Pemerintah persatuan Palestina yang baru terbentuk memprioritaskan program mereka untuk rekonstruksi Palestina. Sebagai langkah awal untuk menjalankan program tersebut, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengajukan permintaan $4 Milyar di Konferensi Donor Internasional yang diselenggarakan di Kairo, Mesir, hari Ahad (12/10).
Sebagaimana yang dirilis oleh voaindonesia.com(15/10), dana tersebut akan digunakan di daerah-daerah Gaza yang telah rusak atau hancur dalam perang 50 hari antara Israel dan Hamas. Perang tersebut mengakibatkan lebih dari 2100 warga Palestina meninggal , yang kebanyakan dari mereka adalah penduduk sipil. Dari pihak Israel sendiri, sebanyak 67 tentara Israel dan 6 warga sipil tewas.
Dari hasil Konferensi tersebut, jumlah dana yang dijanjikan negara-negara donor ini melampaui target yang ditetapkan oleh pemerintah Palestina. Qatar, sebagai negara donor terbesar, berjanji akan memberi dana 1 milyar dolar. Amerika Serikat juga diketahui menjanjikan bantuan sebesar 212 juta dolar untuk Palestina.
Anggota Maktab I’lami DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Farid Wadjdi menilai bantuan yang diberikan negara-negara tersebut untuk rekonstruksi Gaza tidak menyelesaikan masalah Palestina, karena bukan menghentikan serangan brutal Zionis Israel.
Farid menyatakan bahwa dukungan Amerika dan sekutunya, serta diamnya negara-negara Arab-lah yang menjadi penyebab kenapa penjajah Zionis Israel bisa leluasa membunuhi kaum Muslimin di Gaza.
“Bantuan rekonstruksi Gaza ini, tidak menyelesaikan masalah Palestina. Karena bantuan ini sama sekali tidak menghentikan serangan brutal Zionis Israel terhadap Gaza. Bangunan yang sudah direkonstruksi akan kembali diancurkan oleh Zionis Israel,” paparnya kepada Mediaumat.com (14/10).
Farid juga menambahkan bahwa bantuan ini juga menutupi pengkhianatan penguasa Arab yang diam saja saat Gaza diserang dan justru taat di bawah komando AS menyerang negeri Islam atas nama perang palsu melawan ISIS.
Satu-satunya yang bisa menghentikan kebiadaan Zionis Israel adalah dengan mengusirnya dari bumi Palestina, dan upaya ini hanya bisa dilakukan dengan mengirim pasukan perang negeri-negeri Islam, bukan sekedar dengan bantuan kemanusiaan.
Akan tetapi, mobilisasi pasukan tersebut sulit dilakukan karena pengkhianatan yang dilakukan penguasa negeri Islam.
“Ini semua terjadi karena kekosongan politik dunia Islam akibat ketiadaan Khilafah Islam. Karena itu, perjuangan Khilafah menjadi penting sebab Khilafah akan menjadi pemersatu, pelindung, dan pembebas negeri-negeri Islam yang dijajah.” Pungkasnya. (mediaumat.com, 15/10/2014)