Video yang dirilis oleh sejumlah situs dan surat kabar Turki menunjukkan kejahatan pembunuhan, dimana korbannya adalah Imam Abdullah Bukhari, asal Uzbekistan, berusia 38 tahun. Pembunuhan berdarah dingin ini terjadi kota Istanbul, ketika Imam Abdullah Bukhari hendak memasuki Pusat Institut Ilmiah, di mana ia akan memberikan kajian syariah pada para mahasiswanya.
Imam Abdullah Bukhari terpaksa bermigrasi dari Uzbekistan karena ia terus dikejar-kejar oleh aparat intelijen, serta mengancam hidupnya dan keluarganya, di mana pihak berwenang di sana menuduhnya bergabung dengan Hizbut Tahrir, yang oleh pihak berwenang disebut sebagai Partai Islam radikal, yang membahayakan keamanannya, yang juga dituduhnya berusaha merebut kekuasaan untuk mendirikan negara Khilafah Islam. Sehingga siapa saja yang bergabung dengannya diancam dengan sanksi penjara seumur hidup, dan mungkin juga eksekusi massal, seperti yang terjadi di Andijan, Uzbekistan pada tahun 2004, ketika lebih dari 10 ribu orang telah dibantai dalam sebuah pembantaian berdarah dingin, yang terjadi di tengah-tengah pembungkaman media secara masif.
Dalam video tersebut, menurut sejumlah media Turki, terlihat orang Chechnya asal Rusia sedang mendekatinya, dan mengeluarkan tembakan di punggungnya. Insiden pembunuhan berdarah dingin ini terjadi pada tanggal 10 Desember 2014.
Dikatakan bahwa polisi Turki telah menangkap pembunuhnya, dan dua orang lainnya yang terlibat dalam kejahatan tersebut.
Kelompok Islamis di negara-negara bekas Republik Uni Soviet tengah menderita akibat pembatasan ruang gerak, dan ancaman keamanan yang berakibat pembunuhan dalam beberapa kasus, khususnya di Uzbekistan dan sekitarnya, di mana Rusia masih memiliki kendali situasi keamanan dan pemerintah di sana (palweather.ps, 25/12/2014).