Ratusan orang tewas ketika pasukan keamanan bentrok dengan para pengunjuk rasa di minggu sebelum Mubarak dipaksa lengser dari kekuasaannyapada bulan Februari 2011.
Suatu keputusan pengadilan Mesir yang telah membatalkan tuduhan pembunuhan yang dituduhkan kepada mantan Presiden Hosni Mubarak dan para pejabat keamanan disambut dengan jeritan dan teriakan dari keluarga para pengunjuk rasa yang tewas dalam pemberontakan tahun 2011.
Sambil mencela keputusan pengadilan itu, para keluarga korban meneriakkan slogan-slogan yang menuntut tindakan pembalasan bagi orang-orang yang tewas dalam revolusi yang mengakhiri 30 tahun pemerintahan Mubarak, menurut reporter Anadolu Agency.
Sebagian keluarga korban pingsan setelah mendengar keputusan itu.
“Ini merupakan keputusan politik. Peradilan telah menunda-nunda keputusan ini selama empat tahun sehingga mereka bisa membersihkan dirinya setelah hilangnya harapan,” kata ayah dari Ahmed Khaleefa, 19 tahun, yang tewas pada tahun 2011, kepada Reuters di luar pengadilan.
“Keputusan ini menghantam kami seperti peluru. Saya menganggap anak saya Ahmed meninggal hari ini.”
Othman al-Hefnawy, seorang pengacara yang mewakili beberapa keluarga para demonstran yang meninggal, mengatakan keputusan pengadilan itu menyisakan pertanyaan: jika Mubarak, menteri dalam negeri dan para pembantu keamanannya tidak bertanggung jawab atas kematian 239 demonstran, maka siapa lagi yang bertanggung jawab?
Pada akhir tahun 2012, Mubarak dan al-Adly keduanya dijatuhi hukuman 25 tahun penjara karena memerintahkan pembunuhan para demonstran selama terjadinya pemberontakan.
Pengadilan kemudian memerintahkan pengadilan ulang, namun, setelah pengacara mantan presiden dengan sukses mengajukan banding terhadap keputusan itu.
Banyak orang Mesir yang hidup dalam masa pemerintahan Mubarak yang memandang masa itu sebagai periode pemerintahan otokrasi dan kroni kapitalisme dan menganggapnya sebagai kemenangan jika dapat melihatnya dipenjara.
Penggulingannya menyebabkan pemenenag pemilu Mesir pertama yang dilakukan dengan bebas, Mohamed Mursi, digulingkan tahun lalu oleh tentara. Sejak itu, dilepaskannya beberapa tokoh era Mubarak dan serangkaian undang-undang yang membatasi kebebasan politik telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan para aktivis bahwa kepemimpinan orde lama telah mendapatkan kembali pengaruhnya.
Mubarak mengatakan dia tidak melakukan kejahatan
Hosni Mubarak mengatakan dia tidak melakukan kejahatan apapun, dalam sambutannya pertamanya menyusul keputusan pengadilan untuk menjatuhkan dakwaan terhadap keterlibatan dirinya dalam pembunuhan demonstran selama revolusi 2011.
Dalam sebuah wawancara telepon dengan saluran televisi swasta Sada al-Balad, Mubarak mengatakan bahwa dia terkejut ketika pemberontakan rakyat meletus menjadi perlawannya terhadap dirinya pada tahun 2011.
“Saya tidak melakukan kejahatan apa pun,” kata Mubarak, yang dipaksa mundur pada 2011 menyusul terjadinya 18 hari pemberontakan.
Mubarak menolak untuk menuduh Amerika Serikat atau negara-negara lain sebagai dalang revolusi terhadap rezimnya.
“Saya tidak bisa berbicara tentang apa yang terjadi melalui telepon,” kata Mubarak dalam wawancara itu, yang pertama dilakukan sejak kejatuhannya pada tahun 2011.
Mubarak mengatakan reaksi pertamanya terhadap pemerintahan tahun 2012 adalah mencemoohkannya.
“Saya sedang menunggu keputusan pengadilan ulang pada hari Sabtu,” kata Mubarak. “Tapi keputusannya tidak banyak berbeda,” tambahnya. (worldbulletin.net, 29/11/2014)