Puluhan ribu orang berpartisipasi dalam masīrah (longmarch) kolosal atas undangan Hizbut Tahrir—Palestina di Ramallah dan Hebron (al-Khalil), setelah shalat Ashar, pada hari Sabtu (24/1). Masīrah (longmarch) ini digelar dalam rangka membela Nabi Muhammad saw. Masīrah (longmarch) kali ini mengusung tema “Bersama Khilafah dan tentara kaum Muslim, kami membela Rasulullah saw, serta menjaga akidah dan tempat-tempat suci.” Para peserta masīrah (longmarch) membawa rāyah Rasulullah saw berwarna hitam, dan liwā’ Rasulullah saw berwarna putih, yang masing-masing bertuliskan dua kalimat syahadat (Lā Ilāha Illallāh Muhammad Rasūlullah). Mereka juga membawa berbagai spanduk, dan meneriakkan slogan-slogan yang mengecam penghinaan terhadap Rasulullah saw, serta meminta tentara kaum Muslim untuk menghukum mereka, para penghina Rasulullah saw.
Masīrah (longmarch) Ramallah melintasi jalan utama kota dari Masjid Besar al-Birah bergerak menuju Manara Square, di mana di tengah-tengah lautan manusia ini, anggota Kantor Media Hizbut Tahrir – Palestina, Ir Baher Shaleh menyampaikan orasi. Sementara masīrah (longmarch) Hebron (al-Khalil) dimulai dari Masjid al-Abrar melintasi jalan Ain Sarah hingga Manara Square, di pusat kota, di mana di tengah-tengah lautan manusia ini, Dr Maher al-Ja’bari, anggota Kantor Media Hizbut Tahrir – Palestina menyampaikan orasi.
Dalam orasinya, Ir Baher Shaleh menyoroti atmosfer serangan dan penghinaan yang terus berulang terhadap Nabi Muhammad saw, dan terhadap agama Islam yang agung. Melihat atmosfer ini selama beberapa tahun terakhir, bahkan atmosfer ini semakin meningkat dalam beberapa hari terakhir di seluruh benua Eropa, maka atmosfer ini hampir-hampir menjadi siklus tradisi Eropa.
Shaleh menambahkan: “Peristiwa baru-baru ini tidak keluar dari konteks atau alur. Charlie Hebdo bukanlah pelaku penghinaan pertama terhadap Rasulullah saw, Islam dan keyakinannya. Sebelumnya, sejumlah surat kabar Denmark, dan puluhan surat kabar Eropa, selama bertahun-tahun di bawah konspirasi dengan pemerintahan yang begitu telanjang, dan dukungan dari para pemimpin politik, yang mencerminkan kehendak Barat yang jelas untuk mendiskreditkan Islam dan peradabannya, serta upaya sistematis dalam memperlakukan Islam dan keyakinannya.
Upaya sistematisnya itu justru menelanjangi peradaban Barat dan kebohongan dari kebebasan yang selalu dinyanyikannya. Sebab kebebasan itu tidak memiliki ruang untuk berbicara jika masalahnya terkait dengan kaum Muslim. Seolah-olah kaum Muslim adalah jenis yang tidak punya tempat dalam peradaban mereka, dalam Nazisme jenis baru. Mereka begitu mensucikan kebebasan, namun itu tidak berlaku jika berkaitan dengan hak-hak kaum Muslim. Bagi mereka segala sesuatu ada batasannya, namun itu tidak ada jika sesuatu itu adalah serangan terhadap Islam dan keyakinannya.”
Shaleh menjelaskan bahwa semua penganut agama dan keyakinan bebas memakai apa yang menjadi keyakinannya, namun tidak dengan kaum Muslim, dimana para wanita Muslim dilarang berhijab, dan hukuman pun telah menanti di depannya jika melakukannya. Siapa pun yang menyinggung Yahudi—sekecil apapun—maka itu bentuk anti-Semit, dan harus dijatuhi hukuman berat. Dan siapa saja yang berani mempertanyakan kebenaran peristiwa Holocaust, maka buruk akibatnya. Adapun menghina Islam dan Nabi Muhammad saw, maka tidak mengapa karena itu bagian dari kebebasan, bahkan pelakunya sangat dihormati di kalangan politisi Barat.
