PARIS – Lebih dari satu juta buruh di Prancis turun ke jalan di hari mogok kerja nasional “Black Thursday (Kamis Kelam)”, kemarin. Dalam peringatan itu, mereka memprotes langkah Presiden Prancis Nicolas Sarkozy dalam mengatasi krisis ekonomi.
Mogok kerja massal itu tidak hanya melumpuhkan jaringan transportasi Paris, tapi juga memecahkan rekor terbesar karena diikuti 23 persen dari lima juta pekerja publik di Prancis.
Banyak buruh di Prancis khawatir akan kehilangan pekerjaan mereka dalam krisis ekonomi saat ini. Mereka menuduh krisis ini diakibatkan ulah para bankir dan bursa saham. Para buruh menuntut perlindungan dari pemecatan, peningkatan gaji, dan penghentian pengurangan tenaga kerja di sektor publik.
Sarkozy yang berkuasa pada Mei 2007 berjanji meningkatkan standar kehidupan dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, Prancis kini menghadapi resesi dan ekonomi kian memburuk pada 2009, krisis pertama sejak 1993. Banyaknya guru yang ikut mogok kerja mengakibatkan ratusan sekolah harus ditutup. Orangtua siswa terpaksa tetap tinggal di rumah untuk menjaga anak-anak mereka.
Sementara itu, ribuan para pekerja publik dan swasta juga ikut mogok kerja karena menghindari telantar di jalanan akibat berhentinya operasi jaringan transportasi. Dukungan publik untuk aksi mogok kerja massal tetap tinggi. “Lebih dari 200 pawai jalanan terjadi di penjuru Prancis. Sebanyak 40 persen karyawan perusahaan kereta Prancis (SNCF) turun ke jalan,” ujar sejumlah serikat buruh kemarin.
Pemerintah Prancis menyatakan, lebih dari sepertiga guru; seperempat pegawai pos, telekomunikasi, dan perusahaan listrik negara; serta 15 persen pegawai pengontrol lalu lintas udara ikut mogok kerja.
Sejumlah stasiun radio dan Chateau de Versailles, lokasi wisata terbesar di Prancis, tutup kemarin. Sepertiga penerbangan keluar dari bandara terbesar kedua di Paris, Orly, telah dibatalkan. Namun, sejumlah penerbangan di bandara terbesar Charles de Gaulle hanya ditunda sekitar setengah jam akibat mogok kerja tersebut.
“Di dalam kota Paris, tiga per empat kereta Metro yang beroperasi di jaringan bawah tanah, bersama 85 persen bus dan seluruh kereta tram serta layanan kereta bandara, masih melayani penumpang,” papar pengelola jaringan tersebut. Sejumlah warga dan pekerja memilih mengendarai sepeda atau papan seluncur untuk menghindari pemogokan transportasi.
“Jumlah penyewa sepeda Velib meningkat 150 persen akibat mogok kerja ini,”ujar pengelola Velib. Jaringan kereta RER yang biasanya membawa para pekerja masuk ke Paris, menghentikan secara penuh satu cabang jaringannya karena para pekerjanya mogok. Akibatnya, satu kereta harus melayani jaringan yang berhenti beroperasi itu.
Layanan kereta Eurostar ke London, kereta Thalys ke Belgia dan Belanda, kereta Alleo ke Jerman, diperkirakan tidak akan terpengaruh akibat mogok massal itu. (okezone.com, 30/01/09)
Akankah Genoa 2001 terulang kembali? Kelas borjuis yang tidak habis – habisnya menindas itu sekarang masih saja mengingkari kalau “dagangan abad 20” mereka yaitu neoliberalisme telah menuju akhir takdir kehidupannya. Tiada jalan lain…..ayo, kaum tertindas bangun dan rebut hak – hakmu !
Ini adalah bala dan musibah bagi kalian wahai warga perancis, karenya tinggalkan sistim hidup kalian yang kapitalisme dan leberalisme, masuklah kalian kedalam Islam, maka kalian akan sejahtera dan bahagia dunia akhirat
makan tuh kapitalisme…
saatnya islam dan khilafah memimpin dunia
sebenernya negara prancis sendiri sudah concern sekali tentang islam..data membuktikan kalau prancis adalah komunitas terbesar umat Islam di Eropa…selain masalah kapitalisme, ditambah lagi memang keadaan ekonomi dunia yang sedang tidak kondusif…