We will lead…” Kalimat yang berulang ini bisa kita temukan dalam dokumen The 2015 National Security Strategy (Strategi Keamanan Nasional 2015) Amerika Serikat yang di-publish Gedung Putih pada Februari 2015 kemarin.
Kalimat “Kami akan memimpin…” ini menunjukkan bagaimana Amerika mendudukkan negaranya sebagai pemimpin dunia. Ini artinya, Amerika akan berusaha mempertahanakan kepimpinannya di dunia dengan berbagai cara dan tidak akan membiarkan siapapun menggeser kedudukannya. Bahkan Obama dalam pengantarnya memberikan titik tekan pentingnya “Amerika memimpin…” ini sebagai kunci sukses strategi keamanan Amerika. Menurut dia, setiap strategi yang berhasil untuk menjamin keamanan rakyat Amerika dan memajukan kepentingan keamanan nasional Amerika harus dimulai dengan kebenaran yang tak terbantahkan (undeniable truth): Amerika harus memimpin (America must lead).
Dokumen ini penting untuk dipahami karena merupakan visi dan strategi keamanan nasional Amerika yang memberikan gambaran bagaimana Amerika akan memimpin (baca: mendominasi dunia) pada dua tahun yang akan datang. Tidak ada hal baru dalam dokumen ini. Selain memposisikan dirinya sebagai pemimpin dunia, Amerika tetap kukuh meletakkan dasar dari visi dan strategi keamanannya, yakni ideologi Kapitalisme dengan pilar-pilar pentingnya seperti demokrasi, HAM, pluralisme, liberalisme ekonomi.
Ideologi Kapitalisme inilah yang menjadi dasar dari setiap kebijakan politik luar negeri AS. Setiap kebijakan politik luar negeri AS pastilah bertujuan untuk kepentingan nasionalnya. Ditegaskan dalam dokumen ini, “Kami akan memimpin dengan tujuan, yang dipandu oleh kepentingan nasional yang abadi, nilai-nilai dan komitmen…”
Tidak aneh jika strategi keamanan AS selalu dalam kerangka mempertahankan dan mengokohkan ideologi Kapitalisme di dunia. Itu artinya, AS akan tetap menjadikan demokrasi sebagai panduan politik di negaranya dan akan terus dijaga pelaksanannya di negara-negara lain. Karena itu perubahan apapun yang terjadi di dunia, termasuk di Timur Tengah, tetap dalam kerangka mengokohkan sistem demokrasi.
Terbaca jelas dalam dokumen ini bahwa fokus Amerika adalah mengarahkan transisi di sub Sahara Afrika, Tunisia dan Birma menuju sistem demokrasi. Karena itu Amerika akan terus mempromosikan dan membela demokrasi, hak-hak asasi manusia dan kesetaraan. Secara khusus, dokumen ini juga menunjukkan pembelaan Amerika terhadap isu legalisasi lesbian, gay, bisexual, and transgender (LGBT) yang banyak ditolak di Dunia Islam.
Untuk menjaga kepemimpinan ekonominya Amerika tetap mempertahankan ekonomi liberal sebagai pilar utama sistem ekonomi kapitalisme- tetap diadopsi di dunia. Hal ini tentu untuk kepentingan nasional Amerika. Negara ini akan tetap memperkuat keamanan energi Amerika dengan menjamin akses global untuk energi yang dapat diandalkan. Dokumen ini juga menegaskan Amerika akan membuka pasar dunia yang seluas-luasnya bagi barang-barang, jasa, dan investasi Amerika; memajukan agenda perdagangan global seperti Trans Pacifik Partnership, perdagangan Trans-atlantik, dan kemitraan investasi. Semua itu bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja yang luas untuk rakyat Amerika.
Berkaitan dengan kebijakan tatanan global Amerika Serikat, beberapa isu yang menjadi perhatian adalah penguatan aliansi dengan Eropa terkaitan krisis Ukraina, rebalancing ke Asia dan Pasifik, stabilitas dan perdamaian di Timur Tengah, investasi (keamanan) di Afrika dan kerjasama ekonomi dan keamanan dengan negara-negara Amerika.
Presiden AS Barack Obama mengatakan, Amerika harus dapat menahan diri untuk tidak terlibat terlalu jauh dalam krisis global. Obama mengatakan, AS jangan hanya mengandalkan kekuatan militer, dan AS “lebih kuat ketika memobilisasi aksi kolektif.” Dalam perang melawan terorisme, katanya, AS telah bergeser jauh dari peperangan skala besar di daratan menjadi menarget operasi-operasi kontra-terorisme dan aksi bersama dengan mitra-mitra global. Dia mengatakan, ancaman serangan teroris “yang besar” terhadap AS telah “berkurang namun masih ada”.
Berkaitan dengan ancaman ISIS dan Al-Qaeda dokumen ini menekankan pentingnya bekerjasama dengan mitra lokal AS. Karena itu Amerika akan memperkuat kemampuan Israel, Yordania dan mitra Teluk-nya untuk mencegah agresi ISIS, namun tetap dalam kerangka komitmen yang kuat untuk mempertahankan Israel dengan penguatan persenjataan yang terkontrol.
Amerika berkepentingan terhadap Konflik Yaman dengan alasan memerangi ancaman aktif al-Qaeda. Di Tunisia, negara Paman Sam ini melakukan strategi demokratisasi dan memperkuat ekonomi negara itu. Berkerjasama dengan PBB, mitra Arab dan Eropa, AS membangun koalisi dengan alasan menstabilkan Libya dari ancaman milisi dan ekstremis. AS juga tetap mempertahankan kerjasama strategis dengan Mesir, juga dengan alasan menjaga keamanan bersama dari ancaman teroris.
Melihat strategi keamanan AS ini jelaslah, negara ini akan berusaha mempertahankan ideologi Kapitalisme untuk dipaksakan diterapkan di dunia, termasuk di Dunia Islam. Karena itu AS tentu akan menggunakan berbagai cara untuk mencegah kembalinya Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwah. Negara ini akan selalu mengintervensi perubahan di Dunia Islam dan mencegahnya mengarah pada pembentukan Khilafah.
Penjajahan akan tetap menjadi thariqah (metode) politik luar negeri Amerika dalam berbagai bentuk baik ekonomi, politik, militer, sosial ataupun budaya. Semua itu bisa berjalan mulus ketika negeri-negeri Islam mengadopsi sistem kapitalisme Amerika dan pilar-pilar pentingnya seperti demokrasi, HAM, ekonomi liberal. Penjajahan itu akan selalu menempatkan kaum Muslim, negeri-negeri Islam yang kaya, yang memiliki pasar yang luas dan jumlah penduduk yang besar sebagai objek penjajahan.
Untuk itu Amerika akan tetap bekerjasama dengan para penguasa bonekanya untuk memuluskan dan menjaga penjajahan Amerika. Koalisi perang melawan terorisme dan anti – ISIS yang dibangun Amerika saat ini adalah bagian dari strategi penjajahan ini, khususnya di Timur Tengah.
Tidak ada cara lain bagi kaum Muslim untuk menghentikan penjajahan Amerika ini kecuali dengan cara menegakkan Khilafah Islam. Khilafah akan menerapkan seluruh syariah Islam, menyatukan Dunia Islam dan mengangkat pemimpin (khalifah) yang tidak akan tunduk pada penjajah Barat. Dengan cara ini semua celah-celah penjajahan akan tertutup. Inilah satu-satunya cara menghentikan neo-liberalisme dan neo-imperialisme Amerika Serikat. [Farid Wadjdi]