Sambutan hangat Raja Arab Saudi yang baru, Salman, terhadap kedatangan Presiden Amerika Obama, menurut anggota Kantor Berita (Maktab I’lamiy) DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Farid Wadjdi, merupakan bukti Saudi tetap di bawah kontrol Amerika.
“Tidak ada perubahan yang berarti dari kebijakan Saudi ke depan pasca meninggalnya Raja Abdullah, Salman tetap akan menjalankan kebijakan raja sebelumnya,” prediksi Farid kepada mediaumat.com, Rabu (28/1) melalui surat elektronik.
Saudi, yang menurut Farid akan tetap menjadi negara monarki yang berkiblat ke Amerika Serikat tersebut akan tetap menjamin tiga kepentingan utama Amerika Serikat di Timur Tengah. “Suplai minyak murah; menjaga eksistensi entitas Yahudi di Palestina; dan mencegah munculnya negara Khilafah yang benar-benar menerapkan syariah Islam,” ujarnya.
Namun demikian, Farid optimis, rezim Saudi dan penguasa Timur Tengah lainnya akan menghadapi gelombang baru perlawanan umat Islam, setelah secara nyata mereka melihat penguasa mereka merupakan penguasa boneka Barat dan bertindak represif. “Akan datang revolusi berikutnya di Timur Tengah dengan tiga pilar yang jelas!” tegasnya.
Ketiga pilar yang dimaksud Farid adalah meruntuhkan sistem yang ada saat ini dengan seluruh simbol dan pilar-pilarnya; menolak intervensi asing (negara-negara kafir) beserta seluruh agen-agennya; dan menegakkan Daulah Khilafah a’la minhajin Nubuwah.
Sebelumnya, televisi pemerintah Saudi menayangkan Salman menyambut hangat Obama dan istrinya, Michelle di karpet merah yang digelar di bandara Internasional King Khalid, Riyadh, pada 27 Januari, sementara grup musik militer memainkan lagu kebangsaan kedua negara.(meidaumat.com, 28/1/2015)