HTI Press, Surabaya. Sekitar 750 warga Surabaya menghadiri Muhasabah dan Dzikir Akhir Tahun 2014: Indonesia berdaulat dengan Khilafah Kamis (25/12) malam di halaman Masjid Baitur Rozzaq, Kompleks Industri SIER Rungkut, Surabaya. Kedatangan mereka disambut dengan lantunan nasyid Shoutut Tahrir. Mereka pun dengan khusyu mendengarkan tilawah dan turut berdzikir jama’i mengharap datangnya pertolongan Allah dengan tegaknya khilafah yang dipimpin KH Mas Saiful Muluk, Pengasuh Ponpes Al Haqiqi Sidoresmo, Surabaya.
Kemudian, dengan seksama warga yang datang dari berbagai kecamatan Kota Pahlawan tersebut menyimak pemaparan materi refleksi yang disampaikan tiga narasumber. Pertama, KH Shiddiq Al Jawi. Dalam pemaparannya, Pengasuh Ponpes STEI Hamfara, Bantul, DIY tersebut menyatakan penerapan JKN –BPJS oleh pemerintah merupakan kebijakan dzalim karena mengalihkan tugas negara menjadi tugas rakyat. Ia juga menjelaskan kedzaliman pada kebijakan pencabutan subsidi listrik, subsidi BBM dan menunjukkan bukti bukti keterlibatan asing dalam berbagai kebijakan dzalim tersebut.
Kedua, Prof Dr Daniel Muhammad Rasyid. Guru Besar ITS tersebut menyatakan sistem pendidikan di Indonesia saat ini menihilkan peran keluarga dan ketergantungan penuh pada sekolah, dan fenomena sosial masyarakat dan lingkungan memberikan pelajaran yang buruk pada generasi. “Harus ada upaya perubahan mendasar di bidang pendidikan!” serunya.
Ketiga, KH Muhammad Ihsan. Alumni Ponpes Bahrul Ulum Tambakberas Jombang tersebut menyebut demokrasi telah menyeret sistem politik Indonesia menjadi sistem politik yang buruk. Politik Demokrasi yang mahal, telah menciptakan iklim korupsi, kolusi, serta hilangnya kedaulatan dan martabat bangsa Indonesia. “Solusinya, Indonesia harus kembali kedalam pangkuan syariah Islam dalam naungan khilafah,” pungkasnya.[] Munawar Kholis/Joy