Selama kunjungan utusan PBB ke Republik Afrika Tengah bulan lalu, utusan AS mengatakan bahwa sudah 417 masjid di negara itu yang dihancurkan.
Pertempuran panjang yang terjadi selama berbulan-bulan di Republik Afrika Tengah telah mengakibatkan hancurnya hampir semua masjid di negara kecil di Afrika tengah itu, sehingga membuat jumlah penduduk Muslim yang besar tidak memiliki tempat ibadah.
Kehancuran masjid-masjid itu dilakukan dengan “cara yang gila, dan mengerikan”, kata Samantha Power, Duta Besar AS untuk PBB ketika berbicara kepada wartawan pada hari Selasa setelah kunjungan seorang utusan DK PBB pekan lalu ke negara itu, Aljazeera melaporkan.
Power menambahkan bahwa akibat dari perang yang berlangsung selama berbulan-bulan mengakibatkan kehancuran yang luas melihat dari masjid-masjid di negara tersebut.
Selama utusan PBB mengunjungi negara itu bulan lalu, utusan AS mengatakan sudah 417 masjid di negara itu yang telah dihancurkan.
Dia mengunjungi satu masjid yang tersisa di lingkungan Muslim di ibukota, Bangui, dan menggambarkan “penduduk yang ketakutan”.
Di PK5, satu-satunya wilayah Muslim di ibukota, para perempuan Muslim, yang ketakutan karena mengenakan jilbab, terpaksa harus melahirkan di rumah-rumah mereka, bukan di rumah sakit.
Setelah keputusan Perancis dan Uni Eropa yang menarik pasukan penjaga perdamaian, Power memperkirakan situasinya menjadi lebih buruk.
Perancis telah mengirimkan 2.000 tentara ke bekas koloninya itu.
“Terjadi kemunduran kemampuan yang besar,” katanya.
Pasukan penjaga perdamaian PBB masih mempertahankan sekitar 80 persen dari kekuatan yang direncanakan sekitar 10.000 personel, kata Power.
Bulan lalu, Sekjen PBB meminta tambahan lebih dari 1.000 penjaga perdamaian, dan Power mengatakan Dewan telah “membuang” permintaan itu.
Dia menambahkan bahwa pasukan gabungan telah “menghindari skenario terburuk,” tetapi kelompok-kelompok bersenjata yang berkeliling di negara itu tetap memiliki senjata.
Republik Afrika Tengah, sebuah negara yang terkurung daratan yang kaya mineral, jatuh ke dalam anarki pada bulan Maret 2013 ketika pemberontak Séléka menggulingkan François Bozize, seorang Kristen, yang telah berkuasa dalam kudeta tahun 2003.
Selama beberapa bulan terakhir, milisi Kristen anti-Balaka telah menggerebek rumah-rumah Muslim dan membunuh anak-anak dan perempuan mereka dan melakukan penjarahan dan merusak harta benda mereka.
Seiring dengan terjadinya pembunuhan, penculikan, penyiksaan dan penangkapan, dan penahanann yang sewenang-wenang, di negara itu yang dilanda perang, penyelidikan yang dilakukan PBB menemukan bukti-bukti kekerasan seksual.
Menurut PBB, lebih dari satu juta penduduk telah mengungsi sejak kekerasan meletus pada bulan Desember 2012.
Kekerasan antar-agama telah merenggut ribuan nyawa dan mengungsikan satu juta orang di negara dengan penduduk 4,6 juta orang, namun bentrokan tersebut belum pernah terjadi sebelumnya di negara yang miskin, dan terkurung daratan. (onislam.net, 18/3/2015)