Kamis(13/11), Perdana Menteri(PM) Nawaz Sharif telah menawarkan sektor energi dengan menyerahkan kerangka kebijakan negaranya pada sebuah lawatan internasional, Konferensi Energi London. Ia berharap, Konferensi ini bisa membantu Pakistan perihal investasi di sektor Energi. Ia menambahkan bahwa Pakistan ingin tahu tentang rangsangan investasi dan bentuk kebijakan yang bisa memacu investasi asing dalam sektor minyak dan energi.
Pengusaha Asing telah diundang oleh PM Pakistan untuk berinvestasi di negara yang unggul dalam sektor energi tersebut. Sektor tersebut sangat menjanjikan dengan nilai keuntungan menarik dalam berbagai investasi, tegasnya.
Komentar
sebelum menjabat sebagai perdana menteri, Nawaz sharif menegaskan sebanyak tiga kali bahwa pemerintahannya (nanti) akan mengakhiri secepatnya krisis energi yang paling buruk dalam sejarah Pakistan ini. Namun, setelah selang hampir delapan bulan menjabat posisi eksekutif, ternyata kesengsaraan rakyat tak kunjung berakhir. Selama masa jabatan rezim PPP(Partai Rakyat Pakistan) sebelumnya, rakyat ditipu dengan dalih bahwa akar masalah krisis energi yang berlangsung ini adalah keterbatasan kapasitas pembangkit listrik. Hal ini juga disebabkan oleh rezim Musharrof delapan tahun lalu yang tidak menambah pembangkit listrik lagi untuk pasokan listrik nasional, tambahnya. Mereka memaparkan bahwa program sewa energi adalah solusi cepat untuk mengakhiri krisis ini. Triliunan rupe telah digelontorkan dalam proyek ini akan tetapi kondisinya justru menjadi lebih buruk dari rezim Musharrof sebelumnya.
Saat detik-detik lengsernya rezim partai PPP ini, diagnosa secara berkala menunjukkan bahwa akar masalah dalam krisis energi ini adalah lilitan hutang. Ketika Nawaz Sharif mulai menjabat, Mei 2013, Rezim partai PMLN (Partai Liga Muslim Pakistan)ini segera merealisasikan hutang tujuh generasi sejumlah 480 miliar Rupe. Dalam waktu singkat, masyarakat memang merasakan sedikit dampaknya akan tetapi krisis mulai menghantui rakyat lagi bahkan merongrong perekonomian Pakistan. Hutang tujuh generasi ini melewati angka fantastis; yaitu 503 M Rupe sebagaimana dijelaskan oleh pemerintah pada bulan Juli 2014 lalu. Saat ini hutang tujuh generasi ini sudah menembus 211 M rupe dalam waktu hanya beberapa bulan. Angka yang fantastis ini hanya akan memenuhi rekening segelintir kapitalis di sektor energi. Sektor yang haram menurut islam untuk dimiliki swasta apalagi asing ini dikarenakan energi listrik adalah milik umum. Penyimpangan atas Hukum Islam ini berdampak besar bagi masa depan rakyat bahkan perekonomian Pakistan.
Sejak pertengahan 90-an Rezim Pakistan secara beruntun telah berusaha memprivatisasi sektor energi baik untuk investor lokal maupun asing. Rezim Pakistan juga membuat kesepakatan resmi tertulis sebagai jaminan laba tertinggi untuk investasi energi listrik mereka. Hal ini sudah dialami dalam beberapa krisis listrik di Pakistan. Saat Pakistan mengerjakan proyek instalasi 20000 megawatt, hanya 13000 megawatt yang terealisir. Perusahaan-perusahaan asing ini mengakibatkan kejomplangan perekonomian Pakistan; yaitu kejomplangan antara kecilnya hasil yang dirasakan rakyat dengan keuntungan yang tinggi bagi perusahaan-perusahaan asing tersebut.
Bukannya mengambil pelajaran dari rezim sebelumnya, bahkan saat ini rezim yang berkuasa Raheel Nawaz berkomitmen penuh untuk melakukan privatisasi sektor minyak dan gas, suatu sektor yang sangat menjanjikan. Perusahaan minyak dan gas terbesar,OGDCL mengumumkan laba bersih tahun 2013-2014 dengan angka fantastis; yaitu 124 M Rupee.
Saat ini Sektor energi memang menjadi poros ekonomi modern. Tatkala ia hancur maka hancurlah seluruh perekonomian. Belum lama ini, PM Pakistan melakukan kunjungan ke Cina, Jerman, dan Inggris. Kunjungan ini bukan dalam rangka mengunjungi warga Pakistan akan tetapi justru bertujuan untuk investor asing; yaitu investasi sumber daya alam(SDA). Ini berarti mencabut umat dari kepemilikan SDA yang luar biasa tersebut dan menenggelamkan mereka dalam lumpur kemiskinan.
Rezim Raheel Nawaz begitu agresif mengobral sumber energi Negara kepada para investor asing. Hal ini akan semakin memperbudak Pakistan kepada Amerika dan negara-negara imperialis lainnya. Pakistan tidak akan mampu menjadi ekonomi raksasa dunia selama berada dalam kungkungan sistem demokrasi, para pemimpin diktator, penerapan sistem kapitalisme dan kepatuhan pada lembaga kolonial seperti IMF. Potensi luar biasa Pakistan hanya bisa terwujud dalam sistem khilafah. Khilafah akan menerapkan sistem ekonomi Islam, mengatur sumber daya energitu, menjaganya sebagai sumber daya milik umum, memastikan produktivitas penggunaan sektor energi yang luar biasa ini, serta menghasilkan manfaat maksimal dalam menjaga urusan umat.
“dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil, dan Al-Quran yang diturunkan kepada mereka dari tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. ”(QS Al-Maidah: 66)
Oleh
Shahzad Shaikh, Wakil Jubir HT Pakistan