Sementara itu Dr Maher al-Ja’bari dalam orasinya menyoroti logika kekuasaan dan tantangan, inilah seruan kebenaran yang dipahami Perancis, terutama setelah ia kembali menentang dua miliar umat, surat kabar tak bermoral itu kembali mempublikasikan penghinaan melalui jutaan pemusuhan.
Jika Perancis belum mendengar deru tentara kaum Muslim, maka Perancis tidak akan pernah menghalangi orang-orang bodohnya. Sebab sejarah membuktikan bahwa logika ketakutan inilah yang dipahami oleh kaum Salibis Barat, bukan logika moralitas dan prinsip-prinsip. Hal ini sama seperti larangan Khalifah Utsmani terhadap pementasan drama yang menghina Nabi saw, di Perancis dan Inggris, dengan ancaman kekerasan dan jihad.
Jadi, kekuatan imperialis menjamin tidak ada hukuman meski penghinaan terus dilakukan. Untuk itu, kami memulai kampanye global melalui umat dalam sebuah revolusi guna melawan kezaliman kapitalisme, dan kelancangan demokrasi.
Hendaknya Barat mendengarkan suara umat dalam membela Nabinya. Hendaknya Perancis memperhatikan seruan saudara-saudara kami pada tentara Pakistan, “Proklamirkan jihad untuk membalas penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw” dalam teriakan keras yang membangkitkan tentara kaum Muslim; membuat takut hati para agresor; dan mengancam orang-orang munafik.
Al-Ja’bari menambahkan: “Di depan tantangan akidah ini, kami katakan: Umat yang dipimpin Muhammad tidak akan pernah berlutut … Negara yang mengemban risalah Muhammad saw tidak akan pernah dikalahkan.
Muhammad saw adalah pemimpin kami selamanya … bukan para raja dan presiden yang menindas kaum Muslim, dan kemudian membual dengan membela kebebasan Barat … bahkan kebebasan menghina Nabi kita … mereka berdiri di pihak orang-orang munafik, bukan di pihak kaum Muslim.
Muhammad saw adalah pemimpin kami selamanya …bukan para oportunis yang pura-pura menangis atas darah dan bagian tubuh yang tebarkan oleh Netanyahu manusia keji atas hidangan buka puasa beberapa bulan yang lalu, dan kemudian mereka pergi ke Paris yang dengan sombongnya mereka berjalan di jalan-jalan, sambil bergandengan tangan dengan serigala yang giginya masih membawa sisa-sisa anak-anak Gaza.
Dr Maher al-Ja’bari menjelaskan bahwa konflik antara Islam dan Barat adalah konflik peradaban, antara peradaban demokrasi yang tengah sempoyongan dengan peradaban Islam yang sedang berdiri kokoh.
Peradaban yang penyanggahnya tidak akan kuat kecuali dengan negara Khilafah, yang membedakan antara hak berbicara yang sah dan kebebasan berekspresi ala Barat; membedakan antara kritikan politik dan sinisme terhadap keyakinan; serta membedakan antara apa yang membutuhkan sikap militer dan apa yang cukup dengan penjelasan pemikiran.
Al-Ja’bari dan Shaleh menegaskan bahwa Khilafah yang akan melindungi umat, dan yang akan menjaga akidahnya.
Khilafah akan mengembalikan tentara pada sejarahnya, umat pada semangatnya, dan peradaban pada kilauannya. Untuk itu, mari bersama-sama kami dalam dakwah dan kampanye ini.
Ir Shaleh dan al-Ja’bari berdoa kepada Allah, semoga Allah menolong kaum Muslim untuk mengalahkan Amerika dan Perancis; serta mempercepat tegaknya Khilafah yang akan menjalankan semua hukum agama, menolong kaum Muslim, serta membalas terhadap para penghina Islam dan Nabi, juga yang akan membebaskan Palestina dari pendudukan Yahudi (pal-tahrir.info, 24/1/2015).