Terkait maraknya simbol atau atribut Natal di akhir tahun, Ketua Umum Persatuan Islam (Persis) Prof Dr Maman Abdurrahman menyatakan jangan anggap enteng simbol.
“Simbol-simbol itu kan menandakan keyakinan di dalamnya. Oleh karena itu simbol-simbol itu jangan dianggap enteng. Termasuk simbol-simbol terkait perayaan Natal seperti pohon cemara, sinterklas dan lainnya,” ujarnya seperti dilansir Tabloid Media Umat Edisi 141: Racun Toleransi di Akhir Tahun, Jum’at (26 Shafar-10 Rabiul Awal 1436H/19 Desember – 1 Januari 2015).
Oleh karena itu semestinya umat Islam itu jangan ikut-ikutan. Karena nanti yang ditakutkan setelah simbol simbol itu muncul nanti akan tertarik atau terseret dengan perkataan juga. “Selamat ini selamat itulah… jadi semestinya dijauhi bukan malah diikuti,” ujarnya sembari mengutip Sabda Nabi SAW yang artinya: “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia bagian dari kaum tersebut.”
Maman pun mengeritik pernyataan Dirjen Bimas Islam Kemenag yang membolehkan mengenakan atribut Natal dengan alasan asalkan akidah tidak berubah. “Saya tidak setuju dengan pernyataan siapa pun termasuk dari presiden atau menteri agama atau dirjen Bimas apa itu!” tegasnya.
Menurutnya, menggiring umat Islam untuk turut merayakan agama orang kafir itu kan upayanya kaum pluralis, pluralisme kan begitu menganggap semua agama sama saja. “Jelas ini mengancam akidah umat! ‘asal akidah tidak berubah’ ngapain ngomong begitu,” pungkasnya.[] Joko Prasetyo