WILMINGTON, SELASA — Seorang pria membunuh istri dan lima anaknya sebelum menembak kepalanya sendiri. Aksi itu diduga akibat si pria tidak sanggup menahan beban ekonomi yang teramat berat.
Pembunuhan keluarga itu terjadi di sebuah rumah di Wilmington, kawasan pinggiran Los Angeles, California, Selasa (27/1). Pria yang teridentifikasi sebagai Irvine Lupo itu diduga lebih dulu menembak istri lalu secara bergiliran kelima anaknya. Terakhir, Lupo melesakkan peluru ke kepalanya.
Sebelum membunuh, Lupo lebih dulu menelepon KABC-TV, sebuah televisi lokal dan mengirimkan faksimile tentang masalah yang menimpa keluarganya. Dalam faksimile itu, Lupo mengaku, ia dan istrinya baru saja dipecat dari pekerjaan teknisi kesehatan. Disebutkan juga, perempuan itu menyarankan agar membunuh anak-anak mereka lalu bunuh diri.
“Mengapa harus meninggalkan anak-anak dengan orang asing? Kami menganggur dan anak-anak di bawah delapan tahun tidak punya tempat tinggal. Jadi inilah kami. Oh Tuhanku, tidak adakah harapan bagi anak janda?” demikian tulis Lupo dalam faksimile itu.
Tahu gelagat tidak beres itu, KABC-TV langsung mengontak polisi. Namun terlambat, polisi yang tiba di rumah itu pukul 08.30 waktu setempat menemukan tujuh orang itu sudah menjadi mayat yang masih hangat. Bau bubuk mesiu masih tercium oleh polisi.
Selain pasangan suami istri itu, polisi menemukan dua bocah laki-laki kembar berusia 2 tahun, gadis 5 tahun kembar, dan seorang gadis 8 tahun.
Dalam jumpa pers, Wali Kota Los Angeles Antonio Villaraigosa mengaku sulit memahami mengapa orang berbuat hal sekeji itu. “Tak satu pun orang yang saya kenal bisa memahami apa yang mendorong orang mengambil langkah yang demikian mematikan,” katanya.
Villaraigosa mengatakan, menurut laporan, Lupo baru saja dipecat. Namun, ia membiarkan keputusasaan itu berlarut-larut. “Sayangnya, ini menjadi cerita yang terlalu biasa dalam beberapa bulan terakhir. Namun, ini seharusnya tidak mendorong orang berbuat yang sama. Kami siapkan bantuan. Sumber daya ada,” kata Villaraigosa.
Sebulan lalu, tepatnya pada malam Natal, seorang pria berpakaian Sinterklas menyerbu rumah mantan mertuanya. Ia lalu menembak pasangan suami istri itu dan seorang perempuan yang pernah menjadi istrinya.
Dua bulan sebelumnya, seorang pria menembak istrinya, tiga anak-anak, dan mertua perempuannya sebelum ia menembak diri sendiri. Kejadian ini diduga dipicu masalah keuangan. (Kompas, 28/01/09)
inilah segelintir orang yang stres dan putus asa diamrik, padahal masih banyak lagi disana, ratusan ribu tentaara amrik yang pulang dari Irak dan Afganistan yang setres bahkan jadi gila, belum lagi yang cacat pisiknya, terus jadi pengangguran akhirnya banyak yang jadi perampok dan pembunuh. sebenarnya negara amrik ini penduduknya banyak yang mengalami tekanan jiwa dan penyakit hati, yah inilah balasan dari Alloh untuk si amrik.
masha Allah….
SUDAH JELAS TERBUKTI KEBUSUKAN DARI SISTEM KAPITALISME….
APAKAH MASIH INGIN DIPERTAHANKAN LAGI….????
HANYA ISLAM DENGAN KHILAFNYA YANG DAPAT MENGATASI PERMASALAHAN UMAT….!!!
How long will we keep closing our eyes ??
How long will we keep closing our ears?
Syariah is absolutely needed by all people around the world
Building khilafah is the only way to save the world with khilafah !
The work for khilafah is the highest work !
Allahu Akbar !!!
Ini pertanda sistem ekonomi kapitalis mengakibatkan kesengsaraan bagi umat manusia, tetapi kenapa tetap dipertahankan.Mari kita sosialisasikan sistem ekonomi Islam yang akan menyelamatkan semua umat di dunia ini.
Kebobrokan kapitalisme jelas sekali terlihat. Dari kejadian ini nampak bahwa kapitalisme melahirkan orang-orang yang lemah iman dan mudah putus asa.
Satu lagi korban Kapitalisme!
Setelah Ibu Lia Aminudin dan berbagai orang di berbagai negeri umat muslimin.
Ada yang mau nambah lagi?
BOIKOT PEMILU 2009!
INDONESIA GOES KHILAFAH 2010!
Inilah sebab sistem hidup Kapitalisme-Sekularisme dengan derivatnya Demokrasi… gini hari masih ada aja yang percaya sistem rusak tersebut… yang terbaru fatwa golput… CAPEK DUECH !!!
Mohon artikel ini dimuat di tabloid media umat atau Al Wa’ie