ISLAMABAD: Surat kabar Express Tribune mendengar bahwa terduga pembunuh dua warga Pakistan memiliki hubungan dekat dengan Tehreek-e -Taliban Pakistan (TTP).
The New York Times melaporkan pada hari Senin bahwa Davis “adalah bagian operasi rahasia, yang dipimpin oleh CIA untuk melakukan pengawasan terhadap kelompok-kelompok militan di dalam negeri Pakistan, menurut para pejabat pemerintah Amerika.”
Hal ini bertentangan dengan klaim sebelumnya bahwa Davis merupakan anggota ‘staf teknis dan administrasi’ dari misi diplomatik AS di Pakistan.
Davis ditangkap pada tanggal 27 Januari setelah diduga menembak mati dua pengendara sepeda motor muda di halte bus yang penuh sesak di Lahore. Para pejabat Amerika mengatakan bahwa penangkapan terjadi setelah ‘gagalnya upaya perampokan’.
“Pembunuhan di Lahore merupakan berkah tersembunyi bagi badan-badan keamanan kami yang menduga bahwa Davis mendalangi kegiatan-kegiatan teroris di Lahore dan di bagian lain Punjab,” kata seorang pejabat senior polisi Punjab mengklaim.
“Hubungannya yang dekat dengan TTP terungkap selama investigasi,” tambahnya. “Davis berperan dalam merekrut orang-orang muda dari Punjab bagi Taliban untuk mengobarkan pemberontakan berdarah.” Catatan dari ponsel Davis telah menunjukkan adanya hubungan yang terjalin dengan 33 warga Pakistan, termasuk 27 militan dari TTP dan sektarian Lashkar-e-Jhangvi, kata sumber-sumber itu.
Davis juga mengatakan dapat bekerja pada sebuah rencana untuk memberikan keyakinan atas pendapat Amerika bahwa senjata nuklir Pakistan tidak aman. Untuk tujuan ini, dia mendirikan sebuah kelompok dari Taliban yang akan melakukan sesuatu atas perintahnya.
Gambaran semakin jelas
Penangkapan dan penahanan Davis telah mengungkap jaringan operasi Amerika yang terselubung di Pakistan.
Mantan penguasa militer Pervez Musharraf telah membuat kesepakatan rahasia dengan AS pada tahun 2006, yang memungkinkan operasi rahasia CIA di negaranya. Hal ini dilakukan agar Amerika percaya bahwa Islamabad tidak secara diam-diam membantu para pemberontak Taliban.
Berdasarkan perjanjian tersebut, CIA diizinkan untuk memperoleh layanan dari perusahaan keamanan swasta, termasuk Blackwater (Xe Worldwide) dan DynCorp untuk melakukan pengawasan terhadap Taliban dan al Qaeda.
Menurut The New York Times, sebelum penangkapannya, afliasi Davis dengan CIA sudah diketahui oleh para pejabat Pakistan. Dia menambahkan bahwa visanya, yang disampaikan ke Kementerian Luar Negeri pada akhir tahun 2009, menggambarkan pekerjaannya sebagai “seorang pejabat urusan daerah,” suatu deskripsi pekerjaan yang umum bagi para pejabat yang bekerja dengan badan intelijen itu.
Para pejabat Amerika mengatakan bahwa dengan adanya usaha pemerintah Pakistan yang mencoba menekan meningkatnya arus para perwira CIA dan kontraktor keamanan yang mencoba masuk ke Pakistan, lebih banyak operasi tersebut telah yang “dibuat terselubung” seperti sebagai karyawan kedutaan dan diberikannya paspor diplomatik.
Namun, ” instansi pemerintah dan keamanan terkejut mengetahui bahwa Davis dan beberapa rekannya terlibat dalam kegiatan yang tidak dijabarkan dalam perjanjian,” kata seorang sumber kepada The Tribune Ekspres.
“Pekerjaan Davis adalah melacak hubungan Taliban dan al Qaeda di berbagai bagian wilayah Pakistan. Tapi, sebaliknya, para investigator menemukan bahwa dia telah mengembangkan hubungan yang dekat dengan TTP, “tambah sumber itu.
Penyidik telah menemukan 158 item dari penangkapan Davis, yakni Gloc Pistol 9mm, lima magasin 9mm, 75 peluru, perangkat GPS, obor inframerah, satu set wireless, dua ponsel, kamera digital, survival kit, lima kartu ATM, dan mata uang Pakistan dan AS, kata sumber-sumber itu.
Dalam kameranya terdapat foto-foto instalasi pertahanan Pakistan.
Para pejabat intelijen mengatakan bahwa beberapa item yang diperoleh dari Davis digunakan oleh mata-mata, bukan untuk kegiatan seorang diplomat. Hal ini membuktikan bahwa dia terlibat dalam kegiatan yang merugikan kepentingan nasional Pakistan.
Menteri Hukum Punjab mengatakan bahwa Davis bisa disidang karena mencoba melakukan kegiatan anti-negara. “Gadget mata-mata dan senjata canggih yang didapatkan tidak pernah digunakan oleh para diplomat,” kata Rana Sanaullah Express Tribune.
Sanaullah mengatakan bahwa Davis juga bisa disidang dengan Undang-Undang Tentara. Dia mengatakan baru-baru ada 11 orang yang hilang dari penjara Adiyala di Rawalpindi dipesan berdasarkan Undang-Undang Tentara.
Namun, pengacara senior mengatakan bahwa hanya Angkatan Darat yang punya kewenangan untuk mendaftarkan kasus di bawah UU Angkatan Darat tahun 1952 terhadap setiap orang yang terlibat dalam kegiatan yang merugikan tentara atau instalasi tersebut.
“Tuduhan seperti itu juga akan diajukan oleh pengadilan militer,” kata Qazi Anwer, mantan presiden Asosiasi Pengacara Mahkamah Agung. Dia menambahkan bahwa pihak berwenang bisa mendaftarkan kasus spionase terhadap setiap orang.
Tapi yang menarik, meskipun terdapat semua bukti keterlibatan Davis dalam kegiatan spionase, pemerintah federal tampaknya tidak akan mencoba mengadilinya untuk memata-matai.
“Dia akan dituntut hanya atas tuduhan pembunuhan dua orang di Lahore,” kata sumber yang sangat kompeten mengatakan kepada Express Tribune.
Kasus Davis telah membuat tegang hubungan antara Pakistan dan Amerika Serikat, sehingga menciptakan dilema bagi pemerintah yang dipimpin PPP.
Lebih banyak tekanan
Tekanan pada pemerintah Pakistan untuk melepaskan Davis terus dilakukan secara intensif.
Menurut The New York Times, “ada hal yang membingungkan atas telepon pribadi ke Pakistan dari Leon Panetta E, Direktur CIA, dan Laksamana Mike Mullen, Kepala Staf Gabungan, yang semuanya ditujukan untuk membujuk rakyat Pakistan untuk melepaskan pelaku operasi rahasia itu.”
Diterbitkan di Express Tribune, 22 Februari 2011.