Amir Hizbut Tahrir Syeikh Atha bin Khalil Abu al-Rashtah menegaskan mendirikan khilafah yang sesuai dengan contoh Rasulullah SAW bukan dengan tekanan dan menggunakan kekuatan.
“Khilafah membutuhkan baiat melalui kesepakatan dan kehendak bebas dan bukan melalui tekanan dan penggunaan kekuatan. Orang-orang bergerak menuju ke arahnya untuk mendapatkan keamanan dan bukan mengalami ketakutan dan kecemasan,” tegasnya yang disampaikan melalui utusan khusus dalam Konferensi Khilafah: Model Sistem Presidensial Demokratis atau Khilafah Rasyidah? Selasa (3/3) di Istanbul (Üsküdar), Turki.
Syeikh Atha juga menegaskan khilafah yang benar bukan khilafah yang tidak menentu. “Ini adalah sistem yang dinyatakan oleh Rasulullah SAW dan diikuti oleh para Khulafa’u Rasyidin!” tegasnya.
Berdasarkan sistem yang dinyatakan Rasul dan diikuti Khulafau Rasyidin, khilafah bukan merupakan kekaisaran atau kerajaan, dan bukan sistem parlemen atau presiden menurut rezim republik. Khilafah bukanlah sistem demokrasi atau diktator yang undang-undangnya dibuat oleh manusia bukan oleh Allah, juga bukan sistem lain yang dibuat manusia.
“Khilafah adalah satu sistem yang melindungi darah, kehormatan dan harta benda dan siapa saja yang setia pada tanggung jawabnya,” pungkasnya.
Konferensi ini dihadiri oleh para tamu dari dalam maupun luar negeri dan mendapat partisipasi yang luas. Ratusan peserta yang datang belakangan tidak bisa masuk ke ruang konferensi karena ruangan sudah terisi penuh, sehingga harus menonton konferensi dari area foyer.
Setelah dengan hening mendengarkan nasihat Amir Hizbut Tahrir beberapa tokoh Islam menyampaikan pidato pembukaan yang menyebut pentingnya pendirian kembali Khilafah. Di antaranya adalah Ketua İLKAV Mehmet Pamak; Ketua Mazlum-Der Cüneyt Sarıyaşar; Ketua İmkân-Der Murat Özer; Ketua Kalem Der Ahmet Kalkan dan Anggota Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir Uzbekistan Islam Ebu Halil.
Pada konferensi yang menarik perhatian media ini, para pembicara Insinyur Mahmut Kar dari Turki, Sharif Zayed dari Mesir, Muhammad Hanefi Yağmur dan Ahmed al-Qashash dari Libanon masing-masing menyampaikan paparan mereka.
Dr Iyad Qunaybi dari Yordania harus memberikan ceramahnya melalui teleconference karena dicekal ke luar negeri. Bagian terakhir dari konferensi, yang ditutup oleh pembacaan doa yang disampaikan oleh Abdullal İmamoğlu, menciptakan suasana emosional.
Acara pun dimeriahkan dengan slogan: “Di Tempatnya pernah Jatuh, Bendera akan Muncul” dan “Memalingkan Wajah Kita ke Topkai, sambil Menghitung Hari hingga Diumumkannya Khilafah Rasyidah.”[]Riza Aulia/Joy