HTI Press, Luwu Timur. Ahad (15/3) pagi, HTI DPD II Luwu Timur menyelenggarakan acara Halaqah Islam dan Peradaban (HIP) Edisi ke-5 dengan tema “Peran Tokoh Umat Menuju Penerapan Syariah Islam – sub tema Tokoh Umat Memperjuangkan Perubahan Besar Dunia Menuju Khilafah”. Acara HIP kali ini mengambil tempat di Meeting Room Hotel Grand Mulia, Sumasang, Sorowako, Luwu Timur dengan menampilkan 2 (dua) orang pembicara, yaitu KH.M Shiddiq Al Jawi (DPP HTI) dan Ardias Barah (Ketua FKUB Luwu Timur)
Peserta yang hadir sekitar lebih dari 60 orang peserta (melebihi target panitia yaitu 50 orang tokoh saja) terdiri dari tokoh berbagai kalangan se Luwu Timur. Diantaranya tampak hadir pimpinan Ponpes Mifthahul Jannah Malili KH.Dahlan, pimpinan Ponpes Darul Hijrah Timampu Bakri Ali, Abdullah da Costa (tokoh masyarakat Muslim Timor Leste di Luwu Timur), Ahmad (tokoh masyarakat Lasulawai), Syamsuddin (Ketua Pengurus YPRI Masjid Raya Al Ikhwan Sorowako), Thamrin (Direktur PPI Luwu Timur), Muhammad Abduh (Imam Masjid Al Hijrah Sumasang), Badarussaleh (mantan caleg PKS Luwu Timur), Rahmat Marwan (Imam Masjid Al-Ikhwan), H.Iskandar (Imam masjid di Malili), Jufri (Guru Agama Islam YPS), tokoh masyarakat dari Wotu, Malili, dan beberapa orang pengurus Persatuan Muballigh Luwu Timur (Persamil) wilayah Wasuponda.
Sekitar pukul 10.00 Wita acara dibuka oleh MC Bratanata Wibowo, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an secara hikmat oleh Muammar Iskandar. Setelahnya disampaikan sambutan selamat datang kepada para peserta dan penjelasan tentang tujuan, target dan harapan yang diinginkan dari kegiatan ini oleh Sahlan Suyuti (Pelaksana Humas DPD II HTI Luwu Timur). Beliau menjelaskan bahwa acara ini adalah agenda HIP seri ke-5 HTI DPD II Luwu Timur. Sebelumnya 4 edisi HIP telah dilaksanakan tahun-tahun sebelumnya di daerah Wotu, Malili, Wasuponda, Pontada dan kali ini acara digelar dengan secara khusus mengundang para ulama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, muballigh, asatidz, guru-guru agama Islam serta pengurus dan para imam masjid. Dari forum ini diharapkan terjadi penguatan opini mengenai pentingnya peran ulama dan tokoh sebagai simpul-simpul kekuatan umat dalam upaya menerapkan syariah Islam di tengah kehidupan masyarakat di bawah naungan daulah khilafah Islam.
Selanjutnya disampaikan materi pertama oleh Ardias Barah MM (Ketua FKUB Luwu Timur) dengan judul Peran dan Fungsi Tokoh Agama dalam Menerapkan Syariah Islam. Digaris bawahi oleh beliau bahwa dengan pengaruh, ilmu dan wawasan yang dimiliki oleh para tokoh, khususnya para ulama dan tokoh agama serta tokoh masyarakat maka akan bisa menjaga umat dari pembodohan, penyesatan dan kezaliman. Sebab ilmu dari para ulama, tokoh agama dan tokoh masyarakat ini akan menjadi lampu penerang dan petunjuk jalan bagi umat dalam menjalankan kehidupannya. Namun di sisi lain Ardias juga mengungkapkan pertanyaan yang harus dijawab oleh umat Islam itu sendiri, yakni apakah benar umat Islam telah benar-benar siap untuk melaksanakan syariah Islam di tengah kehidupan. Sebab menurut beliau, opini penerapan syariah Islam di Indonesia banyak terkendala dari ketidaksiapan dan ketidak setujuan dari kalangan umat Islam sendiri.
Tuntas materi pertama, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi kedua oleh KH.Shiddiq Al Jawi. Adapun tema yang diangkat oleh beliau adalah : Peran Tokoh Umat Dalam perubahan Masyarakat Menuju Khilafah. Menurut beliau, Islam adalah agama perubahan. Yaitu selalu menyerukan kepada umat Islam untuk berubah dari kondisi yang tidak baik (tidak Islami) menuju kondisi yang baik (Islami). Dalam hal ini hendaknya dipahami oleh para tokoh umat bagaimana metode Nabi Saw melakukan perubahan masyarakat jahiliyah menuju masyarakat Islami di Madinah. Pada kesempatan ini pula Ust Shiddiq menyampaikan tentang 3 (tiga) konsep dasar yang harus benar-benar dipahami oleh tokoh umat apabila benar-benar menginginkan perubahan masyarakat secara benar sesuai standard Islam. Pertama, memahami kondisi masyarakat yang rusak yang sedang terjadi saat ini, Kedua, memahami kondisi ideal masyarakat Islami yang dicita-citakan, ketiga memahami bagaimana cara untuk berpindah dari kondisi masyarakat rusak seperti saat ini menuju kondisi ideal masyarakat Islami yang dicita-citakan.
Kemudian, setelah usai pemaparan materi kedua, acara dilanjutkan dengan dialog dan diskusi dengan dipandu oleh Kustaji Abu Naufal (Ketua HTI DPD II Luwu Timur). Acara dialog ini langsung disambut antusias oleh para peserta, terbukti dengan semangat para tokoh untuk menanyakan beberapa hal terkait pandangan HTI tentang keberadaan KPPSI (Komite Persiapan Penegakan Syariah Islam) yang saat ini tidak begitu diketahui lagi fungsi dan peranannya, apa yang menyebabkan kegagalan revolusi di Mesir, krisis kepemimpinan dan krisis sistem, bagaimana HTI menyikapi banyaknya harakah lain yang sama-sama mengatakan ingin memperjuangkan Islam, bagaimana metodologi dakwah yang diadopsi oleh HT (HTI) dalam upaya penegakan khilafah dan apa langkah-langkah yang telah dilakukan oleh HT (HTI) untuk mencapai tujuannya. Kemudian ada juga yang bertanya, dengan keras dan kuatnya sistem kapitalisme sekuler demokrasi di tengah masyarakat saat ini, apakah boleh kita bersikap seperti bunglon, yaitu menyesuaikan diri dengan sistem dan menyembunyikan apa yang diinginkan dan sebagainya.
Semua pertanyaan mendapatkan jawaban yang memuaskan, mencerahkan dan semakin mengokohkan semangat para tokoh tentang pentingnya semua pihak bersinergi dalam perjuangan ini. Sebab perjuangan penegakan syariah dan khilafah bukan hanya kewajiban HT (HTI), akan tetapi merupakan kewajiban seluruh umat Islam, terlebih bagi para alim ulama, tokoh agama dan tokoh masyarakat yang merupakan simpul-simpul kekuatan umat. []Abu Miqdad/MI Lutim