Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Muhammad Ismail Yusanto membantah pernyataan mantan wakil kepala Badan Intelijen Negara (BIN) As’ad Said Ali yang menyebut Al Muhajirun itu fraksi radikal HTI.
“Siapa saja yang mengatakan bahwa Hizbut Tahrir itu ada faksi radikal jelas itu pernyataan ngawur, pernyataan 100 persen salah, dusta, fitnah!” tegas Ismail kepada mediaumat.com, Selasa (24/3) melalui telepon selular.
Ismail juga mempertanyakan apa yang dimaksud radikal oleh As’ad. “Apa yang dimaksud radikal di sini? Kalau orang yang berusaha meraih tujuannya dengan menggunakan kekerasan, sudah sangat jelas bahwa Hizbut Tahrir dalam salah satu prinsip perjuangannya itu la unfiyah (non kekerasan, non violent) dan ini mengikat seluruh anggotanya,” beber Ismail.
Tapi kalau radikal diartikan orang yang punya tujuan atau cita-cita bagi tegaknya syariah dan khilafah, seluruh anggota Hizbut Tahrir punya cita-cita itu. “Dan kita menolak disebut radikal, karena menegakkan syariah dan khilafah merupakan cita-cita biasa dari orang Islam bukan cita-cita istimewa. Itu seperti halnya orang Islam yang bercita-cita ingin masuk surga, tidak ada yang istimewa,” tegasnya.
Persoalan Al Muhajirun, itu tidak bisa dikatakan sebagai faksinya Hizbut Tahrir. Al Muhajirun adalah organisasi terpisah dengan Hizbut Tahrir, tidak ada kaitannya apa pun Hizbut Tahrir dengan Al Muhajirun. “Siapa saja yang mengaitkan Hizbut Tahrir dengan Al Muhajirun berarti dia orang yang tidak mengerti fakta tetapi ngomong asbun dia, asal bunyi!” ungkapnya.
Sikap Hizbut Tahrir terhadap ISIS juga sudah sangat jelas, sejak di hari-hari awal deklarasi kekhilafahan oleh ISIS, Hizbut Tahrir menyatakan pernyataan resminya menolak keabsahan deklarasi tersebut.
“Karena itu, salah besar kalau ada orang yang mengatakan bahwa ada faksi Hizbut Tahrir yang mendukung deklarasi tersebut, karena pernyataan resmi Hizbut Tahrir mengikat bagi seluruh anggotanya di mana pun berada,” kata Ismail.
ISIS juga tidak suka dengan Hizbut Tahrir karena tidak mendukung ISIS dan deklarasinya, akibatnya tokoh senior Hizbut Tahrir Suriah Abu Bakar Mustafa Khayal dibunuh ISIS. “Jadi bagaimana mungkin disebut bahwa ada faksi Hizbut Tahrir yang mendukung?” ujar Ismail.
Ismail pun mengingatkan kaum Muslimin, isu ISIS sengaja dibesar-besarkan oleh Amerika sebagai pengalihan isu atau kedok saja untuk intervensi ke dunia Islam, seperti yang sekarang ini terjadi, Amerika mau masuk ke Indonesia dengan alasan mau membantu memerangi ISIS.
“Memerangi apa? Wong di Indonesia itu ISIS tidak ada! Kalau pun ada ya hanya beberapa orang saja. Untuk menangani beberapa orang ini, sebetulnya cukup oleh aparat Indonesia sendiri tidak perlu mengundang Amerika,” pungkasnya.
Sebelumnya, seperti diberitakan tempo.co hari ini, As’ad Said Ali menyebutkan kelompok Al-Muhajirun merupakan organisasi yang juga disusupi ISIS. “Al-Muhajirun itu fraksi radikal dari HTI,” kata As’ad. (mediaumat.com, 24/3/2015)