Nidaa Tounes (Seruan Untuk Tunisia), yang mencapai jumlah suara tertinggi dalam pemilihan legislatif, mengaku di depan publik bahwa mereka adalah “perpanjangan tangan dari Rezim (Presiden terguling Zine El Abidine) Ben Ali “. Partai itu juga mengatakan bahwa gerakan Ennahda Islam hanyalah “rezim lama” yang telah berakhir.
Kantor berita Anadolu Agency mengutip kepala penasehat khusus Nidaa Tounis yang mengatakan: “Kami adalah perpanjangan tangan rezim Ben Ali dengan satu pengecualian, yakni kebebasan berbicara”
Pemimpin gerakan lain mengatakan kepada kantor berita bahwa Beji Caid Al-Sebsi, yang adalah pemimpin partai, akan memenangkan pemilihan presiden mendatang.
Firas Qirfash, anggota tim media partai itu, mengatakan bahwa mereka kini telah menjadi partai yang kuat. Dia menekankan bahwa mereka menjadi yang teratas sesuai dengan hasil pemilu legislatif Tunisia.
Qirfash menambahkan: “Gerakan Ennahda kini telah menjadi bagian dari rezim lama.” Dia mengatakan bahwa para pendukung gerakan itu, yang menempati posisi kedua dalam pemilu legislatif, “akan berkurang jumlahnya” dari sekarang. Dia menambahkan, Ennahda “akan terus terdiri dari suatu inti yang terbentuk terutama dari para keluarga mantan tahanan politik.”
Dia mengekspresikan rasa percaya dirinya sebagai pemimpin gerakan itu dan sebagai calon dalam pemilihan presiden yang akan datang, Qirfash mengatakan mereka akan memenangkan pemilu yang dijadwalkan berlangsung pada 23 November.
Baru-baru ini terungkap bahwa pemimpin partai El-Sebsi telah menerima sejumlah uang dan hadiah-hadiah yang mahal dari UEA, sebagai bagian dari proyek Emirates ‘untuk menghentikan pemerintah Islam untuk berkuasa di dunia Arab. (middleeastmonitor.com, 29/10/2014)