NATO secara resmi mengakhiri operasi tempurnya di Afganistan bulan lalu. NATO lalu mengalihkan tanggung jawab keamanan penuh kepada pemerintah Afganistan.
Namun, saat pasukan tempur internasional itu ditarik, Turki, yang merupakan anggota NATO, mengirim lebih banyak pasukan. Sekitar 13.000 tentara asing akan tetap berada di Afganistan untuk melanjutkan melatih Pasukan Keamanan Nasional Afganistan di bawah misi non-agresif yang baru selama dua tahun yang bernama sandi ‘Resolute Support’.
Turki, yang merupakan anggota NATO, akan meningkatkan jumlah pasukan mereka dari 700 personil menjadi lebih dari 1000 personil. Dengan demikian, Turki menjadi satu-satunya negara yang melakukan itu. Profesor Emre Hatipoglu mengatakan, Turki, yang menolak ikut serta dalam misi tempur di sesama negara Muslim, sekarang bisa bertindak lebih mandiri. Pada tahun 2011 Turki mendirikan Istanbul Process (Proses Istanbul) antara negara-negara Asia Tengah untuk bekerja menuju dan mempromosikan Afganistan yang damai dan stabil. Bulan Oktober lalu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengunjungi Presiden Afganistan yang baru terpilih Ashraf Ghani di Kabul. Tujuannya adalah untuk memperkuat komitmen negaranya demi perdamaian antara Afganistan dan tetangganya Pakistan, yang dituduh menyembunyikan Taliban Afganistan.
Turki, bersama dengan Cina, juga telah dikutip menjadi mediator potensial untuk melakukan negosiasi antara Kabul dan para gerilyawan Taliban. Namun, sebagai sekutu Barat, motif Turki itu menimbulkan banyak pertanyaan. Suatu hal yang Turki perlu perhatikan adalah meningkatnya serangan pemberontakan di seluruh negeri. Turki menyediakan hampir $100 juta dalam bentuk bantuan ke Afganistan setiap tahun. Turki pun mengumumkan telah menghabiskan lebih dari $50 juta untuk mengelola Bandara Internasional Kabul selama dua tahun ke depan. Turki juga berencana untuk mendukung proyek-proyek infrastruktur lainnya di Afganistan.
Saat Turki meningkatkan upayanya, ribuan orang terus melarikan diri akibat kekerasan yang meningkat di dan sekitar Kabul dan titik-titik panas lainnya di negeri itu. Komisi Tinggi PBB Untuk Pengungsi memperkirakan bahwa lebih dari 10.000 orang Afganistan akan pindah ke Turki pada tahun 2015. Mereka menjadikan ibukota Ankara lebih banyak alasan untuk mencoba mencari peruntungan dan berusaha menemukan solusi. [Sumber: CCTV America]
Komentar :
Dari Timur hingga Barat, tidak mengejutkan jika melihat Turki terlibat dalam konflik untuk menjaga hegemoni Amerika agar tetap utuh. Di Suriah, Turki terus bekerja sama dengan Amerika untuk memastikan agar rezim Assad tetap utuh. Demikian juga, dalam perannya di Afghanistan Turki menjaga pemerintah Ghani yang pro-Amerika agar tidak jatuh