“Para penguasa Arab adalah penghianat. Mereka bekerja sama dengan Inggeris sehingga Khilafah Islam runtuh. Kemudian berdirilah Israel” ujar Pengamat Timur Tengah Universitas Indonesia Ahmad Ramzy Tadjoedin dalam Seminar Nasional Palestina pada Selasa (27/1) di UIN Jakarta.
Ahmad menyayangkan penghianatan tersebut terus saja dipelihara anak cucu mereka sampai saat ini yang tampak sekali keberpihakannya kepada Zionis Israel dan Amerika sehingga masalah Palestina semakin berlarut-larut.
Senada dengan Ahmad, pembicara lainnya Ketua DPP HTI Farid Wadjdi menyatakan bahwa kaum Muslim memang harus memilih karena masalah Palestina adalah masalah ideologis, bukan masalah objektif atau tidak objektif. Ini adalah masalah keberfihakan, tergantung sudut pandang. “Anda ada di pihak mana, Islam atau pro Israel? ” tanyanya.
Jadi melalui kacamata siapa kaum Muslim harus melihat. Apakah dari kacamata Israel yang selalu membantai umat Islam, PBB yang selalu melegalkan keberadaan Irael atau kacamata Islam yang selalu merujuk pada Alqur’an dan Sunah? Karena dalam kondisi seperti ini kaum Muslim harus memilih. “Saya yakin, kita sebagai mukmin, sudut pandang kita adalah Islam” tandasnya.
Farid menyebutkan bahwa dalam pandangan Islam, pertama, Palestina adalah persoalan kaum Muslim karena Palestina adalah tanah milik umat Islam (kharajiyah). Kedua, persoalan pokok Palestina adalah penjajahan Zionis Israel yang merampas tanah kaum Muslim di sana. Ketiga, perjuangan untuk mengusir Israel dari tanah Palestina tidak mungkin diraih dengan perundingan perdamaian. Sebab perundingan tersebut mensyaratkan pengakuan eksistensi negara Zionis Israel. “Pengakuan itu berarti penghianatan terhadap amanah dari Allah SWT, karena tanah kharajiyah harus tetap menjadi milik kaum Muslim sampai kiamat. Jadi solusi untuk Israel adalah Jihad!” tandasnya penuh semangat.
Senada dengan Farid, dalam seminar yang bertajuk Mungkinkah Masalah Palestina Berakhir melalui Perundingan Perdamaian itu Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta AM Hidayatullah menyatakan bahwa masalahnya bukan Islam yang tidak mau damai tapi kalau diserang ya harus dilawan. Terkait dengan kharajiayah, Ahmad pun menyatakan bahwa Palestina menjadi bagian dari kekhilafahan Islam sejak Khalifah Umar bin Khaththab berkuasa.
Peneliti dari Insist Asep Sobari, juga sebagai pembicara, menegaskan bahwa jatuhnya pilihan Palestina sebagai ‘tanah air’ ras Yahudi dengan membunuh dan mengusir kaum Muslim di sana itu dalam rangka memfungsikan Yahudi sebagai alat imperialisme Eropa dan AS di Timur Tengah disamping mensukseskan program kolonialisasi Zionis.
Dalam seminar yang diselenggarakan oleh BEMJ Tarjamah dan HTI Chapter UIN Jakarta tersebut di putar pula film pembantain kaum Muslim oleh Zionisme Yahudi yang berkolaborasi dengan Inggeris, Amerika dan PBB. Acara itu dihadiri oleh seratus peserta yang mayoritas adalah mahasiswa kampus setempat. Semua pembicara sepakat bahwa para penghianat tidak boleh lagi berdiri sebagai pemimpin kaum Muslim. Namun itu semua kembali kepada kaum Muslim maukah berjuang menjatuhkan para penghianat dan menggantinya dengan pemimpin yang ideologis?
Farid pun mengingatkan bahwa para pemimpin penghianat itu akan selalu muncul silih berganti selama sistem yang diterapkan adalah sistem sekuler yang memang bertentangan dengan Islam. Sehingga mengganti pemimpin saja tidak cukup, tetapi harus juga mengganti sistem. “Tentu saja ke sistem Khilafah Rasyidah ala minhajinnubuwwah seperti yang telah diamanahkan Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad” pungkas Farid. (Mediaumat.com, 28/01/09)
Ya iyalah para pemimpin arab pada khianat semua, pengecut kaga berani lawan yahudi, lah malah mesraan sama si kafir amrik dan yahudi si monyet babi,kalau dilihat sejarahnya, kekuasaan yang mereka raih, dengan cara B U G H O T terhadap KEKHALIFAHN TURKI UTSMANI,akibat . ulah mereka inilah salah satu sebab Kekhalifan berhasil ditumbangkan oleh musuh2 Islam. Mereka harus bertanggung jawab, karena mereka mengkhianati dan bughot terhadap pemerintahan yang sah KEkhalifahan Turki Utsmani.