Rezim Saudi Membungkam Mereka Yang Optimis

putra mahkota saudiPutra Mahkota mengumumkan pengajuan paket bantuan 4 miliar dolar untuk Mesir (Saudi Press Agency, 13/3/2015).

**** **** ****

Setelah pucuk kekuasaan pada rezim Saudi berubah, muncul ke permukaan beberapa suara optimis yang berpikir bahwa masalah sistem pemerintahan adalah masalah orang, atau intervensi seseorang, sehingga kematian atau pemecatan akan mengubah perspektif rezim yang berkuasa dan politiknya terhadap Islam dan kaum Muslim. Meski pada dasarnya seorang Mukmin tidak boleh jatuh ke lubang yang sama dua kali; dan meski sejumlah seruan dari orang-orang mukhlis di antara putra-putra negeri al-Haramain (dua tempat suci) dan kaum Muslim terus mendatangi telinga dengan menjelaskan bahwa mengubah wajah penguasa tidak akan mengubah sistemnya sedikit pun, kecuali sistem ini hanya mampu menakuti mereka yang memimpikan perubahan, dan menggambarkan pada mereka bahwa tidak akan pernah ada perubahan apapun yang akan terjadi.

Segera setelah penyerahan kekuasaannya, rezim Saudi menerima para pemimpian konspirasi global terhadap Islam dan kaum Muslim, dengan segala keramahan dan kemurahan hati, bahkan dalam setiap pertemuannya, rezim Saudi menegaskan bahwa dirinya akan meneruskan langkah-langkah pendahulunya.

Beberapa hari setelah perubahan rezim penguasa Saudi, New York Times menerbitkan sebuah laporan yang menyatakan bahwa Muhammad bin Nayef—penyanggah utama rezim penguasa baru—adalah “musuh terbesar dari Ikhwanul Muslimin”. Kita semua tahu bahwa penggunaan kata “Ikhwanul Muslimin” ditujukan untuk Islam politik dan kelompok-kelompok Islam.

Juga, beberapa hari setelah itu, tampil seorang wanita tanpa penutup kepala mewakili Arab Saudi di Dewan Keamanan untuk pertama kalinya. Sungguh, ini sebagai tamparan nyata bagi setiap yang berfikir bahwa wajah-wajah baru dalam rezim pemerintahan Saudi “berorientasi agama”!

Setelah beberapa hari kemudian rezim Saudi menggelar konferensi tahunan “kontra terorisme”, yang menegaskan kembali bahwa rezim ini menempuh langkah memerangi Islam dan kaum Muslim, dengan dalih “terorisme”. Jadi, seolah-olah masalah kita bukan dengan Amerika, Inggris atau mereka yang membunuh kaum Muslim di mana-mana, namun masalahnya adalah “para ekstremis Muslim”. Konferensi menekankan perlunya berkomitmen pada langkah Kerajaan untuk “dialog” dan “etika dalam perbedaan”! Sungguh hal ini sama persis seperti rezim sebelumnya.

Beberapa hari yang lalu Raja Salman menyampaikan pidato pada rakyat, namun tidak ada yang baru, namun ia menegaskan segala sesuatu yang dikatakan di masa lalu tentang perlunya berkomitmen pada perjanjian internasional, perlunya memerangi terorisme, dan tentu saja ia mengingatkan pada karunia keamanan dan keselamatan. Sehingga pidato ini tidak ada perubahan apapun atau yang mengarah pada perubahan.

Bahkan, pameran buku, meskipun itu hanya pameran buku, tidak lepas dari kontroversi! Selain penamaan konferensi “buku koeksistensi” sebagai penekanan yang jelas terkait pendekatan rezim dalam hal dialog antar agama, dan memerangi ekstremisme, yang ditegaskan dalam konferensinya, dan dalam sambutannya. Salah satu ceramah yang disampaikan pada konferensi itu seperti biasa menggunakan umpatan dan cacian pada mereka yang membela hukum-hukum Islam. Penceramah itu lupa dengan darah kaum Muslim yang mengalir di Irak, Suriah dan di mana-mana. Ia mencegah dan menangisi berhala dan bangunan arkeologi yang dihancurkan di Irak. Ketika di antara kaum Muslim ada yang menentangnya dan menjelaskan bahwa penghancuran berhala diperintahkan oleh syariah Islam seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw, maka media—seperti biasa pada era rezim sebelumnya—menyerang Muslim itu dan menuduhnya membela “para teroris”.

Karena kita mencermati media-media, kita harus mengatakan bahwa orang yang terus mengikuti media-media Saudi di era raja baru, tidak akan menemukan poros perubahan apapun dalam kepentingannya, sehingga sehari-harinya hanya mengangkat isu-isu kebebasan, wanita, lembaga-lembaga pemerintahan, beasiswa, terorisme dan politik Islam, sama persis seperti di era rezim sebelumnya tanpa perubahan sedikitpun.

Baru-baru ini tampak partisipasi Putra Mahkota (yang secara resmi ia adalah orang kedua dalam rezim pemerintahan Saudi setelah Raja) dalam konferensi untuk mendukung kudeta Mesir, dan bonekanya Amerika, Sisi. Meskipun sejumlah bocoran yang mengemuka baru-baru ini, dimana banyak orang meyakini akan terjadi ketegangan hubungan Mesir-Saudi; dan meskipun optimisme mereka yang optimis bahwa dengan lembaran baru ini akan membantu kelompok Islamis dan akan melawan penjahat Sisi, namun partisipasinya dalam konferensi ini semakin menegaskan kelanjutan dari sikap kerajaan yang mendukung rezim boneka Mesir, dan langkahnya yang mengabdi pada Amerika pelindung negara Yahudi.

Dalam hal ini mungkin Kerry tidak salah ketika ia mengatakan pada konferensi yang sama: “Kita semua berusaha demi masa depan Israel,” sekalipun setelah itu ia mengklaim bahwa itu adalah salah ucap. Meskipun konferensi yang sama itu digunakan untuk menegaskan komitmen Amerika terkait solusi dua negara antara entitas Yahudi dan Palestina, namun Putra Mahkota Saudi yang hadir dalam konferensi itu tidak ada rasa malu sedikit pun, bahkan Putra Mahkota itu tidak hanya mengumumkan dukungan finansial, namun juga menyatakan kepuasannya dengan langkah-langkah yang dilakukan oleh Sisi, sehingga ia meminta masyarakat internasional agar mendukungnya. Ia juga menegaskan bahwa Kerajaan akan terus mengikuti langkah yang diprakarsai oleh Raja Abdullah sebelumnya.

Akankah partisipasi, sumbangan, dan pernyataan ini menjadi realita yang akan menghancurkan harapan setiap mereka yang optimis para rezim baru ini?

Akhirnya, akankah generasi di negeri dua tempat suci (bilādul haramain asy-syarīfain) dan kaum Muslim secara umum yakin bahwa mengubah wajah pemerintahan dalam rezim ini tidak memiliki arti sama sekali, dan tidak menyebabkan perubahan, karena perubahan nyata itu adalah dengan mengubah sistem pemerintahannya, dan mendirikan pemerintahan yang baik, yang diridlai oleh Allah dan Rasul-Nya? [Muhammad bin Ibrahim – Bilādul Haramain Asy-Syarīfain]

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 16/3/2015.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*