HTI Press, Kota Bogor – “Suksesi Kota Bogor dan Indonesia sudah berganti. Namun di balik itu semua, ada satu yang tetap bertahan, yaitu masih dianutnya paham Kapitalisme di tengah masyarakat,” ujar Ketua DPD II HTI Kota Bogor M. Irfan membuka acara Halqoh Islam dan Peradaban (HIP) di Gedung Majlis Ulama Indonesia Sabtu (18/10).
Acara yang dihadiri oleh lebih dari seratus lima puluh Tokoh dan Masyarakat Kota Bogor itu diselenggarakan oleh DPD II HTI Kota Bogor dengan mengusung tema Bogor – Indonesia dalam Ancaman Kapitalisme dan Liberalisme.
Tampil secara energik Kang Iwan Januar sebagai host yang memandu jalannya diskusi acara yang dikemas secara apik tersebut.
Di awal diskusi, Humas DPD II HTI Kota Bogor Dr. Budi Susetyo mengungkapkan tentang ciri-ciri dan buruknya negara yang menerapkan Kapitalisme.
‘Dalam bidang ekonomi, negara yang menerapkan Kapitalisme akan mengenakan pajak atas setiap barang atau jasa yang menjadi kebutuhan rakyat. Di bidang sosial, muncul kebebasan berperilaku dan bersikap yang berujung pada degradasi akhlak,” ujar Doktor lulusan salah satu PTN di Kota Bogor tersebut.
Seolah tak ingin kehilangan momen, Ketua Lajnah Khusus Intelektual HTI Kota Bogor Wendi Aswan, MPdI, memaparkan terjadinya kondisi salah arah pendidikan di negeri ini yang lebih menekankan pada pendidikan formal.
“Pendidikan informal, di tengah keluarga, masyarakat sudah dilupakan. Sehingga yang terjadi, apa yang dipelajari di sekolah tidak berefek secara positif terhadap perilaku dan sikap bahkan mental para pelajar. Paradigma pendidikan seperti ini, bukan tanpa disengaja tercipta. Kapitalisme telah memberi bentuk yang tidak baik terhadap kebijakan pendidikan di negeri ini,” papar Praktisi Pendidikan tersebut.
Menurut Wendi, Pendidikan relatif dijalankan dengan pola bisnis. Hal ini berdampak pada minimnya sarana dan prasarana di kawasan-kawasan tertinggal. Sehingga, proses pendidikan dan pengajaran pun dijalankan sekedarnya saja yang mengandalkan improvisasi dari sang Guru dan Pengelola Sekolah tersebut.
“Tingkat putus sekolah masih tinggi. Kebijakan pengelolaan pendidikan berbasis Kapitalisme membuat munculnya ketidakmampuan masyarakat untuk memberikan pendidikan memadai untuk anak-anaknya.
Kurikulum yang diterapkan pun, tidak menciptakan para pelajar menjadi lulusan yang berprestasi dan bertaqwa kepada Allah SWT,” tambahnya.
Pada sisi pandangan Ulama, Pengurus MUI Kota Bogor Drs. Amirudin Abu Fikri MA, menjelaskan bahwa MUI telah mengeluarkan peringatan tentang bahaya SIPILIS (Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme).
“Liberalisme adalah paham yang bertentangan dengan Islam. Liberalisme adalah paham yang wajib dijauhi oleh Kaum Muslimin. Liberalisme tidak layak untuk manusia, lebih layak untuk binatang. Menerapkan liberalisme sejatinya lebih menjadikan manusia sebagai binatang.
MUI memandang bahwa liberalisme adalah virus yang meracuni jantung umat ini. Dampak yang ditimbulkan dari liberalisme ini sudah menyentuh pada aspek aqidah, pendidikan, politik dan seterusnya,” papar ustadz yang berkecimpung sangat lama dalam dunia pendidikan Islam tersebut secara panjang lebar.
Di akhir acara, Staf Ahli HIP Mumuh Mulyana Mubarak, SE., MM., MSi. menyampaikan catatan notulensinya kepada audien:
Kepemimpinan di Kota dan Negeri ini terus berganti…
Dari kuning ke hijau..
Berubah lagi ke biru… Ke merah dan seterusnya…
Model pengelolaan negara, pemerintahan dan masyarakat pun dinyatakan dan dianggap terus berkembang..
Namun, sadarkah kita…..
Bahwa di balik semua perubahan atau pergantian atau bahkan perkembangan tersebut..
Ada satu yang tidak atau belum berubah dan berganti…
Yaitu masih diterapkannya paham dan sistem kapitalisme di negeri ini…
Padahal mayoritas penduduk negeri ini adalah Muslim….
Padahal kapitalisme telah memberi banyak kerusakan dan kemudhorotan bagi negeri ini….
Kemudhorotan bagi kita semua….
Sakit rasanya…. Melihat kenyataan ini…
Kata ABG: sakitnya itu di sini….. Bapak Ibu…
Mari kita urai satu per satu kemudhorotan yg muncul:
Di bidang Politik, sudah tercipta sistem perpolitikan yg carut marut penuh dgn intrik, kolusi dan korupsi
Di bidang pendidikan, terjadi kegagalan sistemik dalam penciptaan generasi yang berprestasi dan bertaqwa kepada Allah SWT
Di bidang Ekonomi, terbukti sampai sekarang tidak tercapai kesejahteraan yang diidamkan rakyat semakin sulit memenuhi kebutuhan hidupnya.
Di bidang sosial, masyarakat dipaksa hidup di tengah individualistik dan kebebasan berperilaku, bersikap dan berpendapat.
Di bidang keagamaan/aqidah, muncul paham-paham rusak dan merusak serta menyesatkan.
Pertanyaannya….
Sampai kapan hal ini atau kondisi ini akan terus berlangsung?
Menjadi tugas kita semua untuk berperan seta mengatasi permasalahan ini,
Jika tidak, maka kita akan kehilangan generasi yang bertaqwa…
Langkah nyata yang dapat kita lakukan adalah mari secara bersama-sama menyingkirkan paham kapitalisme dan liberalisme dari pikiran kita, dari perilaku kita, dan dari kehidupan kita..
Tepat pukul 11.45 WIB, acara HIP ditutup dengan pembacaan do’a oleh Ketua Lajnah Khusus Ulama DPD II HTI Kota Bogor Asep Sumantri. [] MI Kota Bogor