Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menilai drama seri King Suleiman yang ditayangkan stasius televisi ANTV melecehkan sosok Sultan Sulaiman Al Qanuni.
“Jelas sekali bahwa film King Suleiman ini sangat-sangat merusak, melecehkan,” ujar Juru Bicara HTI Ismail Yusanto pada Republika Online (ROL), Kamis (25/12).
Ismail menjelaskan, sosok Sultan Sulaiman merupakan sosok yang luar biasa dalam sejarah Islam. Kekhalifahan Turki Usmani mencapai masa kejayaan pada masa kepemimpinan Sultan Sulaiman. Kekuasaan Sultan Sulaiman bahkan sangat luas hingga mencapai ke Eropa Timur.
Karena itu, HTI sangat menyayangkan penggambaran sosok Sultan Sulaiman dalam drama “King Suleiman” karena tidak menunjukkan sisi tersebut.
“King Suleiman” dalam drama digambarkan sangat jauh dari sosok aslinya dan malah cenderung merendahan karena terkesan menggilai perempuan.
“Orang yang hebat seperti itu digambarkan seperti seorang playboy yang haus perempuan,” lanjut Ismail.
Ismail menyatakan drama fiksi sejarah sepatutnya tak melencengkan karakter dasar dari sosok yang diceritakan. Kisah fiksi yang mengangkat sosok asli dalam sejarah sepatutnya berhati-hati dalam penggambaran karakter tersebut.
Ia mencontohkan pembuatan film yang mengangkat sosok Soekarno dan juga Ahmad Dahlan. Penggambaran kedua sosok dalam sejarah tersebut tentunya tidak boleh keluar dari karakter aslinya.
“Kalau tokoh fiksi, terserah. Tapi Sulaiman Al Qanuni itu kan figur yang memang ada dan sangat dihormati bahkan sampai sekarang,” terang Ismail.
Karena itu HTI mengimbau agar stasiun televisi terkait segera menghentikan drama “King Suleiman” yang dinilai mencederai sosok Sultan Sulaiman Al Qanuni ini. Pasalnya, persoalan “King Suleiman” bukan terletak pada adegan per adegan, melainkan pada konten cerita yang dinilai HTI mengerdilan sosok sultan kenamaan di kekhalifahan Turki Usmani ini.
Bagi masyarakat awam, HTI menilai mungkin tidak ada masalah karena mereka tidak mengenal sosok Sultan Sulaiman Al Qanuni. Akan tetapi, bagi masyarakat yang peduli terhadap sejarah dan nilai-nilainya, apalagi sejarah tentang individu, mereka pasti akan dengan mudah melihat bahwa “King Suleiman” merupakan tayangan yang merusak. (republika.co.id, 26/12/2014)