Yahudi Takut Runtuhnya Monarki di Arab Saudi dan Yordania

li[kinSitus Alsyuruq (8/10/2014) menyebutkan bahwa Rabbi Zionis Yahudi Avi Lipkin dalam programnya “Ramalan dalam Berita” menegaskan ketakutannya dan memperingatkan akan runtuhnya monarki di Arab Saudi dan Yordania. Sebab hal itu akan berdampak negatif terhadap keamanan Israel, dan mempercepat pertempuran antara “kelompok-kelompok ekstrimis” dengan tentara Israel. Sehingga ia mengharuskan perlindungan terhadap rezim-rezim tersebut dengan semua kekuatan yang dimiliki oleh Barat.

Lipkin—yang bekerja sebagai penasehat spiritual dalam tentara Israel—menambahkan: “Saya melihat ancaman besar organisasi “negara Islam”, yang pasti akan mengambil alih kontrol sumber-sumber minyak di Yordania dan Arab Saudi, yang sejauh ini memasok Barat, dan membakarnya untuk memastikan hancurnya kekuatan ekonomi Barat. Juga, apabila Yordania—sekutu Israel—jatuh, maka itu berarti bahwa ada serangan besar terhadap Israel.”

Rabbi ekstremis ini berkata: “Islam tidak akan pernah beristirahat hingga membunuh orang-orang Yahudi pada hari Sabat (Sabtu), membunuh orang-orang Kristen pada hari Ahad (Minggu), membunuh orang-orang Buddha dan Hindu, serta semua kekuasaan dihabisi oleh Islam.”

*** *** ***

Apa yang diyakini oleh orang-orang Yahudi tentang sudah dekatnya kehancuran negara mereka—yang dibuat Barat dengan bantuan para penguasa negeri-negeri Arab yang menjadi anteknya—adalah keniscayaan dari benturan peradaban, di mana kelemahan yang terjadi pada umat Islam di abad-abad terakhir, telah menyebabkan absennya Islam dari kancah politik selama hampir satu abad, dan munculnya peradaban busuk kapitalisme yang menggantikan tempatnya. Sehingga kaum kafir penjajah kafir mampu menduduki negeri-negeri Islam secara militer selama beberapa dekade. Dan selama era ini, kaum kafir penjajah memfokuskan penanaman sejumlah konsepnya tentang kehidupan pada individu-individu umat Islam, sehingga menyebabkan keterasingan generasi-generasi umat Islam yang begitu telanjang, khususnya para intelektual, politisi dan ahli hukum dari akidah umat. Kaum kafir Barat juga membagi negeri-negeri Islam atas dasar kebangsaan, nasionalisme, sektarianisme dan aliran, dan kemudian membuat sejumkah konflik di antar mereka ini, bahkan sejumlah konflik ini dibuat untuk menghambat kebangkitan apapun yang mulai disuarakan oleh generasi umat Islam yang telah sadar. Kaum kafir Barat mulai menarik diri secara militer setelah sejumlah besar anteknya menguasai berbagai bidang untuk mengendalikan pemerintahan dan rakyat mewakili kaum kafir Barat, dan menjaga kepentingannya yang ada, serta mencegah kembalinya Islam ke panggung politik. Untuk itu, mereka terus memerangi semua yang berhubungan dengan Islam, akibatnya tidak sedikit para pemikir, politisi dan ulama kaum Muslim yang dibunuh, dieksekusi, dipenjara, dan dicap teroris.

Kaum kafir Barat juga mampu menciptakan beberapa entitas busuk di kawasan Timur Tengah, seperti entitas Yahudi di Palestina, dan entitas Kristen di Libanon, entitas Alawi di Suriah, entitas kesukuan di Jazirah dan Teluk, serta entitas marjinal di Yordania, di mana entitas-entitas ini dibebani untuk melindungi pembunuh di kawasan ini yang dilakukan oleh negara “Israel”; juga untuk menghalangi dan mencegah penerapan hukum-hukum Islam dalam entitas-entitas ini, terutama puncak Islam, yaitu “jihad”, lalu menggantinya dengan hukum-hukum positif untuk menjaga semua kepentingan para penguasa dan kroni-kroninya, serta untuk melayani proyek-proyek kaum kafir Barat, juga untuk memfasilitasi pencurian dan penjarahan kekayaan umat oleh para penguasa dan majikan mereka di Barat, untuk melindungi entitas Yahudi dari bahaya apapun, dan untuk memerangi para pengemban dakwah Islam yang berjuang untuk mengembalikan penerapan hukum Allah di muka bumi melalui Khilafah yang mengikuti metode kenabian, yang dipelopori oleh “Hizbut Tahrir” dan para aktivisnya.

Setelah Barat dan para anteknya di kawasan ini merasakan munculnya ide Khilafah yang begitu kuat, dan tuntutan untuk menegakkannya, maka mereka pun membuat partai-partai dan kelompok-kelompok mengenakan baju Islam untuk membuat kacau dan menjadi sangat sulit membedakan antara para pengemban dakwah yang sebenarnya dengan beberapa orang bodoh dan para antek yang memakai baju Islam, sehingga membuat bingung orang-orang awam. Hal ini juga dimanfaatkan oleh para pembenci Islam, terutama para penguasa dan aparatnya yang represif, seperti intelijen dan polisi, dimana mereka menjadi ngawur dengan sengaja, tidak membedakan antara rayah dan liwa’ (bendera) Rasulullah yang dikibarkan para penyeru Khilafah, seperti Hizbut Tahrir, dengan bendera yang dibuat oleh sejumlah organisasi, partai dan kelompok. “Mereka memikirkan tipu daya, dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Sungguh Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (TQS. Al-Anfal [8] : 30).

Meskipun semua tipu daya dan konspirasi telah mereka lakukan untuk melawan Islam dan para pengemban dankwah Islam, namun mereka sekarang menyadari bahwa Islam dan para pengembannya telah menjadi sangat dekat dengan terwujudnya Khilafah Islam yang mengikuti metode kenabian. Insya Allah, Hizbut Tahrir yang akan menjadi pelopori dan penyerunya. Untuk itu, mulai muncul peringatan demi peringatan terkait Hizbut Tahrir dan kembalinya Khilafah Islam. Apa yang ditakuti Rabbi Yahudi Avi Lipkin tentang segera runtuhnya rezim-rezim antek Barat, tidak lain adalah refleksi dari apa yang tengah dirasakan oleh Barat dan Yahudi, berupa keniscayaan akan berakhirnya pengaruh mereka, entitas mereka dan para antek mereka, dan keniscayaan kembalinya khilafah Islam yang sesungguhnya, yang mengikuti metode kenabian. “Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.” (TQS. Yusuf [12] : 21).

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 10/10/2014.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*