Setelah pasukan teroris Israel meninggalkan Gaza, bukan berarti derita Gaza dan Palestina berakhir. Hingga hari ini Gaza dan Palestina masih terjajah. Entah di manakah pasukan Pemebebas, anak cucu Shalahuddin Al-Ayubi itu kini? Jumlah syuhada Gaza hingga hari Rabu telah mencapai 1.323 orang. Menurut Mu’awiya Hassanein, direktur departemen pelayanan darurat dan ambulan mengatakan jumlah warga yang terluka mencapai 5.450 orang.
Tambahan yang syahid itu, ditemukan dua perempuan tua yang diidentifikasi bernama Kamila Al-Atar berumur 90 tahun dan Halima Siyam berumur 62 tahun. Tubuh mereka ditemukan di bawah puing-puing di Kota Gaza Selasa larut malam.
Tiga warga Palestina akhirnya meninggal setelah mengalami komplikasi cedera dalam serangan berkelanjutan teroris Israel itu. Ketiga orang itu diidentifikasi bernama Muhammad Abu Sweirih, yang meninggal di sebuah rumah sakit Mesir, Imad Miqdad yang meninggal di Rumah Sakit Khan Younis, Muhammad Madi, meninggal di Rumah sakit Ash-Shifa di Kota Gaza.
Hari Selasa terakhir, sumber medis mengumumkan seorang petani, 20 tahun, Nasr Salih Nasr, yang ditembak oleh Israel.
Sebelumnya, dua orang anak-anak Palestina juga syahid setelah terbunuh oleh peledak yang ditinggalkan oleh pasukan zionis Israel di Gaza. Mereka diidentifikasi bernama Abdullah Hassanain berusia 10 tahun dan kakanya Shuroq berusia 11 tahun.
Sementara itu, menurut staf logistik “medical Rescue Commite (MER-C) Idnoensia yang sudah berada di Gaza selama dua hari sejak mereka masuk pada Senin, Kota Gaza membutuhkan pasok bantuan makanan menyusul semakin minimnya persediaan.
Kesulitan di Gaza bukan hari ini saja, mereka telah diblokade sebelum pembantaian zionis Israel. Hanya sekedar untuk makan dan minum saja mereka kesulitan. Kesulitan hidup akibat blokade, ditambah luluh lantahnya Gaza setelah serangan brutal Israel semakin memperparah keadaan.
“Para keluarga laki laki kami telah kehilangan pekerjaannya. mereka menghabiskan keseharian mereka di rumah. Suamiku pergi seharian dari satu tempat ke tempat lain hanya demi mendapatkan (kebutuhan) dasar air. Biasanya dia kembali ke rumah dengan tangan hampa,” tutur Umm Taqi dalam suratnya yang sempat dibacakan di saluran IslamChanel yang bermarkas di London.
Derita Gaza telah memperlihatkan kepada umat pengkianatan para penguasa negeri-negeri Islam. Mereka telah membiarkan seribu lebih warga Muslim Gaza dibantai, sementara mereka hanya duduk-duduk saja. Apalagi dengan kebiadaban Penguasa Mesir Mubarak, dua hari sebelum pembantaian, Mubarak berjabat tangan dengan Menlu Israel.
Sungguh, penderitaan ini tak pernah terjadi sebelumnya kecuali setelah kehormatan umat ini hilang. Para penguasa Muslim malah berharap pada PBB, yang nota bene menjadi alat bagi AS, sementara sebagian umat Muslim masih mencengkram ide-ide yang telah melemahkan mereka, seperti demokrasi dan nasionalisme. Padahal, kedua ide inilah yang telah dipaksakan ke benak kaum Muslim, menyebabkan umat kehilangan wibawa dan kehormatan. Demokrasi menyebabkan umat berpaling dari cahaya Allah, sementara nasionalisme menyebabkan mereka terpecah belah dalam sekat-sekat batas semu negara. Hasilnya derita umat terus terjadi, karena mereka telah berpaling dari peringatan-Nya, yakni Islam.
Sampai kapan umat ini sadar untuk kembali kepada Islam di bawah pangkuan Khilafah, sehingga kehormatan umat dan Islam ini akan kembali? (syabab.com, 21/01/09)
Mudah-2an Alloh memberikan Azab yg sangat pedih didunia ini kepada Pemimpin muslim yg membiarkan saudaranya dianiyaya dan di tindas oleh zionis laknatulloh
Ya. Derita Palestina akan terus berulang jika Khilafah tak segera berdiri. Wahai pemimpin umat berjuanglah bersama HT bagi tegaknya Khilafah