Di hadapan para peserta kongres, Ketua Lajnah Fa’aliyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dalam berpolitik.
“Jadi, ada dua hal penting: berpihak kepada umat dan menerapkan syariat Islam!” tegasnya saat menyampaikan pandangan politiknya dalam Sidang Komisi bidang Penguatan Peran Politik, Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-6 Selasa, (10/2) di Yogyakarta.
Agar umat Islam tak lagi sekedar dimanfaatkan para politisi busuk karena tidak memiliki sikap tegas dan jelas, maka kaum Muslimin harus berupaya mewujudkan kembali definisi politik yang syar’iy. “Yaitu ri’ayatu syuunil ummah bil ahkami asysyar’iyyah al-islamiyyah, mengurusi urusan umat dengan hukum syariat Islam,” ajaknya.
Ia juga menyatakan prinsip dalam meningkatkan peran politik adalah memelihara persatuan umat. Artinya, setiap orang dan kelompok Islam dengan ide yang berbeda, termasuk siapapun yang berjuang menegakkan syariah dan khilafah, adalah saudara. Bahwa sekarang belum sepakat, bukanlah persoalan.
“Jangan sampai bergandeng tangan dengan orang kafir, tapi keras dan memusuhi sesama Muslim,” lontarnya.
Rahmat juga menyatakan para ulama dan para pimpinan ormas Islam harus menyatakan kebenaran dengan lantang. Ia lalu mengutip pernyataan ulama besar di masa lalu. “Suu al-hukumah bi sui al-‘ulama, buruknya penguasa karena buruknya ulama,” ujarnya mengutip pernyataan Imam Al Ghazali.
Lalu, ia pun mengutip pernyataan Imam Adh Dhahak. “As-sakitu ‘an al-haqq syaithan akhras, diam dari menyatakan kebenaran adalah setan yang bisu. Al-mutakallimu bi al-bathil syaithan an-nathiq, berbicara tentang kebatilan adalah setan yang bisa berbicara,” pungkasnya.[]Joy