“Illicit financial flows” atau arus uang gelap yang mengacu pada uang yang meninggalkan suatu negara tanpa dikenai pajak itu dianggap sebagai penyebab struktural kemiskinan ekstrem.
Negara-negara miskin kehilangan lebih banyak uang setiap tahun akibat korupsi dan pengemplangan pajak perusahaan daripada bantuan asing yang diterima. Sebuah laporan menyebut kerugian ini sebagai penyebab struktural kemiskinan ekstrem.
LSM Global Financial Integrity (GFI) mengatakan negara-negara berkembang menderita kerugian US$6,6 trilyun dari 2003 hingga 2012. Eric LeCompte, ketua Jubilee USA Network, mengatakan masalah ini meningkat hampir 9,5 persen setiap tahun.
“Illicit financial flows” atau arus uang gelap mengacu pada uang yang meninggalkan suatu negara tanpa dikenai pajak. Secara umum, uang itu mencakup uang pengemplangan pajak hingga uang yang dibawa ke negara lain melalui praktik-praktik korup.
Karena jenis uang itu dan karena banyak negara tidak memiliki sarana pencegahan, negara-negara di seluruh dunia menderita kerugian hampir $1 trilyun setiap tahun akibat arus uang gelap itu.
Laporan GFI itu mengatakan pada 2012 saja arus uang gelap mencapai sekitar $991 milyar.
Lembaga Jubilee USA Network — koalisi 75 organisasi di AS, 400 kelompok warga berbasis agama dan 50 mitra internasional — melakukan lobi reformasi keuangan dunia guna meringankan utang negara-negara miskin.
Kelompok ini bekerjasama dengan GFI untuk menyarankan reformasi untuk menghentikan arus uang gelap.
LeCompte mengatakan meski telah dilakukan upaya terus menerus dan dikeluarkannya pernyataan oleh negara-negara G7 dan G20, masalah itu masih tetap ada.
“Banyak penyusun kebijakan dan pengambil keputusan belum memahami kenyataan ini – bahwa ada $1 trilyun uang meninggalkan negara-negara tersebut tanpa dikenai pajak. Meski sudah ada gerakan, masih perlu dilakukan lebih banyak pendidikan tentang isu ini. Saya kira untuk pertama kalinya kita mempelajari proses-proses di mana kita dapat mulai menghentikan arus uang gelap ini,” ujarnya.
Laporan itu membandingkan arus uang gelap dengan arus masuk bantuan asing.
“Jumlah uang yang meninggalkan beberapa negara termiskin di dunia itu 11 kali lipat bantuan yang mereka terima,” ujar Le Compte.
Direktur Eksekutif Jubilee USA Network mengatakan arus uang gelap memperburuk situasi di negara-negara yang sedang dijangkiti Ebola di Afrika Barat.
Ketiga negara yang paling parah dilanda Ebola adalah Sierra Leone, Guinea dan Liberia. Dalam laporan GFI baru-baru ini, lima negara di dunia yang paling banyak kehilangan uang akibat arus uang gelap dari 2003 hingga 2013 adalah China, Rusia, Meksiko, India dan Malaysia. (voaindonesia.com, 18/12/2014)