Menjadi seorang pemenang Nobel dan kampanye pendidikan yang berbasis di Barat tampak telah menjadikan Malala Yousafzai mendapat beberapa reaksi penolakan di negerinya di Pakistan.
Sebuah asosiasi sekolah Pakistan mengadakan hari “Saya Bukan Malala” (I Am Not Malala) dan mengorganisir acara, seminar dan konferensi pers untuk mengutuk aktivis itu yang mereka lihat telah dimanfaatkan untuk menyebarkan nilai-nilai Barat dalam masyarakat konservatif Muslim Pakistan.
Federasi Sekolah Swasta Seluruh Pakistan (APPSF), sebuah kelompok yang mengklaim mewakili 150.000 sekolah di seluruh Pakistan, telah menyerukan melarang memoar Malala karena “menyinggung Islam” dan “menyinggung ideologi Pakistan,” lapor Huffington Post.
Mirza Kashif Ali, presiden organisasi itu, mengecam buku Malala sebagai ofensif.
“Kita semua bekerja untuk pendidikan dan pemberdayaan kaum perempuan,” kata Kashif kepada Ali New York Times. “Tapi Barat telah menciptakan orang ini yang pandangannya bertentangan dengan Konstitusi dan ideologi Islam Pakistan.”
Kelompok ini mengklaim bahwa memoar Malala mendukung novelis kontroversial Inggris asal India Salman Rushdie yang membuat marah dunia Muslim pada tahun 1988 dengan novelnya The Satanic Verses. Kelompok ini dilaporkan menuduh aktivis muda itu sebagai anggota “Ideologis Klub Rushdie. “
Malala ditembak di kepala oleh Taliban pada bulan Oktober 2012, lalu bisa pulih dan pergi ke luar negeri untuk memenangkan hadiah Nobel perdamaian tahun ini.
Menurut sebuah studi yang dikutip oleh The Independent, 30% penduduk Pakistan mengatakan mereka mendukung Malala, sekitar 1/5 mengatakan melihatnya tidak baik dan setengahnya mengatakan mereka tidak peduli. (Al Arabiya, 15/11/2014)