dari para ulama yang disebut Walisongo adalah utusan khalifah yang dikirim untuk berdakwah di negeri ini. Kekuasaan Samudera Pasai adalah bukti nyata, bahwa dakwah Islam melalui khilafah, mempengaruhi perkembangan sosial politik di kawasan Sumatera bagian Utara. Bukan hanya di wilayah Aceh, kekuasaan politik Islam juga berdiri di berbagai tempat di Jawa (Kesultanan Cirebon, Demak, Mataram, Gresik dan lainnya), juga di kawasan Sumatera bagian selatan, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.

Penduduk mayoritas negeri ini adalah Muslim. Kemusliman itu amat berpengaruh dalam dinamika kehidupan bangsa dan negeri ini, termasuk dalam tahap-tahap awal perjuangan kemerdekaan. Semua tidak bisa lepas dari jasa para khalifah dahulu yang tak henti mengemban dakwah ke seluruh penjuru dunia, termasuk ke negeri ini.

 

الله أكبر ×٣ ولله الحمد.

Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakumul-Lâh

Ketiga esensi khilafah itu, yakni ukhuwah, syariah, dan dakwah, hanya bisa diwujudkan dengan tegaknya Khilafah Rasyidah ‘alâ minhâj al-nubuwwah. Sebuah sistem pemerintahan yang diwajibkan Allah SWT kepada kita.

Terhadap kewajiban tersebut, tidak ada kata lain bagi kita kecuali tunduk sami’nâ wa atha’nâ. Itulah ciri seorang Mukmin yang sejati. Allah SWT berfirman:

﴿إِنَّمَا كَانَ قَوۡلَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذَا دُعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحۡكُمَ بَيۡنَهُمۡ أَن يَقُولُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ٥١﴾

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan.” “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (TQS al-Nur [24]: 51).

 

الله أكبر ×٣ ولله الحمد.

Ma’âsyira al-Muslimîn rahimakumul-Lâh

Spirit sami’nâ wa atha’nâ sebagaimana yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as jelas membutuhkan pengorbanan. Dalam konteks ini, kita patut bertanya pada diri kita sendiri: sejauh manakah pengorbanan kita dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT, melaksanakan kewajiban penerapan syariah Islam, dan memutuskan perkara dengan apa yang telah Allah turunkan?

Jika kini kita bersegera, dan dengan ringan memenuhi perintah berkurban, padahal itu menurut jumhur fukaha hukumnya sunnah, maka semestinya kita lebih bersegera, dan dengan lebih ringan menerapkan syariah Islam dan memutuskan perkara dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah. Sebab, menerapkan syariah Islam hukumnya wajib. Dan itu hanya sempurna diwujudkan dengan tegaknya Khilafah Rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian.

Sekaranglah saatnya kita torehkan kemuliaan dengan berjuang sungguh-sungguh dan berkurban untuk menegakkan Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwwah, yang akan menerapkan seluruh hukum syara’ yang akan mendatangkan kerahmatan untuk umat manusia dan alam semesta.

Semoga Allah SWT segera menurunkan pertolongan-Nya kepada kaum Muslimin dengan tegaknya Khilafah Rasyidah ‘alâ minhâj al-nubuwwah dalam waktu yang dekat. Semoga pula kita termasuk hamba-hamba-Nya yang istiqamah, berjuang penuh kesungguhan, dan berkurban penuh keikhlasan dalam rangka mewujudkan penerapan syariah dan tegaknya Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Hasbunal-Lâh wa ni’mal wakîl ni’ma al-mawlâ wa ni’ma al-nashîr, lâ haula wa lâ quwwata illa bil-Lâh. Aqûlu qawlî hadza wa astaghfirul-Lâh al-‘azhîm lî wa lakum!

 

اللهُ أكْبَرُ × 7

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ،

لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ، اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.

أَشْهَدُ ألاَّ إِلَهَ إِلاًّ الله وَحْدَه لاَشَرِيْكَ لَه وأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُه وَرَسُوْلُه لاَ نَبِيَ بَعْدَهُ.

اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ:

اللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، أَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا دُعَائَنَا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَّسِيْنَآ أَوْ اَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَاِفِرِيْنَ

اَللَّهُمَّ يَا مُنْـزِلَ الْكِتَابِ وَمُهْزِمَ اْلأَحْزَابِ اِهْزِمِ اْليَهُوْدَ وَاَعْوَانَهُمْ وَصَلِيْبِيِّيْنَ وَاَنْصَارَهُمْ وَرَأْسُمَالِيِّيْنَ وَاِخْوَانَهُمْ وَاِشْتِرَاكِيِّيْنَ وَشُيُوْعِيِّيْنَ وَاَشْيَاعَهُمْ

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْخِلاَفَةِ الرَّاشِدَةِ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ تُعِزُّ بِهَا اْلإِسْلاَمَ وَاَهْلَهُ وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، وَ اجْعَلْناَ مِنَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ بِإِقَامَتِهَا بِإِذْنِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

 

اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ وَللهِ الْحَمْدُ

 

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*