Ketua Lajnah Fa’aliyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Rahmat Kurnia mengatakan nilai penting ibadah haji dengan khilafah sangat erat. “Sama-sama memiliki nilai ketaatan, pengorbanan dan persatuan,” ungkapnya seperti dilansir tabloid Media Umat Edisi 136:Haji di Tengah Derita Umat, Jum’at (3-16 Oktober).
Menurutnya, kaum Muslimin diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk mengikuti tata cara (manasik) haji seperti yang beliau contohkan. ‘Khudzu ‘annîmanâsikakum,’ sabda beliau. Semua tata cara mulai dari pakaian ihram hingga thawaf ifadhah dilakukan persis seperti dicontohkan Nabi SAW. Unsur ketaatan sangat jelas terlihat.
“Khilafah itu merupakan kewajiban. Maka orang yang sedang memperjuangkan khilafah berarti sedang menunaikan ketaatan. Selain itu, banyak aturan Islam yang tidak dapat diterapkan tanpa khilafah. Bahkan khilafah akan mewujudkan ketaatan total.”
Persatuan juga nampak dalam ibadah yang hanya dapat dilakukan di Mekkah ini. Kaum Muslimin dari segala penjuru dunia bersatu di tempat yang sama. Perbedaan warna kulit, bahasa, kebangsaan, tanah kelahiran, kedudukan sosial dan sebagainya ditanggalkan. Semua bersatu dalam kalimat tauhid ‘Lâilâhaillallâh, MuhammadurRasûlullâh’. Ibadah haji merupakan miniatur ‘persatuan umat Islam’.
Khilafah juga merupakan institusi pemersatu umat Islam. Mari lihat, lanjut Rahmat, Palestina hingga kini masih dijajah Israel. Umat Islam yang berjumlah 1,6 milyar tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Israel yang hanya berpenduduk 7 juta. Begitu juga dengan masalah Muslim di Filipina Selatan, Uighur, Xinjiang, dan Rohingnya. Irak dipecah-belah. Umat Islam Suriah dibantai diktator Bashar Asad. Mereka menderita. Persatuan hanya dimulut. Harta kekayaan Indonesia dikeruk asing, penduduk Muslim di Afrika dizhalimi.
“Umat Islam lemah karena tidak ada persatuan dalam suatu kepemimpinan. Khilafah mewujudkan persatuan itu,” tegasnya.
Pengorbanan juga terlihat dalam ibadah haji yang banyak melibatkan fisik. Pengorbanan harta, tenaga dan pikiran, bahkan berkorban nyawa. Begitu juga saat ini kini kaum penjajah dan anteknya terus berupaya agar umat Islam tidak bangkit untuk menegakkan khilafah. “Di situlah letaknya urgensi pengorbanan untuk berjuang menegakkan institusi pemersatu umat tersebut,” pungkasnya.[] Joko Prasetyo