HTI Press, Palangka Raya – berbagai konflik dan masalah silih berganti melanda Negeri ini, dari bencana alam hingga bencana yang diakibatkan oleh ketamakan dan rusaknya moral anak bangsa. Bulan demi bulan dilalui dengan berbagai macam masalah yang melanda negeri ini hingga akhirnya telah sampai di ujung akhir tahun 2014. Dalam mereview hal-hal yang telah terjadi di tahun 2014 DPD II Hizbut Tahrir kota Palangka Raya menyelenggarakan sebuah acara refleksi akhir tahun dengan mengangkat tema “pemimpin baru, harapan baru? Refleksi terhadap kepemimpinan Rasulullah SAW”.
Refleksi akhir tahun ini dibuka dengan penayangan sebuah dokusinema yang menggambarkan segala masalah dan problematika yang terjadi di tahun 2014. Kemudian dilanjutkan oleh pemutaran profil Hizbut Tahrir Indonesia, yang menggambarkan bagaimana metode dakwah HT dan perkembangan HT di negara-negara lain.
Menurut pimpinan DPD II HTI kota Palangka Raya, yakni Ust. Rudini S.Pd acara ini diadakan sebagai merefleksi apa yang terjadi di tahun 2014 bahwa ternyata umat islam masih terpuruk dan terjajah, sebagai contoh terpuruknya bisa kita lihat bahwa nilai rupiah melemah, tingkat pengangguran meningkat, secara budaya bisa kita lihat bahwa umat islam di paksa oleh kaum minoritas untuk menggunakan simbol-simbol agama tertentu dan yang sangat disayangkan hal ini malah di dukung oleh pemerintah.
Acara yang berlangsung di masjid Aqidah ini berjalan dengan khidmat, para jamaah mendengarkan dengan antusias pemaparan dari Ust. Dede Tisna yang merupakan perwakillan dari DPP HTI. Meski acara ini berlangsung jam 08.00 pagi, dimana yang diketahui merupakan jam sibuk dan juga jam kerja namun jamaah yang hadir cukup banyak kurang lebih 150 jamaah memenuhi masjid.
Ust. Dede Tisna menyampaikan tentang rapot merah rezim kapitalisme sekuler, dimana Indonesia sebuah negeri kaya di khatulistiwa dan sudah 69 tahun mengenyam “kemerdekaan”.tetapi negeri yang mayoritas muslim ini, dinamika politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan selama tahun 2014 menunjukkan belum mapan dan kian jauh dari harapan. Sistem demokrasi yang dianut oleh Indonesia tidak mungkin dapat memberantas korupsi karena mahalnya biaya demokrasi. Di akhir tahun ini pemerintah memberikan kado dengan kenaikan BBM yang berdampak pada semua aspek baik barang dan jasa juga mengalami kenaikan serta tak lupa pemerintah juga telah menyiapkan kado awal tahun yaitu naiknya tarif dasar listrik, gas dan juga tiket kereta api.
Setelah pemaparan materi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, seorang penanya bernama Wijaya dari Univ. Palangka Raya menanyakan “jika khilafah tegak di Indonesia, maka Indonesia akan mengalami masa transisi dari demokrasi menuju kekhilafahan, bagaimana nantinya?”. Ust. Dede Tisna menjawab jika Khilafah tegak di Indonesia maka penerapan islam dilakukan dengan menyeluruh di semua aspek tidak bertahap, namun yang harus dijalankan terlebih dahulu ialah memberi pemahaman kepada masyarakat akan wajibnya beberapa syariat dengan cara pembinaan. []MI HTI Palangkaraya