HTI Press, Jakarta. Sekitar 5.000 massa Hizbut Tahrir Indonesia beserta warga Jabodetabek dan sekitarnya menggelar aksi menolak penaikan harga bahan bakar minyak (BBM). “Karena ini adalah kebijakan dzalim yang akan menyengsarakan rakyat!” pekik Juru Bicara HTI Muhammad Ismail Yusanto, Ahad (16/11) di depan Istana Presiden, Jakarta.
Menurutnya, kebijakan menaikkan harga BBM sesungguhnya tidak lain adalah untuk menyukseskan liberalisasi sektor hilir (sektor niaga dan distribusi) setelah liberalisasi sektor hulu (eksplorasi dan eksploitasi) sempurna dilakukan.
Liberalisasi migas adalah penguasaan yang lebih besar kepada swasta (asing) dan pengurangan peran negara. Kebijakan seperti ini jelas sangat merugikan dan menyengsarakan rakyat yang notabene adalah pemilik sumberdaya alam itu sendiri.
“Liberalisasi dilakukan untuk memenuhi tuntutan pihak asing. Dan untuk itu, pemerintah tega mengabaikan aspirasi mayoritas rakyatnya. Jadi, jelas sekali kebijakan menaikkan harga BBM adalah bentuk pengkhianatan terhadap rakyat yang sangat nyata!” tegasnya.
Padahal, lanjut Ismail, menaikkan harga BMM dan kebijakan apapun yang bermaksud untuk meliberalkan pengelolaan BBM merupakan kebijakan yang bertentangan dengan syariat Islam. Migas serta kekayaan alam yang melimpah lainnya dalam pandangan Islam merupakan barang milik umum yang pengelolaannya harus diserahkan kepada negara untuk kesejahteraan rakyat.
Oleh karena itu, kebijakan kapitalistik, yang menyengsarakan rakyat itu harus segera dihentikan. Sebagai gantinya, migas dan SDA lain dikelola sesuai dengan tuntutan syariah untuk kemaslahatan dan kesejahteraan seluruh rakyat, baik Muslim maupun non Muslim.
“Jalannya hanya satu, melalui penerapan syariah Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwah. Untuk itu perjuangan harus dilipat gandakan agar cita-cita mulia itu benar-benar dapat diujudkan!” pekiknya kemudian disambut takbir ribuan peserta.
Sebelumnya, sekitar pukul 8 pagi, massa yang membawa berbagai spanduk dan poster penolakan penaikan harga BBM dan liberalisasi migas, longmarch dari Stasiun Gambar menuju depan Istana Presiden. Meski membawa ribuan massa namun aksi ini tidak menimbulkan kemacetan, dengan tertib massa menempati ruas kiri jalan. Menjelang waktu zuhur mereka pun membubarkan diri.[] Joko Prasetyo, foto: Husein Assadi dan Dili Kusmanto