Sebuah masjid diserang di kota Eskilstuna di tenggara Swedia hari Kamis malam hanya beberapa jam setelah sebuah masjid lain di kota yang sama dibakar, sebuah koran Swedia melaporkan.
Polisi mengatakan seorang pria tidak dikenal menghancurkan jendela masjid hari Kamis malam hanya beberapa meter dari tempat masjid pertama diserang dengan dibakar, kata harian Swedia, Aftonbladet.
Polisi mengatakan masih belum jelas apakah kedua kasus itu berkaitan.
Dalam insiden pertama, lima orang luka-luka ketika seorang membakar sebuah masjid di Eskilstuna. Dinas Keamanan Swedia melakukan penyelidikan atas serangan pembakaran ini.
Expo, sebuah yayasan Swedia yang meningkatkan kesadaran tentang rasisme dan xenophobia (ketakutan akan orang asing), mengatakan sedikitnya 12 serangan terjadi pada masjid-masjid di seluruh Swedia tahun ini.
Ini berarti setidaknya terjadi satu serangan per bulan pada sebuah masjid di Swedia dari bulan Januari hingga Desember tahun ini, menurut Expo.
Serangan pembakaran di masjid itu terjadi pada Hari Natal yang dilatar belakangi oleh perdebatan yang membuat tegang di Swedia mengenai imigrasi dan dukungan untuk partai politik sayap kanan, Partai Demokrat Swedia.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada hari Jumat bahwa Eropa harus membersihkan diri dari Islamofobia dan rasisme di dalam perbatasannya sendiri sebelum mencoba untuk memberikan pelajaran mengenai demokrasi kepada Turki.
“Kami bukan negara yang pantas dimarahi oleh Eropa,” kata Erdogan dalam pidatonya di sebuah simposium pada Konfederasi Pegawai Negeri ‘Serikat Pekerja di Ankara.
“Kami bukan kambing hitam Eropa. Hari-hari buruk Turki sudah berakhir,” katanya. (worldbulletin.net, 27/12/2014)